Transmigrasi ~ 44

69.4K 4.2K 141
                                    


Albirru, Galen dan semua anggota The Lions tampak sudah berkumpul memenuhi markas. Tinggal menunggu kedatangan sang panglima yang sudah mengundurkan diri beberapa hari yang lalu. Namun, anak The Lions sampai kapan pun akan tetap menganggap Aster sebagai panglima karena sejauh ini belum ada yang pantas dan kompeten untuk menggantikan pemuda itu.

Sebagian besar dari mereka menerka-nerka apa yang akan di bicarakan oleh Aster sehingga harus mengumpulkan full anggota The Lions. Termasuk Galen, pemuda itu dari tadi sibuk membuka tutup roomchatnya dengan Aster memperlihatkan chat yang ia kirim satu jam yang lalu namun belum ada balasan apapun.

" Ck, gimana Len udah dibales belum sama Aster?" Tanya Albirru kesal. Dia gabut karena kelamaan menunggu.

Galen menggeleng, " Belum, Ga tau kemana tuh anak sibuk banget kayaknya."

"Cepet telpon!"

"Iya-iya."

Galen mendial nomor Aster hingga terdengar bunyi telepon tersambung, sedetik kemudian suara Aster menginterupsi. " Halo Ter, lo dimana?"

" Oh oke, cepetan gue sama yang lain udah lumutan nungguin lo dari sore." Balas Galen.

"Apa katanya?"

" Bentar lagi sampe, dia habis kencan sama ceweknya."

"Hadeh si bos kalo udah bucin jadi lupa segalanya."Keluh Alvin, anggota The Lions.

"Nah itu tau." Balas Galen cuek. Jangan di tanya bagaimana perasaan Galen saat ini. Jantungnya berdetak cepat sedari ia sampai di markas. Ada setitik rasa takut di dalam hati Galen, ia takut jika apa yang terjadi beberapa jam kedepan dapat merugikan dirinya dan The Lions.

Sementara Albirru tampak santai sambil menyelipkan rokok di sela-sela jari. Cowok itu memang sulit di tebak, bisa jadi kalau dari luar memang biasa saja tapi tidak tahu di dalamnya seperti apa.

"Aksara udah lo kasih tau kan Al?" Tanya Galen ke Albirru karena tadi siang Aster menyuruh Albirru ke rumah sakit untuk menyampaikan informasi kepada Aksara.

" Udah gue kasih tau, gue suruh dia istirahat aja, biar ini jadi urusan kita dan anak The Lions lain." Kata Albirru sembari menghisap nikotin dalam bentuk rokok.

" Aksara ga ada yang jagain?" Tanya Alvin.

" Ada 4 orang sih gue suruh jagain Aksara disana." Jawab Albirru.

"Emang kapan dia bisa pulang?"

"Mungkin besok."

Selang tiga puluh menit kemudian Aster terlihat memasuki pintu utama dengan gaya angkuhnya. Semua anak The Lions menoleh ke arahnya dan mengambil posisi dengan duduk rapi di karpet karena bangku atau sofa yang ada di markas tidak cukup untuk mereka duduki. Tidak ada yang bersuara karena suasana yang awalnya ramai menjadi hening dan mencekam. Aura Aster memang tiada lawan, apalagi netra tajamnya itu.

"Gue gak mau basa-basi, langsung aja gue mau kasih liat ini." Aster mengeluarkan benda dari saku jaketnya yang mereka yakini sebuah kaset.  Langsung saja pemuda itu berjalan ke arah Tv berada dan memasukkan kaset tersebut kedalam dvd.

"Btw gue belum liat videonya jadi sekarang kita liat sama-sama."

tut

Aster menekan tombol play hingga menampilkan video yang memperlihatkan suasana di sebuah jalan pada malam hari. Masih sepi tidak ada apapun , semua orang disana menyimak dengan raut wajah serius. Sampai pada menit 2.33 terdapat dua orang berpakaian hitam dengan tudung di kepala menyeret seorang pemuda yang terlihat tidak berdaya.

Kedua orang tersebut menoleh ke kanan dan ke kiri guna memastikan disana tidak ada siapapun kecuali mereka bertiga. Kemudian terjadilah cekcok antara si pelaku dengan korban alias pemuda yang terlihat terluka itu. Hingga salah satu dari mereka menodongkan pistol ke arah si korban tepat di kepalanya. Suasana di markas tampak semakin menyeramkan. Bisa dilihat dari raut wajah Albirru yang menegang begitu pula Galen, tangan pemuda itu tampak terkepal dengan mata menyorot tajam ke arah layar.

SHEILA : The Judgement Day (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang