👙Part 4👙

3.2K 35 2
                                    

Jangan tanya kenapa aku nggak update2. Dikarenakan di sini susah sinyal akzbzhjzja.

Makanya yuk vote dan komen biar aku semangatttt~

Happy reading👙

Gabby memejamkan matanya. Air matanya tak berhenti keluar sejak tadi. Tepatnya setelah Zavier selesai melakukannya. Lelaki itu tertidur tenang di sampingnya.

Tangan Gabby memegang erat selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Dadanya bergejolak. Ia tidak menyangka jika Zavier akan memperlakukannya seperti ini.

"Lo bisa diem nggak? Udah malem. Nggak usah bersikap kayak ini pertama kalinya buat lo," ketus Zavier.

Gabby menggigit selimutnya untuk meredakan tangisnya. Ini memang pertama kali bagi Gabby melakukannya. Apa lelaki sialan itu tidak menyadarinya? Atau memang Zavier tidak peduli akan hal itu? Di mata Zavier, Gabby memang rendah bukan?

Dengan perlahan Gabby bangun dari tidurnya. Ia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai karena Zavier melempar sembarangan. Gabby langsung mengenakan pakaiannya dengan cepat.

"Mau ke mana?" tanya Zavier yang sudah mendudukkan tubuhnya seraya menatap Gabby. Ia melirik sekilas jam yang menggantung di dinding. Sudah pukul 11 malam.

"Nggak penting buat lo," jawab Gabby.

Gadis itu berjalan keluar dari kamar dengan sedikit tertatih. Tanpa mempedulikan Zavier yang terus memanggilnya, Gabby terus melangkah pergi dari appartemen. Ia terlalu muak.

Gabby menghapus air matanya kasar.

"See? Dia nggak pantes buat lo cinta, Gab. Dia brengsek," batinnya.

Ya, Gabby mencintai Zavier. Lelaki yang sudah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun. Namun benteng persahabatannya terlalu tinggi. Gabby tidak bisa berharap lebih. Karena Zavier tidak pernah mencintainya sebagai wanita. Lelaki itu hanya mengikatnya dalam nama persahabatan. Meski begitu, Zavier selalu mengekang Gabby dalam hal berpacaran. Zavier tidak memperbolehkannya untuk berhubungan dengan lelaki manapun.

Gabby bisa saja menurutinya asal mereka memiliki hubungan yang jelas, bukan sebatas sahabat. Namun percuma saja. Maka dari itu, Gabby selalu menjalin hubungan dengan lelaki lain di belakang Zavier.

Ini pertama kalinya Zavier begitu marah ketika mendapati ia berpacaran dengan lelaki lain. Sebelum-sebelumnya, Zavier hanya marah biasa. Tapi sekarang, ia sampai menyakiti Gabby.

Dengan menahan rasa sakit, Gabby terus berjalan hingga berada di depan pintu masuk gedung appartemen Zavier. Ia merogoh ponselnya.

Sialan, ponselnya lowbat. Ia tak bisa memesan taksi online. Sudah hampir tengah malam, tentu saja tidak akan ada taksi yang lewat.

Tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang. Gabby tahu sang pelaku. Ia mengingat harum yang terkuar dari tubuh sang pemilik.

"Lepasin!" Gabby memberontak.

"Gue anterin," ucap Zavier seraya mendorong Gabby masuk ke dalam mobilnya.

Ketika Gabby akan keluar dari mobil, Zavier langsung menghimpit tubuh kecil itu.

"Jangan keras kepala! Lo mau bikin Bunda khawatir liat lo balik tengah malem kayak gini?"

Gabby menatap nyalang. "Nggak usah so peduli sama gue, Anjing!"

"Ah ... mau maen di mobil?" Zavier menyeringai membuat Gabby terdiam.

Setelah memastikan Gabby tak lagi berontak, Zavier langsung menutup pintu mobilnya dan berlari ke sisi lainnya. Segera ia injak pedal gas dalam membuat punggung Gabby menabrak jok. Tubuhnya yang sudah remuk semakin dibuat sakit karena Zavier menyetir seperti orang gila.

Meski ia sebenarnya ingin muntah, namun Gabby tetap menahan diri. Ia tak ingin berbicara dengan Zavier.

Tak butuh waktu lama, akhirnya mobil BMW X6 milik Zavier terparkir di depan rumah Gabby.

Gabby langsung turun diikuti Zavier di belakangnya. Tanpa mempedulikan Zavier, Gabby masuk ke dalam rumah. Elia berdiri tepat setelah Gabby membuka pintu rumahnya.

"Bunda belum tidur?" tanya Gabby.

"Mana bisa Bunda tidur kalau kamu belum pulang."

"Gab ke kamar ya, Bun. Ngantuk banget pengen tidur." Elia mengangguk.

Gabby membalikkan tubuhnya menghadap Zavier. "Thanks ya, Zav udah nganter balik," ucapnya sedikit menaikkan sudut bibirnya. Zavier mengangguk.

Gabby harus terlihat baik-baik saja dengan Zavier di hadapan Elia. Ia tak ingin Bundanya ini tahu masalahnya dengan Zavier.

Sepeninggal Gabby, Zavier pun pamit pulang pada Elia.

"Zavier juga mau langsung pulang ya, Bunda. Maaf kalo Mami ngerepotin Bunda sama Gabby."

Elia tersenyum. "Enggak apa-apa kok."

"Omong-omong, Zav ...."

"Kenapa, Bun?"

"Kamu nggak lagi ada masalah sama Gab, ya?"

Zavier terdiam sejenak. "Enggak ada kok, Bun. Tapi emang Gabby sedikit jengkel sama aku," jawab Zavier disertai senyumannya.

"Ah ya sudah kalau begitu. Bunda khawatir kalau kalian berantem."

"Enggak, Bundaaaa."

Setelah itu Zavier langsung pulang dari rumah Gabby dengan perasaan yang berkecamuk.

Bagaimana jika Elia tahu bahwa Zavier sudah melebihi batas?

Tbc👙

JEJAKNYA YA JEJAKNYAAAA🙏🏻

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang