👙Part 31👙

944 19 2
                                    

happy reading👙

Tatapan tajam keduanya membuat seisi ruangan menjadi mencekam. Tak ada yang ingin mengakhiri perdebatan sengit tersebut.

"Untuk hal ini aja, Pi. Tolong hargai keputusan Zavier. Jangan campuri urusan rumah tangga Zavier dan Gabby." Akhirnya Zavier meredam egonya.

Namun pria baya itu masih dengan pendiriannya. "Saya tidak pernah mengijinkan pernikahan sialanmu itu. Kalian nikah juga karena titahan ibu dia, lagipula wanita itu sudah mati jadi untuk apa kamu masih menuruti permintaannya!"

"Pi?" tegur Herma yang tidak menyukai ucapan suaminya.

"Apa sih yang kamu lihat dari perempuan itu? Keluarganya juga berantakan!"

Zavier menggeleng tak percaya. "Mungkin bagi Papi cuma keluarga kita yang nggak berantakan, karena di mata Papi keluarga yang bahagia itu yang masih lengkap. Buat aku enggak, Pi. Bahkan buat aku keluarga ini yang paling hancur!"

Dengan napas memburu, Zavier menatap sang ayah dengan tajam.

"Sekali lagi aku ingetin, jangan pernah ikut campur apalagi mengusik hubungan aku sama Gabby."

Setelah itu Zavier membalikkan tubuhnya, berjalan keluar dari ruang kerja Wiza. Sebelum ia benar-benar keluar, suara Wiza menghentikan langkahnya sejenak.

"Satu langkah kamu keluar dari rumah ini, jangan harap kamu bisa kembali lagi. Kamu akan menyesali pilihanmu itu."

Zavier tak memedulikannya. Ia tidak peduli dengan ucapan Wiza. Pria tua itu hanya bisa mengancamnya saja sejak dulu.

Namun Zavier lupa siapa papinya; pria tua yang akan melakukan apapun untuk menghancurkan hidup seseorang, sekali pun itu putranya sendiri.

Seperti hari ini, Zavier diberi tahu oleh pihak kampus untuk melunasi uang semester sekarang, jika tidak ia harus siap untuk keluar dari kampus.

Zavier sendiri masih memiliki tabungan, namun akan habis jika untuk membayar uang kuliahnya.

"Kenapa lo?" tanya Lugi yang melihat kekalutan temannya.

"Gue ambil cuti aja kali ya, Lug? Atau keluar aja sekalian?"

Mata Lugi menyipit. "Tiba-tiba banget dah."

Zavier menghela napasnya. "Ya bokap gue juga tiba-tiba banget sampe segininya."

"Masalah apa sampe bokap lo tarik semuanya?"

"Karena Gabby. Bokap kagak setuju sama pernikahan gue sama Gabby."

"Kok bisa?"

"Dari awal, dia emang nggak terlalu suka sama keluarga Gabby," balasnya. "Demi Tuhan gue nggak tahu harus gimana sekarang." Zavier mengacak rambutnya frustasi.

Lugi berpikir sejenak. "Lo kira-kira butuh kerjaan nggak?"

Mendengar ucapan sobatnya, Zavier langsung menatap penuh lelaki di depannya. "Butuh banget, Lug. Gue nggak mungkin bilang ke Gabby kalo gue hampir di DO gegara duit semester. Gue butuh banget buat tutupi semuanya."

"Duitnya gede sih, cuma ya sebanding sama waktunya juga."

"Gue mau, kerjaan apapun itu."

"Kerjanya di kelab, cuma emang duitnya lumayan. Soalnya kelab sepupu gue itu selalu rame banget."

Zavier mengangguk. "Mau gue, Lug. Kapan bisa mulai kerja?"

"Ntar deh gue tanya sepupu gue dulu, dia belum balik dari Singapore. Kalo dia udah balik, gue kabarin lo lagi."

"Thanks banget, Lug." Lugi mengangguk. Ia tidak pernah melihat keputus-asaan di mata temannya itu sebelum hari ini.

"Tapi, lo beneran nggak akan kasih tahu cewek lo tentang hal ini?"

"Nggak, kalo Gabby tahu tentang masalah ini ntar dia jadi mikir kalo semua ini tuh karena dia."

👙👙👙

Gabby tersentak kaget ketika sepasang lengan kekar dengan harum maskulin; melingkari pinggangnya.

"Kamu tumben udah pulang?" tanya Zavier seraya menghirup aroma tubuh istrinya.

"Enggak boleh emangnya?"

Zavier semakin mengeratkan pelukannya. "Boleh banget, Bbyyyy. Aku seneng banget kamu pulang lebih awal."

"Kurang kenceng kamu peluknya, Zav," sindir Gabby karena suaminya itu terlalu erat memeluknya sampai ia kesulitan bernapas.

"Maaf, Bby." Zavier menyengir.

Gabby membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan suaminya. Matanya menatap dalam ke mata tajam itu.

"Kamu lagi ada masalah?" tanya Gabby tiba-tiba

Zavier menaikkan alisnya sebelah. "Nggak ada kok," bohongnya.

Mata Gabby memicing tak percaya. "Beneran?"

"Ada sih," ucap Zavier pelan membuat Gabby menatapnya serius seakan bertanya 'apa'. "Masalahnya itu aku pengen cium kamu sekarang."

Tanpa sempat Gabby melepaskan diri, Zavier sudah mendaratkan ciumannya. Meski begitu, Gabby tetap membalasnya. Lelaki itu menciumnya dengan lembut.

Senyumnya merekah setelah ciuman mereka berakhir. Ibu jarinya menyentuh bibir Gabby dari ujung ke ujung.

"I want you, Bby," bisiknya dengan mata yang sudah membara.

Satu anggukkan kecil dari Gabby membuat senyum itu semakin merekah. Setelah persetujuan sang istri, Zavier menggendong tubuh kecil itu menuju ranjang mereka.

tbc👙

holla holla holla!
sorry ya aku kmrin2 sibuk, jdi tdk bsa update. aku tdk ada wktu buat nulis ㅠㅠㅠ

btw, hwappyyyy new year!!!!

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang