👙Part 9👙

1.9K 30 1
                                    

intinya aku update sesuai mood dan keinginanku. sekarang aku nulis buat menuangkan ide yang ada d pikiranku aja, jdi klo tidak ada yang membaca atau vote pun tidak apa🙏🏻

untuk yang sudah mampir, terima kasih dan selamat membaca👙

Mata Gabby bergerak ke sana-ke mari mencari keberadaan kekasihnya. Sejak 10 menit yang lalu setelah mengucapkan selamat pada yang punya acara, Fenly ijin menyapa teman lainnya. Tapi sampai saat ini kekasihnya itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.

"Cowok lo mana deh, Sel?" tanya Dito yang sedang menyesap minumannya.

Gabby mengendikkan bahunya. "Tau deh, nyari mangsa kali," candanya.

"Awas beneran nyari yang lain, ntar lo yang ngamuk sendiri."

"Kagak lah, mana ada gue ngamuk gara-gara diselingkuhin. Terserah dia mau punya dua, tiga, bahkan seratus juga. Tinggal gue tinggalin."

Dito tergelak. "Ya udah sebelum itu kejadian, mending lo jadiin gue yang kedua aja, Sel. Nggak apa-apa kok gue, ikhlas beneran dah."

"Mulut lo, To, To. Mau gue tabok pake hills?" timpal Aleeza yang tiba-tiba menimbrung dan mengambil posisi duduk di sebelah Gabby.

Ketika mereka sedang berbincang, kehadiran seseorang datang di tengah obrolan mereka. Ia menyapa Dito dengan seseorang yang ia gandeng di sebelahnya.

"Bang Dito, happy birthday," katanya memberi selamat seraya memeluk dan mencium pipi Dito singkat.

Gabby menengadahkan kepalanya menatap kedua orang yang baru datang tersebut. Matanya bertemu dengan sepasang mata yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Ansel, Aleeza, kenalin ini sepupu gue Elea. Dan ini cowoknya nggak perlu gue kenalin, lo berdua dah kenal kan?" ucap Dito mengenalkan sepupunya.

Gadis bernama Elea itu menyodorkan tangannya disertai senyuman manis di bibirnya.

"Lea," salamnya yang dibalas bergiliran oleh Gabby dan Aleeza.

"Eh ini Kak Ansel yang temen kamu itu kan, Kak? Yang selalu ikutin kamu itu bukan sih? Apa beda orang?" tanya Elea pada kekasihnya yang sedari tadi diam tak bersuara.

Mendengar ucapan Elea, Aleeza memutar bola matanya malas. Terlihat sekali jika Elea itu tipikal perempuan yang manis namun melayangkan pisau ke lawannya.

"Zavier yang bilang?" Aleeza melayangkan tatapan nyalang pada Elea yang dibalas senyuman oleh gadis itu.

"Semua orang juga tahu kok, Kak. Kalo Kak Ansel itu selalu ikut ke mana pun Kak Zav pergi."

"Lo punya mulut bisa di jaga? Nggak usah so tahu jadi bocah, lo tuh nggak tau-"

Gabby memegang lengan Aleeza. "Udah, Ley. Nggak apa-apa kok. Emang bener yang dibilang dia."

Di tempatnya, Dito menelan ludah kasar. Benar-benar situasi yang membuatnya tidak nyaman.

"Duh, kok malah ribut gini sih. Damai ya damai," ucap Dito melerai.

Aleeza menatap tajam Dito. "Siapa yang ribut? Sepupu lo tuh yang ngatain sahabat gue seenaknya."

"Loh, kok aku?" Elea tidak terima disalahkan oleh Aleeza.

"Dit, gue pamit balik, ya? Udah malem juga, gue ijinnya bentar ke nyokap gue." Tidak tahan dengan situasinya, akhirnya Gabby pamit pergi dari sana.

"Ya udah, Sel. Thanks ya udah sempetin datang walaupun bentar sih. Take care," balas Dito.

Gabby mengangguk. "Ley, gue balik duluan ya. Lo nggak apa-apa nggak gue anterin?"

"Nggak apa-apa, Ans. Ntar gue minta anterin ke yang lain."

"Aleeza ntar biar gue yang anterin balik, Sel."

"Oke deh. Thanks ya, Dit," ucap Gabby. Wajahnya ia alihkan memandang pasangan tadi. "Duluan ya, Elea, Zav."

Setelah itu Gabby pergi meninggalkan mereka. Ia menggenggam dompetnya erat. Kekasih baru Zavier itu seakan sengaja membuatnya malu.

Ketika sampai di parkiran, tangannya dicekal oleh seseorang. Gabby menghela napasnya saat tahu siapa yang mencekalnya.

"Ada apa sih, Zav? Kalo lo cuma mau-"

"Jangan bilang apapun tentang kejadian itu sama Elea ya, Sel? Gue takut dia sakit denger tentang kita."

Gabby tersenyum miris. Ia kira lelaki ini akan meminta maaf atas perkataan Elea yang menyakitinya. Namun Gabby terlalu berharap lebih. Mana mungkin Zavier peduli pada perasaannya? Bahkan saat ini Zavier tidak lagi memanggilnya Gabby.

"My pleasure. Kalo pun gue bilang apa yang udah lo lakuin ke gue juga, pasti hal buruk cuma buat gue, kan?"

"Sel ...."

"Udah, Zav. Kita akhiri aja semuanya. Lo bebas sama cewek lo itu. Jadi, jangan larang gue apapun lagi."

"Gue anterin lo balik." Zavier menggenggam jemari Gabby namun gadis itu mengempaskannya kasar.

Lelaki itu kembali menggenggam jemari Gabby, kali ini lebih erat hingga membuat Gabby tak bisa melepaskan diri.

"Diem, Sel. Makin lo maksain, tangan lo bakal memar."

Tiba-tiba ponsel Zavier berdering nyaring. Ia langsung merogoh saku celananya. Telepon dari sang ibu.

"Wait, ada telepon dari Mami," ucapnya agar Gabby terdiam.

"Halo, Mam. Why?" sapanya dengan tangan yang masih menggenggam.

Matanya beralih menatap Gabby sepenuhnya. Bahkan tak melepaskannya barang sedetik pun. Gabby merasa tatapan aneh pada mata milik Zavier. Hatinya merasa tak nyaman.

tbc👙

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang