👙Part 20👙

1.4K 31 3
                                    

happy reading👙

"Pindah."

Gabby yang saat itu tengah melihat ke luar jendela pun mengalihkan pandangannya begitu mendengar suara Zavier yang sedari tadi tak terdengar.

"Aku di sini aja," balas Gabby dengan suara pelan.

Zavier membalikkan tubuhnya hingga menatap sang istri. "Lo pikir gue driver taksi? Tinggal pindah aja apa susahnya sih? Udah untung gue-"

Ucapan Zavier terhenti begitu Gabby bergerak pindah ke kursi depan lewat tengah, yang tentunya membuat Zavier menyingkir.

"Udah, kan? Bisa kita pulang sekarang?"

Terdengar suara decakan Zavier yang kesal karena sikap Gabby. Jika saja ia tidak melihat wajah kelelahan dan pucat Gabby, pastinya ia sudah mendumel.

Selama dalam perjalanan pulang pun Gabby hanya diam menatap ke luar jendela. Sesekali Zavier mencuri pandang.

Dahi Gabby mengernyit ketika melihat jalan yang dilalui mereka bukan jalan menuju rumah. Ia menegakkan tubuhnya, menatap sang suami.

"Kok malah ke sini sih, Zav?" tanya Gabby ketika Zavier sudah memarkirkan mobilnya di sebuah resto yang buka 24 jam.

"Menurut lo?"

"Kalau kamu mau makan, pas balik langsung aku masakin deh, Zav. Aku pengen cepet pulang."

"Bukan gue yang mau makan, tapi lo."

"Aku nggak laper. Jadi bisa kita langsung pulang aja?"

Zavier mendengus. "Belum sampe, lo udah mati. Kalo lo nggak mau, ya udah sana balik sendiri. Gue mau makan dulu," ucapnya lantas keluar dari mobil meninggalkan Gabby sendiri.

Menarik napasnya dalam, Gabby mau tak mau ikut turun. Tadi bilangnya bukan dia yang mau makan, tapi setelah Gabby menolak malah mengatakan dirinya yang mau makan. Jujur saja Gabby terlalu malas meladeni Zavier. Takutnya nanti mereka malah berselisih.

"Udah gue pesenin," ujar Zavier begitu Gabby duduk di hadapannya.

Tak lama mereka menunggu, makanan yang di pesan Zavier tadi sudah mulai dihidangkan. Mungkin karena sudah jam segini, jadi tidak banyak orang yang makan dan memakan waktu lama untuk penyajian.

"Makan yang banyak, kalau perlu lo pesen lagi aja. Duit gue nggak akan abis cuma buat ngasih makan lo," sarkas Zavier.

Harusnya ia tersinggung karena ucapan Zavier, tapi Gabby memilih menyantap makanan di hadapannya.

"Kamu nggak ikut makan?" tanyanya pada Zavier yang hanya diam memainkan ponsel.

Lelaki itu mengangkat kepalanya sebentar. "Gue masih kenyang. Baru makan dari acaranya-" Ucapan Zavier mengudara. Ia tersadar akan ucapannya.

Dilihatnya Gabby yang masih diam sembari menyuapkan spagetti kesukaannya. Perempuan itu seakan tidak mendengarkan ucapan Zavier. Bahkan ia tidak bertanya mengenai acara yang Zavier hadiri.

Uhuk uhuk

Gabby tersedak makanannya sendiri. Dengan sigap, Zavier berpindah ke sebelah Gabby. Ia menyodorkan segelas air dan menepuk pelan punggung istrinya.

"Makanya, kalau lagi makan tuh jangan sambil mikirin cowok lo," ucap Zavier setelah melihat Gabby membaik, namun masih menepuk punggung Gabby.

Gabby tidak menjawab. Ia sedikit tertegun karena Zavier masih sama seperti dulu; bergerak cepat ketika ia kesulitan seperti tadi.

Dalam diam tadi, pikiran Gabby melayang memikirkan ibu mertuanya yang tidak mengundangnya sama sekali ke acara keluarga mereka. Padahal biasanya ia yang selalu menemani Zavier, tapi sekarang posisinya sudah tergantikan oleh Elea.

"Makasih, Zav."

"Gimana nggak berterima kasih, kalo lo hampir mati." Lagi dan lagi Gabby selalu mendengar ucapan kasar Zavier.

Gabby diam. Ia ingin mengatakan sesuatu yang sudah lama ia tahan. Tapi bingung harus bagaimana.

Sadar jika Gabby ingin mengatakan sesuatu, Zavier berinisiatif bertanya.

"Kenapa? Ada yang mau lo omongin?"

Terperanjat kaget, Gabby menolehkan kepalanya menatap Zavier.

"Enggak," bohongnya.

"Kalo mau ngomong, ngomong aja. Gue nggak akan bikin lo mati juga kan?"

Gabby diam sejenak sembari mengumpulkan kata-kata dan keberanian.

"Aku mau minta maaf. Sorry kalau perkataan aku waktu itu sakitin kamu. Aku nggak bermaksud ngomong gitu. Aku cuma nggak mau bergantung sama kamu, Zav. Karena cuma kamu yang aku punya sekarang. Dan aku nggak mau ditinggalin untuk kesekian kalinya.

Aku sadar kalau sekarang ada Elea di hidup kamu. Dan aku udah nggak ada posisi di hidup kamu sekarang. Kita nikah juga karena permintaan Bunda aja.

Aku tahu kalau kamu terpaksa terima keinginan Bunda. Jadi aku nggak bisa tuntut kamu untuk bersikap layaknya suami ke aku. Walaupun aku punya perasaan itu, tapi aku nggak bisa paksa kamu buat punya perasaan yang sama buat aku. Aku yakin kamu nggak bodoh buat tahu tentang perasaan aku selama ini, tapi kamu selalu nggak peduliin perasaan aku.

Hubungan karena keterpaksaan nggak akan pernah berjalan lancar kan, Zav? Akhirnya kita cuma saling menyakiti.

Jadi ... ayo pisah." Gabby bernapas lega setelah mengeluarkan isi pikirannya selama ini. Akhirnya ia bisa mengatakannya dengan kepala dingin.

tbc👙

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang