👙Part 27👙

1K 15 2
                                    

happy reading👙

"Besok aku jemput. Papi mau ketemu sama kamu."

Kira-kira begitulah yang Gabby dengar semalam sebelum ia masuk ke kamarnya. Ia tak sengaja mendengar percakapan antara Zavier dan Elea.

Yang bisa Gabby lakukan hanya diam saja. Walaupun ia merasa sesuatu menghantam dadanya.

Benar saja, hari ini Zavier ijin keluar. Lelaki itu mengatakan akan menongkrong bersama teman-temannya. Zavier membohonginya. Mengapa harus berbohong? Padahal Gabby pun sudah mengetahui hubungan Elea dan suaminya itu.

"Kamu bakalan lama nggak?" tanya Gabby.

"Siang juga aku pulang, Bby." Gabby mengangguk. "Ya udah aku berangkat ya," pamitnya lantas mencium seluruh wajah Gabby.

Sepertinya keluarga suaminya; apalagi mertua lelakinya itu sangat menyukai Elea. Bahkan mertuanya tidak menemui dirinya hanya untuk menanyakan kabar.

Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi membuyarkan lamunannya. Buru-buru Gabby menuju pintu utama rumahnya.

Sosok jangkung disertai senyuman tulusnya menyambut Gabby. Tangannya menenteng tinggi paperbag yang dipegangnya untuk ditunjukkan pada perempuan di depannya.

"Lo ngapain pagi-pagi udah bertamu, Fenly?" tanya Gabby seraya menggelengkan kepalanya.

Fenly menyengir. "Ada titipan dari nyokap gue."

Mata Gabby berbinar dan merebut paperbag yang dipegang Fenly. Terdapat beberapa dress dan juga aksesoris lucu kesukaan Gabby.

"Makasi banyak loh."

"Bilangnya ke Mama."

"Ya titip bilangin ke nyokap lo."

"Mama mau ketemu lo." Dengan hati-hati Fenly berkata demikian.

Gabby yang sibuk melihat oleh-olehnya itu langsung mengalihkan pandangannya; menatap penuh Fenly.

"Boleh, mau kapan?"

"Sekarang bisa?"

"Ih tapi gue belum siap-siap." Gabby menelisik penampilannya sendiri.

"Gue tungguin kok," ucapnya seraya tersenyum.

"Serius ya? Gue siap-siap dulu, nggak akan lama." Setelah itu Gabby langsung berlari menuju kamarnya tanpa mempersilahkan Fenly untuk masuk terlebih dahulu.

Yang Fenly bisa lalukan hanya menggeleng takjub melihat segala tingkah Gabby yang seperti itu.

Benar saja apa yang gadis itu katakan, tak butuh waktu lama untuknya bersiap-siap. Karena setelah 10 menit Fenly menunggu, Gabby sudah ada kembali di hadapannya.

"Buset, cepet banget, Ans."

Gabby menyengir. "Kan gue udah bilang buru-buru."

"Yuk!" ajaknya seraya menarik tangan Fenly yang masih diam terpaku.

"Nggak apa-apa nih gue ajak lo ketemu Mama?" tanya Fenly ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

Mendengar nada ragu dari pertanyaan Fenly membuat Gabby menatap lelaki itu.

"Enggak kok, toko juga mumpung lagi libur."

"Bukan itu, laki lo nggak apa-apa kalau gue ajak lo pergi?"

Ah ... ternyata Zavierlah yang dimaksud. Benar juga, Zavier sangat tidak menyukai Fenly. Tapi masa bodo, apa urusannya dengan lelaki itu? Toh dia pun dengan bebasnya bersama Elea; sang kekasih hati.

"Harusnya enggak apa-apa sih," jawabnya.

"Buset, Ans. Ngeri gue kalau misal laki lo ngamuk."

Gabby memutar bola matanya. Ia tak paham dengan Fenly. Tadi mengajaknya bertemu sang mama, sekarang malah takut ribut dengan Zavier.

"Lo segitu takutnya sama Zavier?"

Fenly menghela napas. "Iya gue takut. Takut kalau dia marah, dia malah lampiasin ke lo. Kalau gue yang ditonjok sih nggak apa-apa. Gue cuma nggak mau lo kenapa-kenapa." Setelah mengatakan itu, Fenly menjalankan mobilnya.

Gabby tak bisa menahan senyumnya tatkala mendengar penuturan Fenly. Selalu saja dirinya yang lelaki itu khawatirkan. Melihat segala sikap Fenly, Gabby menjadi heran mengapa Zavier mengatakan jika Fenly lelaki brengsek?

"Harusnya gue nikah sama lo aja sih, Fen."

"Mau? Gue tungguin kalian pisah deh." Lalu keduanya tergelak.

"Oh iya, Aleeza sama Orion minggu depan mau tunangan."

Mendengar kabar yang baru ia ketahui, membuat Gabby menegakkan tubuhnya dan menatap penuh Fenly.

"Seriusan? Kok Aleeza enggak ngomong ke gue?"

Fenly mengendikkan bahunya. "Malu kali."

"Terus lo tahu dari mana? Aleeza yang ngomong?"

"Enggak. Kebetulan waktu itu gue ketemu Orion. Dia yang bilang. Lagian nggak mungkin Aleeza yang ngomong. Sekalipun ngomong, dia malah minta bantuan buat kabur."

Membayangkannya saja Gabby tertawa. Aleeza memang sangat pembangkang. Ada saja idenya untuk menggagalkan semua rencana perjodohan yang dilakukan ayahnya.

Tak ada pembicaraan lagi di antara mereka, Gabby memilih mengalihkan pandangannya ke luar sana. Sembari menunggu sampai, ia menikmati perjalanan menuju kediaman Fenly.

Namun dengan sialannya, sang netra menangkap keberadaan sosok yang ia kenali. Dari luasnya bumi, mengapa ia harus melihat keberadaan kedua orang itu.

"Itu bukannya Zavier sama Elea?" tanya Fenly yang juga melihat keberadaan mereka.

Zavier dan Elea baru keluar dari toko bunga, melihat Elea yang membawa sebuket bunga yang Gabby tahu kesukaan Herma.

Menyadari keterdiaman Gabby, Fenly melirik gadis di sebelahnya itu.

"Ans, u okay?"

Gabby mengulas senyumnya. "Emang kenapa? Elea kan emang pacarnya Zavier."

"Tapi lo istrinya, Ans. Lo berhak marah."

Menghela napasnya, Gabby mengendikkan bahunya. "Ngapain gue capek-capek buat ngurusin hal nggak guna gitu."

Akhirnya Fenly memilih diam. Walaupun ia tahu jika Gabby merasa tak suka melihat suaminya bersama perempuan lain.

"Keluarga Zavier yang undang Elea. Om Wiza yang pengen ketemu sama Elea," ucap Gabby pelan seraya mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

tbc👙

sorry karena makin gak jelas wkwk

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang