👙Part 23👙

1.3K 24 3
                                    

happy reading👙

Gabby meregangkan tubuhnya setelah 2 jam berkutat dengan alat tempur kitchen. Ia memang sudah terbiasa dengan bahan-bahan yang akan mengotori wajah serta pakaiannya. Beruntunglah ia bisa mewarisi kepandaian sang Bunda dalam membuat makanan.

Setelah membersihkan sisa-sisa tepung di wajahnya, Gabby bersiap untuk membuka tokonya. Meski tidak selaris ketika masih ada mendiang bundanya, tapi setidaknya toko ini tidak sampai sepi pelanggan. Masih ada beberapa langganan bundanya yang datang.

Seperti sekarang ini, baru saja Gabby membuka pintu toko, seorang wanita baya langsung menghampirinya.

"Tante, udah mampir aja?" sapa Gabby seraya mempersilahkan wanita baya itu masuk.

Senyum ramah yang menunjukkan keriput di wajahnya namun tak menghilangkan kecantikannya itu menanggapi sapaan Gabby.

"Iya, Ansel. Tante ada urusan, jadi langsung ke sini buat pesan cake."

"Buat kapan, Tan?"

"Malam ini, bisa nggak, Ans? Tante ada acara arisan di rumah, jadi mau pesan cupcake sama kamu. Bisa nggak kira-kira?"

"Kalau banyak, kayaknya aku nggak bisa, Tan. Takutnya aku keteteran, karyawan juga beberapa nggak masuk. Jadi aku nggak bisa bikin sendirian."

"Nggak banyak kok, 100 aja. Bisa?"

"Boleh, Tante. Nanti buat jam berapa?"

"Jam 8 malam, Ans. Nanti diambil sama anak Tante, oke?"

Gabby tersenyum manis. "Boleh, Tante."

"Oh iya, Ans." Raut wajah wanita itu berubah serius menatap Gabby. "Kira-kira kamu mau kenalan sama anak Tante nggak? Anaknya baik walau cuek."

Mendengarnya, Gabby tertawa kecil. "Tante ini bisa aja."

"Serius, Ans. Mau jadi mantu Tante aja nggak?"

Gabby tertawa menanggapi. "Makasih tawaran baiknya, Tante."

Raut kecewa terpancar di wajah wanita tersebut. "Kamu udah punya calon, ya?" Gabby tersenyum mengiyakan.

"Ya udah, Tante pamit dulu ya. Nanti kamu chat Tante aja perihal lainnya."

"Oke, Tante."

Setelah itu, beliau pergi meninggalkan Gabby sendiri. Gabby hanya bisa menggelengkan kepalanya tak percaya karena pelanggan setianya itu menjodohkannya dengan sang putra.

Sembari menunggu pelanggan datang, Gabby memilih menyiapkan pesanan Maya.

"Mir, gue mau bikin pesanannya Tante Maya ya. Lo yang ngadepin pelanggan, kalo ada apa-apa panggil gue," bilangnya pada Mira yang sedang mengelap meja.

Perempuan itu menolehkan kepalanya. "Iya, Mbak. Mbak juga kalo butuh bantuan, kasih tau saya ya, Mbak." Gabby mengacungkan jempolnya lalu masuk kembali ke kitchen.

👙👙👙

Jarum jam sudah hampir menunjukkan angka 8. Harusnya sejak satu jam lalu pesanan milik Maya sudah diambil. Namun sang penjemput tidak menunjukkan tanda-tanda kedatangan.

"Masih belum datang juga, Mbak?" tanya Ranti yang sudah bersiap pulang bersama Mira.

Gabby menoleh. "Macet deh kayaknya." Kedua gadis itu mengangguk. "Kalian kalo mau pulang, pulang duluan aja. Gue juga mau langsung pulang abis anak Tante Maya datang."

"Serius nih nggak apa-apa kita tinggal sendiri, Mbak?"

Dengan tak enak hati, Mira dan Ranti pamit pulang lebih dulu. Mereka ingin menemani Gabby, namun keduanya ada keperluan.

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang