👙Part 17👙

1.4K 22 2
                                    

happy reading👙

Sudah beberapa kali Gabby mengembuskan napasnya kasar. Ketika akan pulang, mobilnya tiba-tiba saja mogok. Jalanan pun sudah mulai sepi karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Untung saja ia masih berada di depan bakery.

Gabby bingung harus meminta tolong pada siapa. Zavier? Pasti lelaki itu tidak mungkin mau membantunya. Namun ia akan mencoba menghubungi Zavier lebih dulu.

Perempuan itu sudah menelepon Zavier, namun tak kunjung lelaki itu terima. Gabby mencoba berkali-kali dengan hasil yang sama.

Sebenarnya Gabby bisa saja meminta bantuan Fenly, tapi ia sadar diri untuk tidak merepotkan mantan kekasihnya tersebut. Ia sudah sering merepotkan Fenly.

Akhirnya Gabby memilih untuk mengirim pesan pada suaminya.



Tapi tetap tak ada balasan dari lelaki itu. Apa Zavier masih di acara keluarganya? Atau sedang bersama Elea? Sepertinya dugaan kedualah yang tepat.

Berkali-kali Gabby memesan ojol dan taksol, namun tidak ada driver yang menyangkut. Apa karena sudah hampir tengah malam? Ah, tapi kemarin-kemarin pun tidak sesulit ini. Lagi, apa karena saat ini ia sedang benar-benar membutuhkannya?

Gabby menarik napasnya dalam. Ia hanya bisa berpasrah diri karena tak ada lagi orang yang bisa ia mintai tolong.

Ponselnya pun sudah mati. Ia lupa tidak membawa charger dan powerbank nya.

"Kak Ansel?" panggil seseorang yang suaranya Gabby kenali.

Alisnya mengernyit, mengapa orang itu bisa ada di sini?

"Elea? Kok di sini?"

Gadis itu tersenyum. "Aku mau jalan pulang dan liat kamu sendirian. Kenapa belum pulang, Kak? Udah tengah malem gini."

"Mobil gue mogok."

"Mau bareng kita aja? Biar kamu pulang bareng Kak Zav, kebetulan rumah kalian searah, kan?"

Sebenarnya Gabby ingin menolak, tapi ia sendiri pun sudah bingung harus bagaimana.

"Nggak apa-apa emangnya? Gak perlu deh, takut ganggu kalian," ucap Gabby tak enak.

"Nggak apa, ayo!" Elea langsung menarik tangan Gabby menuju mobil milik Zavier yang sudah terparkir di pinggir jalan.

Sesampainya di sana, Elea masuk ke mobil; di sebelah kursi kemudi. Sedangkan Gabby duduk di belakang.

Di dalam mobil, Zavier diam tak banyak bicara.

"Nggak apa-apa kan Kak Ansel ikut kita?" tanya Elea dengan tangan yang menyentuh lengan atas Zavier.

Zavier hanya mengangguk. Lelaki itu tidak banyak bicara. Sesekali Gabby meliriknya dari spion depan.

"Mobilmu mogok, kenapa nggak hubungi pacar kamu itu, Kak?" tanya Elea.

"Kita berdua udah putus," jawab Gabby seraya melirik ke spion depan yang kebetulan Zavier pun menatapnya lewat sana. Namun ekspresi wajahnya masih datar.

"Loh kenapa? Keliatannya pacar kamu itu sayang banget sama kamu loh, Kak. Memangnya kamu nggak nyesel pisah sama lelaki sebaik dia?"

Terdengar dengusan dari Zavier. "Baik apanya," bisik Zavier dengan wajah mencibir. Ia ingin tertawa mendengar Fenly dianggap baik oleh Elea.

"Kamu kenapa? Kak Fenly emang baik banget kan. Dia itu-"

"Kamu nggak tahu apa-apa tentang cowok brengsek itu, Sayang."

Sayang? Hati Gabby sedikit tergores mendengar Zavier memanggil perempuan lain dengan panggilan itu. Padahal ia ada di dekatnya.

Tak lama, mobil Zavier pun tiba di pelataran rumah Elea.

"Kamu langsung pulang aja, udah malem banget. Kasian Kak Ansel," ucap Elea sebelum membuka pintu mobil.

Zavier mengangguk lantas menarik tubuh Elea mendekat padanya. Ia mencium gadis itu tanpa memedulikan Gabby yang melihatnya.

Gabby memalingkan wajahnya daripada melihat Zavier berciuman dengan perempuan lain di depannya yang membuat dirinya sakit. Tangannya ia kepal erat-erat melampiaskan nyeri di hatinya.

Elea melepaskan ciumannya. "Aku turun, ya? Take care."

Setelah Elea keluar, Zavier langsung menjalankan mobilnya menjauhi rumah Elea. Namun belum 100 meter, Zavier kembali menghentikan mobilnya kembali.

"Pindah!"

tbc👙

updatenya kapan2 lg yhh. smoga ad ide dan wktunya❤

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang