👙Part 38👙

149 8 3
                                    

wahhh lama ya tidak update wkwk

happy reading👙

Tubuh Gabby terasa lemas tatkala matanya melihat hasil tes DNA antara dirinya dan Rasel. 99,9% cocok. Bagaimana bisa? Bukankah ayahnya sudah meninggal? Atau selama ini lelaki yang menjadi ayahnya itu meninggalkan dirinya dan sang bunda.

"Bby," panggil Zavier seraya memegang kedua bahu istrinya.

"Ini semua bohong kan, Zav?" tanya Gabby dengan suara gemetar. "Ayah aku udah meninggal dari aku bayi."

"Ini jalan dari Tuhan untuk kamu. Mungkin beliau datang untuk temani kamu, menggantikan Bunda."

"Aku bingung harus gimana, Zav." Butuh banyak keberanian dan waktu untuk melalukan tes DNA.

Zavier memeluk Gabby. "Jangan paksain diri kamu. Om Rasel pasti mengerti keadaan kamu. Nanti aku yang coba bilang ya?"

Gabby menggangguk dalam dekapan sang suami. "Aku masih nggak percaya sama semua ini, Zav. Di sisi lain aku seneng karena ayahku masih hidup, tapi di sisi lain aku juga sedih karena ayah udah punya keluarga baru."

"Om Rasel sayang kamu juga, kamu tetap anaknya, Bby."

"Tapi gimana perasaan Elea setelah tahu kalau aku saudara seayahnya?"

Benar juga, pikir Zavier. Ia tahu perangai Elea yang pasti sangat tidak terima akan kenyatan sekarang ini. Sudah dapat dipastikan perempuan itu akan mengamuk.

"Stop pikirkan perasaan orang lain, ya?" Gabby mengangguk. "Sekarang cukup pikirkan anak kita, okay?"

"Mau berangkat sekarang?" tanya Zavier yang sudah menenteng tas berisi perlengkapan Gabby.

Hari ini mereka akan pergi ke rumah sakit untuk proses lahiran Gabby. Perkiraan dokter, Gabby akan melahirkan minggu depan. Tapi Zavier dan Gabby memilih untuk bersiap dari sekarang. Banyak hal yang mereka berdua siapkan untuk menyambut buah hati pertama mereka. Meski ini pertama kalinya bagi mereka, tapi pasangan itu sudah sangat bersiap dan hati-hati.

"Kamu udah kabarin Mami kalau kita berangkat sekarang?"

Zavier menggeleng. "Belum. Nanti aja kalau kamu udah mau lahiran aja."

***

Menjelang malam, Gabby merasa perutnya sakit luar biasa. Napasnya pun terasa tercekat.

"Zav ...," panggil Gabby pelan pada suaminya. Zavier sudah terlelap di samping Gabby. Tangan lelaki itu pun memeluk tubuh sang istri.

Zavier bergumam namun tak kunjung membuka matanya. "Mau ke kamar mandi lagi?" tanyanya.

"Perut aku sakit, Zav. Kayaknya mau keluar sekarang deh," lirih Gabby seraya menahan nyeri pada bagian perutnya.

Mendengar penuturan dari istrinya, Zavier langsung bangkit dari tidurnya. Matanya mengerjap berkali-kali untuk membiasakan cahaya lampu yang masuk.

Lelaki itu dengan siaga memencet tombol di samping ranjang sang istri. Namun Dokter tidak kunjung datang.

"Bentar ya, Bby. Aku panggil dokternya dulu." Zavier melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Matanya bergerak ke sana-ke sini mencari keberadaan dokter ataupun suster.

"Suster ... susterrrr, istri saya udah mau lahiran," ucap Zavier ketika melihat suster yang tengah mengerjakan sesuatu.

Mendengar penuturan Zavier, suster itu dengan sigap langsung menghubungi dokter yang menangani Gabby.

"Dokternya sudah saya hubungi, Pak. Sekarang kita akan langsung membawa Bu Ansellia ke ruang persalinan," terang suster tersebut yang berjalan cepat menuju kamar inap Gabby, diikuti beberapa rekannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang