👙Part 12👙

1.7K 26 2
                                    

happy reading👙

"Zav, pelan-pelan," ucap Gabby yang memaksakan kakinya untuk menyeimbangi langkah besar Zavier.

Tiba-tiba datang, Zavier langsung menariknya pergi dari hadapan Fenly.

Zavier membuka pintu mobilnya. "Masuk!"

Gabby hanya bisa menuruti ucapan Zavier. Ia takut jika tetap keras kepala, Zavier akan emosi. Bisa ia lihat jika wajah itu tengah sedikit emosi.

"Kamu kenapa sih, Zav? Datang-datang langsung tarik tangan aku."

Zavier berdecih. "Lo nggak mau gue jemput, karena balik sama dia kan?"

Lo? Gabby tersenyum miris karena Zavier kembali memanggilnya seperti itu.

"Apa sih, Zav? Dia cuma sapa aku. Lagipula dia kan-"

"Dia apa? Karena dia pacar lo?" Gabby diam. "Gue suami lo sekarang kalo lo lupa."

"Aku nggak lupa, Zav."

"Nggak lupa tapi mesra-mesraan."

"Siapa yang mesra-mesraan sih, Zav? Ini kalo kamu cuma ngajak berantem doang, aku balik sendiri aja."

"Ya udah sana, balik sama cowok bajingan itu."

Gabby menghela napasnya, lalu keluar dari mobil Zavier. Padahal Gabby baru saja ingin memulai semuanya dari awal. Ia ingin hubungannya dengan Zavier baik-baik saja. Tapi lelaki itu malah bersikap demikian.

Setelah Gabby keluar, mobil itu berjalan menjauhinya. Zavier benar-benar meninggalkannya.

Di saat seperti ini, apa tidak bisa Zavier menstabilkan emosinya? Setidaknya untuk hari ini saja. Gabby benar-benar lelah. Ia mencoba untuk sedikit melupakan kesedihannya.

"Loh? Masih di sini ternyata? Zavier mana?" Suara itu kembali terdengar di telinga Gabby.

Gabby menolehkan kepalanya dan tersenyum. "Ada urusan mendadak, jadi gak bisa nganterin."

"Mau gue anterin?"

"Nggak usah. Ntar gue pesen taksol aja."

"Eh, sekalian aja gak sih sama tadi yang mau lo omongin ke gue?"

Terlihat Gabby yang seperti tengah berpikir. Ia tidak ingin ada keributan antara Fenly dan Zavier nantinya.

"Gue nggak bakal aneh-aneh, Ans. Pure anter lo balik aja."

"Nggak gitu maksud gue."

Fenly tergelak. "Iya-iya. Ayo gue anterin."

Setelah itu Gabby naik ke atas motor Fenly. Lelaki itu menjalankan motornya sedang. Selama perjalanan Fenly diam, ia menunggu Gabby membuka percakapan. Fenly merasakan suasana aneh di sekitar mereka berdua. Padahal ia merasa hubungan mereka baik-baik saja.

"Ngomongnya mau di motor aja atau nanti di-"

"Di motor aja, Fen."

"Okay," ucap Fenly.

Gabby menarik napasnya panjang sebelum berbicara.

"Let's break up." Gabby berkata pelan. Ia berharap Fenly mendengarnya. Dan tubuh lelaki itu pun tidak menegang, mungkin ia tidak terkejut sama sekali dengan ucapannya.

"Kenapa?" Suara Fenly terdengar sangat tenang.

"Gue nikah sama Zavier, sorry."

"Kok minta maaf? Kalo emang harusnya begitu, ya udah nggak apa-apa, gue terima. Tapi kalo dia nyakitin dan bikin lo nangis, balik ke gue ya, Ans? Gue bakal tetep buat lo."

Mendengar ucapan Fenly, Gabby menitikkan air matanya. Inilah alasan kenapa ia menyukai Fenly. Karena lelaki itu selalu mendengarkannya, tidak pernah menanyakan alasan kenapa ia begini dan begitu, tidak pernah bersikap kasar padanya. Sangat berbanding terbalik dengan Zavier.

"Thank you, Fen. You're always the best."

"Terbaik tapi kok tetep ditinggalin ya, Ans?" canda Fenly dengan nada pura-pura sedih.

Gabby tersenyum. "Takdir, kan."

Terdengar suara Fenly terkekeh. "Takdir emang sedikit jahat sih, Ans. Apalagi buat orang kayak gue."

tbc👙

Deapest Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang