Bab 3

8.1K 432 5
                                        

Normal pov...

"Lo gak papa?"

Gus Ali tetap diam tanpa menjawab pertanyaan sepupunya itu. Ia terus melihat bingkai foto itu dengan nanar. Tiba-tiba dadanya terasa sakit dan sangat sesak.

"Paman!!" Teriakan melengking berasal dari Shaka dengan menatap kesal dua Gus muda itu.

2 gus muda itu tentu saja tersentak. Bahkan orang-orang yang berada di meja terima tamu yang jaraknya cukup jauh dari keduanya pun juga tersentak dan menyadari kedatangan keduanya.

Dua gus muda itu segera menghampiri meja terima tamu setelah menetralisir rasa terkejut mereka dan memasang wajah tenang juga biasa saja. "Assalamualaikum." Keduanya berucap salah dengan kompak.

"Waalaikum salam." Yang berada di meja tamu segera menjawab salam dengan serentak dengan wajah terkejut.

"Gus berdua kapan datang?"

"Kami baru saja datang sekitar 15 menit yang lalu." Gus Yanan yang menjawab pertanyaan Uztadz Syifa'.

"Keluarga ndalem pasti senang dengan kepulangan kalian." Kata Uztadz Syifa' sambil tersenyum.

"Abi dan umi ada di dalem?" Tanya Gus Ali dengan menunjuk tempat acara.

"Iya gus, abi dan umi ada didalam."

"Apa kami harus mengisi buku tamu?" Tanya Gus Ali dengan bercanda yang di sambut tawa Uztadz Syifa'dan Gus Yanan.

4 anak kecil itu sedang menatap 3 orang dewasa di depan mereka dengan kepala yang miring dan tatapan mata yang polos.

"Paman berdua itu ciapa cih?" Tanya Shaka polos dan penuh rasa penasaran.

"Antarkan kami pada Buya dan Umi. Nanti kalian pasti tahu siapa kami." Kata Gus Ali lembut dan langsung mendapat anggukan kompak dari 4 keponakannya itu.

Gus Yanan dari tadi sudah menahan kemas untuk tidak menggigit pipi 4 keponakannya yang sangat imut itu satu persatu.

Anak itu memimpin di depan, tapi tiba-tiba berbalik dengan kompak. "Paman cuman bica ketemu Buya. Coalnya umi di tempat kucuc perempuan." Kata Afkar dengan menunjuk tempat tamu perempuan.

"Antarkan ke tempat umi." Balas Gus Ali lembut.

"Ndak boleh!!" Ucap tegas 4 anak kecil itu.

"Boleh." Balas Gus Yanan mencubit pipi Syilla dan Gus Ali yang mencubit pipi Shaka.

"Hua... Umma!!!" Syilla menangis setelah di cubit Gus Yanan dan langsung lari pergi mencari ummanya.

3 anak laki-laki lainnya langsung ikut mengejar Syilla, sedangkan dua gus itu saling lirik.

"Mampus lo ditangan Umi Wawa, karena bikin cucunya nangsi!" Gus Ali menakut-nakuti Gus Yanan.

Gus Yanan langsung bergidik ngeri membayangkan Ia yang dimarahi Umi Wawa.

"Kita ke tempat Buya aja kalau gitu."

"Yang ada kita di amuk Umi Wawa, Umi Dila, sama Dek Yana." Balas Gus Ali setelah menghela nafas.

"Balik ke Inggris aja yok!"

"Ngawur!!!" Gus Ali menyentak Gus Yanan.

Sedangkan itu Syila menangis di pelukan ummanya yang tidak lain adalah Ning Reya. Di sana ada para Bu nyai dari berbagai pondok pesantren.

"Sebenernya Syilla kenapa?" Tanya Umi Wawa menatap Fajril, Afkar, dan Shaka.

"Kalian jailin Syilla lagi?" Tanya Umi Dila pada cucu-cucunya yang dengan kompak menjawab dengan menggelengkan kepala mereka.

My Huriyah ✓ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang