Bab 27

3.2K 235 6
                                    

Hai!!!

Aku harap kalia vote ya dan komen.

Aku suka banget kalau kalian komentar. Aku suka baca komentar kalian.

Komentar dan vote kalian itu buat aku semangat buat bikin cerita ini.

Jadi jangan diem aja nggak komen dan nggak vote.

Kalian bisa komen unek kalian tentang alur ceritanya.

Atau nggak bisa komen dengan "Author cantik"

Aku tunggu vote dan komentar kalian.

Kalau mau cepet update kalian ya harus vote dan komen.








Karina pov...

Aku sedang melihat Ka'bah dari balkon kamar hotelku. Hari ini adalah hari terakhir kami menjalani ibadah umroh.

Aku baru saja kembali ke hotel bersama anggota travel setelah melaksanakan tahallul. Gus Ali, dia tidak ikut kembali dengan travel karena ada urusan. Karena sudah melaksanakan tahallul maka ibadah umrah kami telah selesai. Semuanya berjalan lancar dan tertib.

Minggu depan aku harus kembali ke Korea Selatan. Hari liburku akan segera berakhir. LDR lagi sama suami tercinta.

Ada yang membunyikan bel pintu kamar hotelku. Aku segera membuka pintu. Ternyata itu Gus Ali suamiku.

"Assalamualaikum."

"Waalaikummus salam." Gus Ali pun masuk dan aku menutup pintu kembali.

Tunggu... Penampilannya ada yang tidak wajar dari seseorang yang sudah selesai umroh.

"Kok kamu nggak gundul?!!" Kataku. Biasanya orang yang selesai umroh dan haji itu gundul karena melaksanakan tahallul. Ini suamiku model rambutnya udah pendek nggak gondrong kayak kemarin, tapi potongan rambutnya jadi keren.

Bukannya menjawab pertanyaanku Gus Ali malah tertawa. Aku jadi ingin menonjoknya.

"Sayang. Ada dua cara memotong rambut kepala saat tahallul. Pertama di sebut halqu, yaitu mencukur sampai botak. Ke dua taqshir, yaitu memendekkan rambut kepala dengan hanya memotong sebagian saja minimal 3 helai rambut. Hal ini juga berlaku untuk perempuan bukan hanya laki-laki saja. Dalil yang dijadikan dasar kebolehan memilih antara halqu dan taqshir ini adalah firman Allah dalam surat al-fath ayat 27." Aku mendengarkan penjelasanya dengan baik.

"Kamu mau dengar aku melantunkan suratnya?"

"Boleh."

"بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ .لَّقَدْ صَدَقَ ٱللَّهُ رَسُولَهُ ٱلرُّءْيَا بِٱلْحَقِّ ۖ لَتَدْخُلُنَّ ٱلْمَسْجِدَ ٱلْحَرَامَ إِن شَآءَ ٱللَّهُ ءَامِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ ۖ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا۟ فَجَعَلَ مِن دُونِ ذَٰلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا."

"Meski boleh antara halqu dan taqshir, hanya saja bagi laki-laki tahallul yang paling utama adalah mencukur sampai gundul. Bahkan dalam sebuah riwayat imam Al Bukhari dan Muslim, Nabi shallallahu alaihi wasallam mendoakan ampunan tiga kali lebih banyak pada orang yang mencukur sampai gundul dibandingkan orang yang hanya memendekkan saja." Terangnya secara terperinci.

"Terus kenapa mas nggak gundul sekalian? Kan lebih utama."

"Hehehe..." Dia malah nyengir bukannya jawab pertanyaan ku.

My Huriyah ✓ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang