Bab 35

3K 243 4
                                    

Hai!!!

Aku harap kalia vote ya dan komen.

Aku suka banget kalau kalian komentar. Aku suka baca komentar kalian.

Komentar dan vote kalian itu buat aku semangat buat bikin cerita ini.

Jadi jangan diem aja nggak komen dan nggak vote.

Kalian bisa komen unek kalian tentang alur ceritanya.

Atau nggak bisa komen dengan "Author cantik"

Aku tunggu vote dan komentar kalian.

Kalau mau cepet update kalian ya harus vote dan komen.










Normal pov...

"Aaa!!" Umi Dila menjewer telinga kanan Gus Ali yang baru saja pulang dari mengajar.

"Aduh! Umi!! Ali kenapa di jewer?!!" Kata Gus Ali yang kesakitan karena Umi Dila belum melepaskan jewerannya.

"Kamu apain menantu umi? Hah!!" Kata umi Dila sambil menatap tajam Gus Ali.

"Ali gak ngapa-ngapain Karina." Gus Ali menjawab sambil mengelus telinganya yang merah karena di jewer uminya.

"Terus kenapa tadi Karina nangis?"

"Itu karena Karina pingin Ali warnain rambut, tapi Ali gak mau."

"Apa susahnya warnain rambut. Nggak haram juga."

"Umi, Karina ini udah mendekati HPL, masih aja ngidam. Aneh." Gus Ali berucap dengan kesal.

"Heh!!" Umi Dila sangat kesal dengan putranya itu. Karena terlampau kesal umi Dila sampai menoyor kepala Gus Ali dengan kencang.

"Sakit umi."

"Cepat pergi ke salon warnain rambut, mungkin Karina pengen waktu lahiran lihat warna rambut kamu berubah."

"Tapi Umi, apa kata orang kalau Ali warnain rambut." Gus Ali terus saja menolak untuk mewarnai rambutnya.

"Sejak kapan kamu mikirin apa kata orang?!!" Umi gila menaikkan sebuah alisnya melihat putra bungsunya itu.

"Oh... Ya.. ya... Sejak kapan?"

"Heh!!" Kesal umi Dila yang kembali menoyor kepala Gus Ali.

"Bilang aja kamu nggak mau! Pergi ke salon sekarang! Warnai rambut kamu! Mau warna pelangi atau apapun itu asal jangan hitam!!" Kata tegas Umi Dila.

"Tapi umi-"

"Udahlah umi. Mas Nata nggak perlu dipaksa kalau nggak mau." Kata Karina yang baru saja datang dengan wajah sedih dan sembab.

"Ali pasti warnain rambutnya." Umi Dila berusaha menghibur sang menantu.

"Nggak usah di paksa umi. Karina nggak papa kok." Setelah mengatakan itu Karina pergi ke kamar tamu yang sudah ia tempati sejak 3 bulan yang lalu.

"Liat tuh! Kamu itu jangan bikin sedih istri kamu apapun alasannya. Buat Karina bahagia. Karina nggak minta hal-hal aneh Ali!!" Geram Umi Dila pada putra bungsunya.

"Iya umi, tapi Ali kan CEO. Enggak etis kalau-"

"Uncel Lintang nggak akan masalah. Sana pergi ke salon!" Buya Fariz yang dari tadi menyimak akhirnya bersuara. Yang artinya tidak akan bisa di bantah.















***

Pukul 20.00

Gus Ali memasuki kamar tamu dan mendapati sang istri yang sedang membaca buku.

My Huriyah ✓ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang