Normal pov...
4 hari sudah usia pernikahan Gus Ali dengan Karina.
Karina sudah rapi. Ia akan pergi bersama Gus Ali.
"Udah siap?"
"Udah. Mas gak mandi dulu?" Karina bertanya karena suaminya itu baru saja pulang dari kantor.
"Nanti aja di ndalem. Biar aku yang bawa kopermu."
Pasangan pengantin baru itu segera turun dan berpamitan pada Irawan dan Anjeli selaku orang tua Karina.
"Yang baik di pesantren, jangan buat masalah." Anjeli memberikan peringatan kepada putrinya agar tidak membuat masalah di rumah mertuanya.
"Iya ma." Karina menjawab dengan malas. Sudah berulangkali sang mama mengatakan hal itu.
Gus Ali tersenyum melihat tingkah sang istri. "Ma, pa, kita berangkat sekarang ya." Ucap Gus Ali.
"Iya, hati-hati." Kata Irawan.
"Pa, dari sini ke pesantren kalau naik mobil nggak nyampe 5 menit." Karina berucap dengan mencium tangan Irawan sambil memasang wajah jengah. Irawan tersenyum melihat wajah putrinya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Normal pov end....
Karina pov...
Mobil yang dikemudikan oleh Mas Nata suamiku memasuki gerbang yang terdapat tulisan "PP. AL-ALAWI"
Aku menikah dengan putra kyai. Duniaku dan dunianya sangat berbanding terbalik 180°
Banyak santri yang terlihat setelah memasuki gerbang besar pesantren. Saat mobil melewati masjid pesantren para santri yang duduk langsung berdiri dan yang berjalan langsung berhenti. Mereka berdiri sambil menunduk dan menyingkir dari jalan.
"Tak ada yang berubah. Hanya bangunan yang jauh lebih modern. Bangunannya memang berubah tapi__"
"Tapi adabnya tidak berubah, karena adab lebih tinggi dari ilmu Karina."
"Ya kamu benar gus." Aku mengalihkan perhatianku padanya dan ia tersenyum.
"Kalau kamu memanggilku seperti itu, aku jadi ingat masa kecil kita." Aku tertawa mendengar perkataannya barusan.
"Hahaha... Bagaimana kabar Anan (Gus Yanan), Wafi, Reano, Hanan, dan Faza?"
"Kamu lihat saja nanti. Merejabmasih berada di pesantren."
"Oke."
Kami bertuju adalah teman masa kecil. Saat libur sekolah aku akan pulang ke Indonesia dan para gus itu akan datang ke rumahku untuk mengajakku bermain. Reano, Hanan, dan Faza juga akan datang ke sini saat libur sekolah. Tapi saat aku berusia 12 tahun aku tidak pulang ke Indonesia saat liburan. Saat umurku 16 tahun barulah aku bertemu kembali dengan mereka dipernikahan anak-anak Uncel Lintang.
Mobil yang dikemudikan suamiku masuk ke basement ndalem barat. Kami pun turun dari mobil.
"Kopernya biarin aja." Ucapku saat Mas Nata mau ngambil koperku.
"Tasnya?"
"Dibawa." Aku membawa satu koper besar, 2 tas berukuran sedang, dan tote bag besar. Satu koper besar itu sengaja aku tinggal di mobil.
"Ini kita gak bawa apa-apa buat abi sama umi." Ucapku khawatir. Kami tidak membawa buah tangan apapun.
Kami berjalan menaiki tangga. "Aku bawa kamu aja mereka udah seneng banget, Karina."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Huriyah ✓END
Fanfiction(Spinoff Assalamualaikum My Destiny) Tentang cinta sejati seorang Gus Afrizal Ali Nata Al-Alawi. Kisah ini di mulai dari mata yang jatuh cinta melihat santriwatinya. Yang berlanjut pada perpisahan sebelum mengungkapkan sebuah rasa. Gus Afrizal Ali N...
