Bab 23

3.4K 268 3
                                    

Hai!!!

Aku harap kalia vote ya dan komen.

Aku suka banget kalau kalian komentar. Aku suka baca komentar kalian.

Komentar dan vote kalian itu buat aku semangat buat bikin cerita ini.

Jadi jangan diem aja nggak komen dan nggak vote.

Kalian bisa komen unek kalian tentang alur ceritanya.

Atau nggak bisa komen dengan "Author cantik"

Aku tunggu vote dan komentar kalian.

Kalau mau cepet update kalian ya harus vote dan komen.













Normal pov...

Gus Yanan baru pulang pukul 13.00 siang. Ia tadi mendapat telepon dari kantor tentang urusan yang sangat penting.

Gus Yanan sekarang ini sedang mencuci kaki dan tangan di padasan yang berada tepat di samping teras ndalem tengah.

Padasan adalah tempat menampung air yang diberi lubang pancuran atau tempat air wudhu atau bisa disebut gentong air.

Setelah mencuci kaki dan tangan barulah Gus Yanan masuk ke ndalem tengah.

"Makan sana dek." Baru masuk ndalem Gus Yanan sudah disuruh makan oleh sang kakak. Siapa lagi kalau bukan Ning Yana.

"Sekalian ajak istri kamu makan. Dari tadi pagi nggak keluar dari kamar." Sambung Ning Yana.

"Iya teh. Yanan ke atas dulu."

"Iya."

Gus Yanan aku naik lantai 2 tempat di mana kamarnya berada. Gus Yanan diam cukup lama di depan pintu. Ia tidak berani masuk ke dalam kamarnya sendiri.

"Ceklek." Sekian lama meyakinkan diri akhirnya Gus Yanan membuka pintu kamarnya dan masuk.

Memasuki kamar Gus Yanan disambut dengan oleh Ning Luaina yang sedang melaksanakan sholat dzuhur. Gus Yanan tersenyum melihat istrinya.

'Banyak yang bilang kamu jahat dan tidak punya hati karena ingin menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki istri, tapi aku tahu, kamu hanya ingin menikah dengan orang yang kamu cintai dan ingin bersamanya. Sayangnya orang yang kamu cintai adalah laki-laki beristri. Caramu yang ingin mendapatkannya tidak sejahat dan segalia para pelakor di luar sana. Aku sangat tahu dan mengerti apa yang kamu rasakan saja kamu mulai jatuh cinta pada Ali. Kamu hanya memanfaatkan peluang yang ada untuk bersama Ali. Aku yakin kamu masih memiliki perasaan dan hati nurani juga tahu mana yang benar dan salah.' ucap Gus Yanan dalam hati.

"Turun dan makan." Kata Gus Yanan pada istrinya saat istrinya itu sudah selesai dengan sholat dzuhur.

Ning Luaina terkejut. Ia tidak sadar bahwa ada Gus Yanan di belakangnya.

"Aku tunggu di meja makan." Setelah mengatakan itu Gus Yanan pergi. Ia tidak bisa lama-lama satu ruangan dengan istrinya. Karena jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

10 Menit Kemudian

Gus Yanan menunggu istrinya di meja makan sambil mengecek beberapa email dari perusahaan tentang masalah tadi.

Gus Yanan menyimpan handphonenya saat Ning Luaina datang dan duduk di kursi seberang tempatnya duduk. Gus Yanan meletakkan sepiring nasi dan lauk pauknya di depan istrinya itu. "Makan. Saya tahu kamu belum makan dari pagi." Gus Yanan berucap dengan penuh perhatian. Padahal dia sendiri belum makan dari tadi pagi.

Ning Luaina dengan ragu-ragu memakan makanan yang disiapkan oleh Gus Yanan untuknya. Gus Yanan yang melihatnya tersenyum. Lalu ia mengambil piring baru dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Dia juga lapar. Dia tidak akan kenyang hanya dengan melihat istrinya makan.
















My Huriyah ✓ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang