BAB 4 KLEPON CELAKA

580 66 0
                                    

Tiana datang membawa nampan berisi kudapan kue yang dijanjikannya. Duduk di sebelah Jasper nampan itu diletakkan di tengah mereka.

"Meneer pernah makan ini?"

Jasper menggelengkan kepala, dilihatnya bulatan-bulatan kecil berwarna hijau yang ditaburi parutan kelapa.

"Melihatnya saja baru kali ini. Apa namanya?"

"Kami menyebutnya klepon, sedangkan orang di tanah Sumatera menyebutnya onde-onde. Coba tuan cicipi satu saja, rasanya lezat, manis dan lumer di mulut."

Jasper menatap ekspresi wajah Tiana yang mencurigakan, wajahnya mungkin tersenyum tulus tapi matanya mengerling jahil, alisnya terangkat seperti mengantisipasi sesuatu.

"Kau tidak mencampuri racun ke dalam makanan ini, bukan?"

Tiana tercengang lalu tertawa lebar mendengar pertanyaan Jasper.

"Hahaha..., Meneer sangat pintar melucu, bagaimana mungkin pikiran tuan bisa seliar itu? Lagipula apa untungnya bagiku meracuni Meneer, selain aku akan diadili para hakim karena membunuh orang Belanda."

Pernyataan Tiana barusan berhasil meyakinkan Jasper. Diambilnya kue itu, tercium aroma kelapa yang wangi, begitu mengugah seleranya. Bola kecil itu diletakkan di depan mulutnya, ekspresi Tiana makin mencurigakan pipi bulatnya semakin menggembung seperti hendak meletus.

Jasper meletakkan kembali kue itu ke nampan, alis tiana mengkerut melihatnya.

"Kenapa meneer? Anda tidak suka?"

"Bagaimana jika kau makan dulu, beri aku gambaran saat memakannya."

Tiana menghela nafasnya, kemudian mengambil satu klepon, begitu bola kecil itu berada di mulut, lalu digigitnya sepenuh hati dan langsung ditelannya. Ekspresi wajahnya kembali menyebalkan seakan-akan mengejek Jasper yang ketakutan pada bola kecil itu.

"Lihat, tidak ada apa-apa, bukan?"

Jasper merasa agak tersinggung dengan senyum mencemooh yang Tiana berikan sekarang. Diambilnya kembali kue itu, begitu klepon itu berada di depan bibirnya, digigitnya sepenuh hati. Malapetaka terjadi, separuh isinya muncrat dan mengotori satu-satunya baju yang dipakainya, setengah sisanya belepotan di bibirnya.

"Kue celaka!" Makinya kesal dan dibanting sisa kue di tangannya.

Tiana tertawa bahagia mendengar Jasper memaki kue klepon. Noda besar tercetak di kemeja putih yang terpercik lelehan gula aren.

"HAHAHA..., Astaga ternyata benar ada orang yang tidak pernah makan klepon, ya tuhan."

"Kau sengaja mengerjaiku? memberikan kue ini kepadaku sebagai lelucon, bukan?"

Tiana mengedikkan bahunya, mengambil sebuah klepon dan memakannya langsung. Raut wajahnya jelas mengukir senyum kemenangan.

"Siapa sangka anda benar-benar tidak tahu makanan ini, meneer. Berapa lama anda hidup disini?"

"Tidak ada yang pernah membuat itu di rumahku. Dan lagi bukankah itu makanan kampung? Bahkan aku tidak pernah melihatnya di toko-toko orang cina di sana."

"Para pelayan Meneer tidak pernah membuatnya disana?"

Jasper hanya menggeleng.

"Meneer tahu, klepon ini punya makna yang dalam."

"Apa pun maknanya, benda itu tetap hancur ketika masuk ke perutku. Dan bisakah kau berhenti memanggilku meneer, aku merasa sangat tua sekali dipanggil dengan sebutan itu terus-menerus."

"Jadi aku harus memanggil apa kepada meneer?"

"Namaku Jasper, Jasper van Dijk."

Dari jauh terdengar suara derap langkah kuda yang banyak mendekat dari ujung jalan.

Jasper & TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang