BAB 18

392 59 0
                                    

Esok paginya, Jasper yang sudah siap berangkat menemui tuan controleur terkejut mendapati papanya menunggu di lobby hotel. Papa terlihat seorang diri, sedang duduk membaca koran terbitan media buitenzorg, tampak belum menyadari kehadiran Jasper. Saat Jasper menghampiri pun papa masih asyik dengan koran yang dipegangnya.

"Pagi, pa. Kenapa papa ada disini?"

"Ah, Jasper. Akhirnya kamu turun juga, sudah sarapan?"

Jasper mengangguk, papa melipat koran dan meletakkannya di atas meja.

"Papa ingin berkenalan dengan tuan controleur, kamu bisa mengenalkan kami nanti."

"Papa yakin hanya ingin berkenalan dengan tuan Controleur? Bukan sedang bertengkar dengan mama, kan?" Selidik Jasper ingin tahu, rasanya aneh melihat papa sepagi ini.

"Ehem, jika kamu sudah sarapan, kita bisa berangkat sekarang."

Oh, jadi benar. Jasper bergumam dalam hati

Papa melangkah duluan, Jasper mengikuti, sudah ada kereta kuda beserta supirnya yang menanti mereka di depan hotel. Papa masuk lebih dulu lalu Jasper menyusul duduk di sebelahnya.

"Papa sungguh hanya ingin berkenalan dengan tuan controleur?" kejar Jasper tatkala kereta kuda sudah berjalan.

"Papa kira tidak ada salahnya bukan? Lagipula berkenalan dengan pejabat pemerintah punya keuntungan tersendiri." Papa menjawab dengan bijak.

"Jadi kenapa mama marah?"

Papa berdehem singkat tampak salah tingkah sebelum menjawab,"Ini semua karena kamu, Jasper."

"Karena Jasper? Memang apa salahku, pa?"

"Papa bilang pada mamamu bahwa kamu kemungkinan akan punya seorang nyai."

"Hah! Papa bilang begitu? Bagaimana reaksi mama?"

"Ya, Mamamu marah, setelah itu kami sedikit berdebat. Kamu tahu sendiri tabiat mamamu, keras kepala bila menyangkut prinsipnya jadi papa menyingkir dulu. Nanti jika dia sudah tenang, kami bisa bicara lagi. Papa tidak enak bertengkar di rumah orang lain."

"Apa mama tidak setuju jika Jasper menikah dengan inlander, pa?"

"Mamamu itu aneh, selama ini papa pikir dia akan menerima siapa saja yang menjadi calon menantunya. Dia santai saja ketika kamu berkencan dengan banyak wanita Netherland. Mama juga memperlakukan pembantu inlander di rumah dengan baik. Mungkin tidak pernah terbayangkan di benaknya kalau suatu saat kamu bisa menyukai wanita inlander. Sebaiknya nanti kamu bicara langsung dengan mama, Jasper. Itu juga jika kamu benar-benar serius dengan gadis inlander itu."

***

Kereta kuda membawa sepasang ayah dan anak ini ke kantor tuan controleur. Disana Tuan controleur dan dua orang pegawainya sudah menunggu kehadiran Jasper. Papa Berbincang dengan tuan Controleur, sementara Jasper mengikuti pegawai tuan Controleur ke kantornya, mengurus administrasi dan menandatangani beberapa dokumen penting lainnya. Setelah semua dokumen resmi selesai diurus, Jasper kembali bertemu dengan tuan Controleur.

Dua orang pegawai tadi kini membawa alat ukur dan patok-patok kayu, mereka mengikatnya di kuda masing-masing. Tuan Controleur mempersilahkan Jasper memimpin di depan, kereta kuda pun kembali berjalan.

Hari masih pagi, matahari belum naik benar ke singgasananya di tengah langit. Kereta kuda berlari membelah jalan, memasuki desa Tiana, suasana sepi, penduduknya sebagian besar sudah berangkat bekerja, memetik teh atau menanam padi di sawah. Gubernur Jenderal sudah berganti, era tanam paksa sudah berakhir, para pribumi kembali bebas memilih pekerjaan mereka. Selama mereka tidak melanggar hukum, mereka tidak perlu berhubungan dengan polisi atau diadili di Landraad (pengadilan khusus pribumi).

Jasper & TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang