Tuan Controleur bekerja dengan cepat, lewat dari beberapa hari kepergian Jasper ke Semarang, para Blandong (pembabat hutan) sudah tiba di Buitenzorg. Jumlahnya delapan belas orang. Empat orang Tionghoa, masing-masing Kepala mandor, dua mandor dan bujang, selebihnya para kuli laki-laki pribumi semua. Mereka mendirikan gubuk kecil di tepi hutan sebagai tempat untuk tinggal sementara. Saat matahari mulai terbit mereka akan mulai bekerja, tangan-tangannya terampil memakai kapak dan gergaji besar. Satu persatu pohon besar tumbang dalam sekejap. Ketika matahari mulai naik tepat di atas kepala para blandong akan beristirahat, makan siang sampai matahari tergelincir sedikit ke barat, baru mereka lanjut bekerja lagi sampai matahari terbenam.
Dalam beberapa minggu ini, bibi Aminah dan Tiana juga sibuk sekali, subuh buta mereka bangun memasak makanan bagi para pembabat hutan. Kemudian bekerja memetik teh, sebelum siang mereka sudah pulang, memasak makanan siang, karena makanan pagi biasanya sudah habis, hanya tersisa wadahnya saja. Tidak tahu dihabiskan pekerja atau dibawa orang yang numpang makan.
Setelah makan siang, mereka mencuci baju, tidak bisa tidur siang, dan tidak berani mandi sebelum para pekerja yang semua laki-laki itu pulang ke pondoknya, takut ada yang mengintip. Menjelang petang, para pembabat akan pulang, mereka tidak mendapat jatah makan malam. Tiana baru berani mandi setelah hari gelap, bibi Aminah akan berjaga di depan pintu, begitu pun sebaliknya, mereka bergantian, takut ada pekerja yang masih belum pulang.
Sebenarnya kekhawatiran mereka hanya angan saja. Jauh-jauh hari tuan controleur sudah mewanti-wanti kepala mandor. Anak gadis di rumah ini tidak boleh diganggu, sudah milik anak tuan tanah, tuan yang membayar pekerjaan mereka. Maka para pekerja pun hanya berani melirik dengan kepala tertunduk jika Tiana dan bibi Aminah lewat atau mengantarkan makanan. Mereka tidak akan berani melawan perintah tuan Controleur, salah-salah bisa dijebloskan kedalam penjara atau dihukum peradilan landraad.
Dan seiring itu pula bertambah kesibukan para penduduk desa. Bukan sibuk raganya, tetapi sibuk pikiran dan perkataannya saja. Belakangan ini, yang dibicarakan penduduk desa selalu masalah hutan, kabarnya ada seorang Belanda yang membuka lahan untuk menanam, biasanya akan banyak lapangan kerja. Lihatlah belum apa-apa Aminah dan keponakannya itu sudah dapat pekerjaan, dengar-dengar mereka dibayar 3 gulden sehari hanya untuk memasak. Jadi tukang petik teh saja hanya 6 gulden untuk seminggu. Betapa untungnya mereka.
Warga desa terutama yang laki-laki sering menghabiskan waktu mereka di rumah mang Kasnan. Satu-satunya rumah yang letaknya dekat dengan rumah Aminah. Pandangan mereka tertuju ke arah hutan, berharap bisa ikut bekerja. Satu atau dua gulden per hari adalah bayaran yang menggiurkan bagi kaum bumiputera. Jika saja tuan Controleur tidak sering berkunjung memeriksa para pekerja, tentu mereka senang meminta pekerjaan pada kepala mandor. Sayangnya, tuan Controleur yang baru ini rajin sekali berkeliling.
"Pri, jangan-jangan tuan Controleur itu naksir dengan keponakan ceu Aminah." ucap Amir suatu ketika.
Sekarang di balai-balai rumah mang Kasnan sedang berkumpul tiga orang pemuda, habis dari sawah mereka sempatkan mampir, sekadar mengamati para penebang hutan atau menanti makanan gratis dari bibi Aminah. Biasanya bibi Aminah akan memasak dalam porsi banyak saat siang hari dibandingkan pagi hari.
"Hush, jangan sembarangan kalau ngomong, Mir. Kedengaran tuan Controleur bisa ditembak kamu."
"Ada benarnya juga apa yang dikatakan Amir, Pri. Tuan Controleur sebelumnya tidak pernah mengawasi langsung pekerjaan seperti ini. Paling-paling pegawainya saja yang sekali dua kali menengok. Mungkin memang dia suka sama Tiana, gadis itu kan memang cantik." kata Umar menyahuti.
"Kasihan si Galuh jika benar begitu. Jauh-jauh dia kerja jadi pelaut agar punya banyak uang buat meminang Tiana, malah disini dombanya diterkam serigala."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper & Tiana
Ficção HistóricaKisah cinta antara seorang Belanda totok dengan wanita pribumi. Menjadi tentara di KNIL adalah hal yang tak pernah terlintas dalam benak Jasper van Dijk, gaji yang ditawarkan pemerintah memang mengiurkan, tapi sebagai anak tuan tanah kaya raya, gul...