Kokok ayam membangunkan Jasper, rasa-rasanya baru saja dia memejamkan mata, tapi hari sudah pagi. Kakinya sudah agak baikan, masih sakit tapi tidak begitu ketara seperti kemarin. Jasper keluar dari kamar, dan mendapati rumah itu telah kosong, nampaknya Tiana sudah pergi bekerja. Di atas meja di dapur ada makanan di dalam tudung saji. Dibukanya tudung saji, ada sayur kangkung, ikan goreng, dan sayur lalapan serta sambal ulek. Kebiasaan khas suku sunda, setiap makanan mereka selalu ada lalapan dan sambal. Lama-lama aku bisa jadi kambing jika hidup disini terus, batinnya.
Jasper pergi ke sumur, mencuci muka dan tangannya kemudian kembali ke dapur, menarik kursi dia duduk sambil mengambil nasi, ikan dan sayur kangkung. Dia sama sekali tidak menyentuh lalapan apalagi sambal. Lidah Netherlands-nya tidak sanggup untuk mencicipi sambal-sambal pribumi yang sangat pedas itu. Dia heran sekaligus takjub dengan kemampuan mereka untuk memakan makanan pedas.
Dulu saat sekolah di HBS Semarang, ada seorang anak bupati dari Padang, ibukota karesidenan pantai barat Sumatera. Setelah kembali dari liburan sekolah, dia membawa daging sapi yang dimasak
dengan rempah, dia menyebutnya rendang daging. Saat itu Jasper tertarik untuk mencoba mencicipinya, selanjutnya yang dirasakan hanya lidah yang terbakar karena pedasnya daging itu, Jasper sakit perut, 3 hari dia tidak sekolah setelahnya. Itu adalah kali terakhir Jasper makan sambal pribumi.
Bosan, itulah yang Jasper rasakan sekarang, tidak ada yang dikerjakan dan juga tidak ada teman mengobrol. Jika ada Tiana, setidaknya Jasper punya teman untuk berdebat. Karena gadis itu tampaknya tidak suka berdiskusi. Bila ada orang melihatnya sekarang, mereka akan mengatakannya gila. Sejak tadi kerjaannya hanya mengitari halaman rumah Tiana, pulang balik dari tanaman sayur ke pohon buah. Menengok buah yang telah ranum, memeriksa berbagai macam sayuran.
Seperti mendapatkan ilham, Jasper kemudian masuk ke dalam, mengambil wadah besar dan meletakkannya di bawah pohon. Dengan hati riang diambilnya galah bambu di samping rumah, satu-persatu buah mangga yang terlihat matang dijoloknya, tubuhnya yang tinggi semakin memudahkannya menggapai buah yang berada di dahan yang tinggi pula. Walaupun kakinya sembuh dia tetap tak bisa memanjat pohon ini, banyak semut rangrang yang hilir mudik di batangnya. Setelah satu pohon selesai, Jasper kembali masuk ke dalam rumah. Dia tadi melihat ada karung di bawah lemari. Ketemu, diambilnya karung-karung itu dan dibawa keluar.
Semua mangga di wadah tadi dimasukkannya ke dalam karung. Diletakkan begitu saja di pinggir rumah. Kemudian dia melakukan hal yang sama pada pohon buah yang lain. Dengan hati riang, dia berbaring di balai-balai menunggu kedatangan sang empunya rumah.
Matahari sudah agak bergeser dari puncak langit, perut Jasper sudah keroncongan tapi Tiana belum juga kembali. Agaknya wanita itu masih sibuk di bukit teh sana. Jasper menimbang-nimbang haruskah dia makan nasi tadi pagi dengan lauk yang sama? Seumur hidupnya dia belum pernah melakukannya, bahkan saat di barak militer menu makanan selalu berubah dari pagi hingga malam. Jasper melihat sayuran yang tidak lagi segar dimatanya, membuat selera makannya hilang. Jasper kembali ke depan, tumpukan karung berisi buah-buahan akhirnya menjadi pilihannya.
Tiana mendapati Jasper sedang memakan mangga saat dia pulang ke rumah. Di depan pria itu berbagai macam buah-buahan terhampar, serta di halaman karung-karung berisi sayur dan buah tergeletak begitu saja di atas tanah.
"Meneer habis merampok darimana?"
"Oh, kau sudah pulang. Bagus, kemarilah sebentar. Hitung berapa barang-barang ini mau kau jual. Aku hendak memberikannya pada Amang, sebagai balas budi. Nanti akan kubayarkan uangnya padamu. Hitung saja berapa gulden untuk semua yang ada disini."
"Darimana meneer mendapatkan semua barang ini?"
"Dari kebunmu pastinya, lihat aku membantumu memanen semua hasil kebunmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper & Tiana
Historical FictionKisah cinta antara seorang Belanda totok dengan wanita pribumi. Menjadi tentara di KNIL adalah hal yang tak pernah terlintas dalam benak Jasper van Dijk, gaji yang ditawarkan pemerintah memang mengiurkan, tapi sebagai anak tuan tanah kaya raya, gul...