BAB 7 BIBI AMINAH

464 72 1
                                    

Hai, hai. Jadi, aku mau ngucapin terima kasih banyak, sebanyak-banyaknya buat yang udah baca karya aku ini apalagi sampe ngasih vote. itu jadi bahan bakar buat semangat nulis lagi. Makasih ya, love you. Selamat membaca.


"Tidak bisa seperti itu, Meneer. Buahnya akan busuk jika dibungkus begitu."

"Ini namanya memeram, Daun ketela ini bagus untuk membuatnya matang."

"Jika mau memeram mangga, taruh saja di dalam beras. Lalu simpan di tempat gelap, buah itu akan cepat matang."

"Caramu itu malah membuatnya cepat busuk."

Dari arah pekarangan rumah, perdebatan dua orang ini terdengar lagi. Aminah tiba di rumahnya kemarin, dia hampir mati berdiri melihat seorang pria Belanda bertelanjang dada keluar dari kamar keponakannya. Setelah mengetahui permasalahannya, Aminah kembali merasa pusing mendapati keponakannya berhari-hari tinggal bersama seorang lelaki, lebih-lebih pria itu seorang Belanda totok, selama dia pergi membantu hajatan kenduri istri ki demang.

Tapi sekarang yang dirasakan hanya kepala yang pening, kedua orang itu tidak bisa akur barang sejenak. Ada saja yang mereka ributkan. Semenjak dia tiba, mereka selalu berdebat. Anehnya tuan Belanda yang diselamatkan Tiana itu, tidak juga pulang padahal kakinya sudah bisa dipakai untuk berjalan biasa. Dan baru kali ini, dia melihat seorang Belanda totok yang tidak risih tinggal di gubuk reot, tidak jijik makan bersama dengan pribumi, bahkan mau repot-repot mencangkul lahan. Dia bahkan berencana menanam anggur di samping pohon mangga.

Mulanya Aminah berpikir jika tuan Jasper menyukai keponakannya, tidak heran Tiana adalah kembang desa, begitu banyak pemuda yang berusaha mendekatinya. Bahkan pak kades berulang kali berujar ingin menjadikan Tiana istri keduanya, yang tentu saja ditolak mentah-mentah. Jangankan ingin mencumbu Tiana, Aminah rasa Jasper akan mengubur Tiana hidup-hidup jika ada kesempatan.

Aminah sadar laki-laki ini adalah orang yang dicari-cari tentara KNIL hingga ke berbagai pelosok desa. Baru kali ini dia melihat sekompi pasukan bergerilya memeriksa setiap desa hanya untuk seorang tentara yang hilang. Bukankah hal wajar tentara gugur di masa sulit begini? satu atau dua tentara mati setiap harinya melawan pemberontakan pribumi. Dan terakhir pasukan masuk ke kampung-kampung karena mereka mencari pejuang pribumi yang melakukan perlawanan.

Aminah segera melangkah mendekat ke sumber keributan, Jasper terlihat memegang beberapa helai daun ketela di tangannya, sementara Tiana memegang mangga muda yang sudah terlanjur dipetik kemarin.

"Tuan Jasper, tinggalkan saja buah itu, biar bibi nanti yang mengurusnya. Mengapa tuan tidak mandi dulu?"

"Ah, tidak mengapa, bi. Saya suka melakukan ini."

"Bukankah tuan akan melapor kembali ke komandan tuan?"

"Saya akan melakukannya besok pagi, bi. Tapi saya boleh minta bantuan sedikit?"

"Kerjaanmu dari kemarin-kemarin memang suka merepotkan orang lain, dasar meneer Belanda." sungut Tiana.

"Hush, neng. Tidak boleh begitu, selama kita bisa membantu, apa salahnya memberi sedikit kebaikan?"

"Ah, bibi memang baik, tidak seperti keponakan anda yang satu ini. Pantas saja badannya kecil, tidak tumbuh-tumbuh, dia suka ngambek seperti anak kecil."

"Apa katamu?"

"Tuan perlu bantuan apa?" Bibi Aminah memotong sebelum perdebatan mereka dimulai kembali.

"Bisakah bibi meminta orang untuk membawa kuda? Saya butuh kuda untuk kembali ke barak prajurit."

"Kenapa tidak naik pedati saja, tuan?"

Jasper & TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang