BAB 12

485 58 0
                                    

Matahari masih tinggi, hari masih siang. Namun, nyonya Maria van Schurman atau sekarang bernama Maria van Dijk telah tertidur pulas. Malam-malam panjang tanpa tidurnya sudah terlewatkan, kini dengan kembalinya sang putra semata wayang, belahan jiwanya. Dirinya bisa tersenyum dalam tidur.

Di kediaman tuan residen, Jasper dan papanya-tuan Antonie van Dijk, sedang duduk bersebelahan menatap ke luar jendela-jendela kaca yang menyajikan pemandangan barisan bukit tertata rapi. Andai ia manusia, maka buitenzorg adalah gadis muda yang teramat cantik. Rambut-rambut yang menghiasi bukit itu adalah perkebunan teh, dan di atas ada poninya berupa kabut-kabut awan yang ditiup angin. Tak heran tuan gubernur Jenderal membangun istananya disini, pindah dari kerumunan Batavia yang semakin padat.

"Buitenzorg indah, bukan?" tanya tuan Antonie sambil menghisap cerutunya.

"Ya, selain indah disini juga sejuk dan tentram, pa. Mungkin suatu saat papa akan berpikir untuk pindah kemari."

"Hahaha, jika papa pindah kemari, siapa yang akan mengurusi pabrik dan kebun-kebun? Kamu?"

"Jasper tentu akan membantu papa mengurusi itu semua, tapi nanti." ujarnya.

Seperti sudah menduga jawaban anaknya, papa Jasper hanya terkekeh ringan.

"Jadi sekarang ceritakan bagaimana kamu bisa hilang tanpa kabar dan baru kembali sekarang."

Jasper menarik nafas sejenak, kemudian mulai menceritakan asal mula dia terpisah dari regunya hingga terdampar di rumah Tiana. Perlu waktu setengah jam untuk ceritanya rampung.

"Untunglah kau bisa selamat, jangan ceritakan itu pada mamamu, dia tidak akan bisa tidur nyenyak lagi jika mendengarnya."

"Baiklah, tapi Jasper ingin memberi hadiah kepada gadis itu, pa. Bagaimanapun juga dia telah menyelamatkanku."

"Tentu saja, papa sudah berjanji untuk memberikan 3000 gulden kepada siapa saja yang menemukanmu, apalagi dia telah menyelamatkanmu tentu papa akan memberi lebih dari itu. Kalau perlu papa akan memberikan langsung kepadanya."

"Jasper berencana menghadiahkan tanah kepada mereka, pa. Tepat di samping rumahnya."

"Oh, sudah kau pikirkan rupanya. Kau ingin papa mengurusnya?"

"Tidak perlu, Jasper akan berkunjung ke kantor tuan controleur untuk membicarakannya."

"Hm, baiklah. Kau ingin memakai nama siapa untuk tanah itu?"

"Namaku sendiri, pa. Papa pasti paham tidak ada untungnya menggunakan nama mereka sendiri, lebih-lebih mereka hanya inlander biasa, bukan kaum bangsawan.

"Ya, begitu lebih baik. Ngomong-ngomong siapa nama gadis itu?"

"Tiana, pa."

Tuan Antonie menatap putranya lamat-lamat, sinar mata putranya terasa berbeda saat menyebutkan nama itu.

"Oh, kau tertarik padanya?"

Jasper menoleh cepat kepada papa, tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata papa yang teduh, tapi berhasil mengintimidasinya.

"Bukan begitu, pa. Jasper hanya ingin membalas kebaikannya." elaknya dengan berpaling, kembali menatap perbukitan buitenzorg.

"Papa pikir kau menyukainya, siapa namanya tadi? Tiana? gadis-gadismu di Samarang sana akan menangis jika tau kau jatuh cinta pada inlander."

"Tidak semua inlander itu buruk."

"Ya, papa tau, tapi kita tetaplah orang yang menjajah mereka. Ada pandangan buruk yang akan kalian terima saat bersama. Terutama dia sebagai seorang gadis pribumi, para pejuang nasionalis akan menganggapnya pengkhianat bangsa, sementara sebagian lain akan menganggapnya wanita serakah, gila harta karena mengejar seorang Netherlands. Tapi jika kau diam-diam memelihara nyai, orang-orang akan maklum. Sudah terlalu lumrah bagi orang Netherland punya seorang nyai pribumi."

Jasper & TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang