Tiana kini benar-benar menegakkan tubuhnya mendengar perkataan bibi.
"Kenapa, bi? Bibi berubah pikiran?"
"Neng, bagaimana kalau kamu pergi ke rumah dokter Liesbeth di Batavia? Dokter Liesbeth kemarin mengirim surat. Bibi tidak tahu apa yang ditulisnya, tapi bibi yakin dia pasti senang sekali jika kamu ke Batavia."
"Bibi mendapat surat dari dokter Liesbeth? Dimana suratnya bi?"
"Bibi simpan di dalam lemari, neng. Ambil saja."
Tiana bergegas masuk ke dalam rumah. Selang beberapa waktu dia kembali membawa selembar surat. Tiana duduk di sebelah bibi dan mulai membaca surat dari dokter Liesbeth. Bibi Aminah menyimak setiap ucapannya.
Kepada gadis kecilku,
Dityana
Apa kabar sayang? Masih ingat dengan mama doktermu ini? papa Hans menitip salam juga untukmu dan bibimu. Kami sangat merindukanmu gadis kecil, ah sekarang kamu pasti sudah menjelma menjadi wanita cantik. Apa kamu sudah menikah? Semoga saja belum.
Mama dokter rindu dengan Buitenzorg, suasananya tenang dan udaranya sejuk. Di Batavia udaranya panas dan sangat padat. Rumah sakit tempat kami bekerja selalu penuh dengan pasien, terutama jika sudah musim hujan. Rumah sakit letaknya tidak jauh dari pelabuhan Tandjong Priok. Jika kamu kesana, kamu bisa melihat kapal-kapal dagang besar yang bersandar di pelabuhan. Mereka datang dari berbagai tempat, dari Eropa dan dari Arab.
Tiana, apa kamu ingat, dulu papa Hans ingin mendirikan sekolah untuk pribumi? Sekarang sekolah itu sedang dibangun. Para rekan dan relasi papa Hans dari Jerman menyumbang untuk mendirikan sekolah rakyat. Disini para pribumi bisa belajar dengan gratis, guru-gurunya adalah orang-orang Eropa dan para bangsawan pribumi yang peduli dengan nasib kalian.
Mama harap kamu mau ke Batavia, belajar lebih jauh. Mama yakin kamu akan senang. Kamu bisa belajar bahasa Eropa. Nederland, Inggris, dan Jerman. Juga belajar tentang kedokteran, setidaknya kamu bisa belajar merawat para pasien yang sakit. Jika kamu tertarik datanglah ke Hospitaalweg dekat Tandjong Priok, cari saja dokter Hans semua orang mengenalnya. Mama tunggu kedatanganmu.
Salam Rindu,
Hans and Liesbeth van Giersbergen.
Tiana tertegun setelah membaca surat dokter Liesbeth. Ini seperti mimpi, dokter Liesbeth masih mengingatnya setelah sekian lama. Tiana pikir selama ini tentu dokter Liesbeth telah lupa dengan desa kecil di kaki bukit teh ini. Tiana selalu mendengar Batavia adalah kota yang besar dan sibuk, tak ada waktu untuk memikirkan orang lain. Dokter Hans akhirnya membuka sekolah yang selalu diceritakannya saat Tiana kecil, sekolah gratis untuk para pribumi dan mereka yang ingin belajar.
Dokter Liesbeth bahkan masih menyebut dirinya mama dokter. Kenangan-kenangan masa kecilnya menyeruak tanpa diminta. Masa-masa indah saat ibunya masih hidup. Tiana kecil akan menemani ibu pergi ke rumah pasangan dokter Eropa ini. Memasak, bersih-bersih rumah, dan mencuci. Setelah itu mereka akan membantu di klinik dokter Hans. Jika tidak ada pasien, dokter Liesbeth akan mengajarkan membaca dan berhitung. Hingga hari petang, mereka pulang diantar oleh supir dokter Hans.
Tiana melipat surat dokter Liesbeth dan menatap bibi. Bibi Aminah tersenyum senang. Dia sudah menduga, tidak mungkin dokter Liesbeth mengirim surat tanpa tujuan tertentu. Surat ini datang disaat yang tepat, tidak ada yang bisa Tiana lakukan lagi di Buitenzorg. Uang hadiah dari papa Jasper bisa menjadi bekal Tiana ke Batavia.
"Dokter Liesbeth memintamu datang ke Batavia, neng. Kamu mau, bukan?"
Tiana tidak langsung menjawab, dia memandang ke langit luas, berharap menemukan jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper & Tiana
Historical FictionKisah cinta antara seorang Belanda totok dengan wanita pribumi. Menjadi tentara di KNIL adalah hal yang tak pernah terlintas dalam benak Jasper van Dijk, gaji yang ditawarkan pemerintah memang mengiurkan, tapi sebagai anak tuan tanah kaya raya, gul...