Jasper sampai lebih dulu di pub atau klub malam. Semenjak pergi dari Semarang ini pertama kali Jasper kembali menginjakkan kaki di tempat hiburan malam. Buitenzorg membuatnya lupa dengan hingar bingar pesta dan dansa liar yang dulu sering dilakukannya.
Seorang pegawai tuan residen membantunya menyewa sebuah klub malam terkenal dan papa yang akan membayar semua biaya nanti. Klub ini baru berdiri, tetapi reputasinya bagi penduduk Buitenzorg sangat bergengsi dan hanya kalangan elit yang diijinkan masuk. Walaupun engkau bangsa Eropa, yang notabene adalah warga kelas satu di Hindia Belanda, jangan harap bisa masuk kemari jika tidak punya kartu anggota. Sedangkan kartu anggota diberikan kepada pendaftar yang sudah dipilih lebih dulu, hanya pejabat Netherlands dan orang Eropa terpandang yang lolos seleksi.
Untuk malam ini khusus hanya Jasper dan teman-temannya yang akan berada disini, jadi tidak akan ada pengunjung lain, mereka bebas berpesta. Malam masih awal, belum ada seorangpun teman yang tampak batang hidungnya. Jasper duduk seorang diri, di mejanya seorang pelayan menyuguhkan sebotol wine bermerk Marchesi Antinori, dari Italia. Wine mahal yang bisa membuat seorang serdadu KNIL menghabiskan satu bulan gajinya cuma untuk menegakkan alkohol.
Jasper menuangkan sedikit wine ke gelasnya dan mencicipi sedikit. Hangat, hal pertama yang dirasakannya. Ah, hampir 2 tahun dia tidak menyesap wine senikmat ini. Hari ini dia akan mengijinkan dirinya sendiri untuk bersenang-senang. Hatinya sedang bahagia, aura senang begitu ketara menguar dari tubuhnya. Papa dan mama tidak berkomentar tentang bibi Aminah maupun Tiana, atau belum. Jasper belum bertemu orang tuanya setelah mengantarkan bibi dan Tiana tadi.
Sedikit merasa bosan, Jasper lantas mendekati meja biliar di sudut. Dipegangnya stik kayu, tetapi Jasper lebih tertarik dengan meja yang tampak kokoh daripada meja biliar lain yang pernah dilihatnya.
"Heh, mereka memang pandai, kayu jati untuk sebuah meja biliar, mewah sekali." gumamnya seorang diri.
"Jasper!"
Jasper menoleh, Noah dan Lukas yang pertama tiba, menyusul di belakang mereka, rekan-rekannya yang lain. Jasper menyalami mereka satu persatu, kira-kira ada tiga belas orang yang datang. Satu yang pasti tidak terlihat, Jacob. Jasper bersyukur dalam hati orang itu tidak ikut datang, dia tidak mau merusak suasana hatinya.
"Hanya kalian? Kemana yang lain?"
"Shift malam, apalagi? Hahaha...."
Tawa itu menggema dan mengalir ke sekitarnya, tawa-tawa mulai terdengar seakan mengejek teman-teman mereka sendiri yang tak cukup beruntung menjamah klub ini, kesempatan yang jarang atau tidak mungkin akan terjadi lagi.
Wajar saja memang, klub bagi para prajurit Belanda dan kalangan bawah memang berbeda. Klub seperti Concordia yang diperuntukan khusus militer dari garnisun-garnisun sekitar, sering terjadi kegaduhan, orang mabuk yang mudah sekali memicu perkelahian. Sedangkan klub ini berbeda, lebih seperti tempat pertemuan kalangan atas, membangun relasi, atau bertemu jodoh. Tempat orang-orang terhormat, begitu dalam diam mereka memaklumkannya.
Kursi-kursi segera terisi penuh, satu meja hanya berisi empat orang. Para Pelayan berambut pirang keluar membawa koleksi wine terbaik mereka, suara-suara tutup botol yang terbuka mengiringi senyuman lebar para prajurit yang mendapat servis terbaik. Gelas-gelas terisi wine nomor satu, yang terasa mengganjal bagi kantong mereka, untungnya hari ini gratis.
"Teman-teman." Jasper berdiri di tengah, tangannya memegang gelasnya yang masih berisi wine tadi. Perhatian semua orang terpusat padanya, pada tuan rumah pesta malam ini.
"Sedikit kata untuk malam ini, saya berterima kasih kepada kalian semua. Terima kasih atas bantuan dan kebaikan kalian, yang bersusah payah mencari saya tanpa lelah selama lima hari kemarin. Malam ini biarkan saya sedikit mengucapkan terima kasih. Mari kita nikmati malam ini sepuas hati. Cheers...." Jasper mengangkat gelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper & Tiana
Historical FictionKisah cinta antara seorang Belanda totok dengan wanita pribumi. Menjadi tentara di KNIL adalah hal yang tak pernah terlintas dalam benak Jasper van Dijk, gaji yang ditawarkan pemerintah memang mengiurkan, tapi sebagai anak tuan tanah kaya raya, gul...