Jasper tiba di hotel tepat saat jam makan siang. Sempat menawarkan kepada kedua dokter untuk ikut makan, yang ditolak dengan alasan mereka ingin langsung beristirahat dan meminta makanan untuk diantar ke kamarnya saja.
Baru saja Jasper selesai mandi, pintu kamarnya sudah diketuk seseorang. Ketika dibuka, Ki Japra yang berdiri dan mengabarkan seseorang menunggunya.
"Siapa, ki?"
"Saya tidak tahu, tuan. Orang itu cuma bilang atasannya menunggu tuan di bawah, di restoran. Mau mengajak tuan makan siang bersama."
Jasper memutuskan untuk bertemu siapapun yang menunggunya, kebetulan dia juga belum sempat makan tadi. Dia hanya mendengus dalam hati melihat tuan Controleur tersenyum menyambutnya, memasang senyum palsu Jasper mendekati pria itu. Apa Pria satu ini memantau pergerakannya? Bagaimana mungkin dia segera tahu Jasper berada di hotel, padahal Jasper baru saja sampai di Buitenzorg.
Tuan Controleur ternyata mendengar kabar kedatangannya dari anak buahnya yang berada di stasiun, dan sekarang mengundang Jasper makan siang di restoran hotel. Salah satu hal yang memuakkan bagi Jasper, beramah-tamah dengan para pemegang kekuasaan. Tetapi sebagai bisnisman, itu harus dilakukannya di semua tempat agar usahanya lancar. Tidak peduli apakah itu pejabat inlander atau Netherlands.
Selama usahanya sejalan dengan kepentingan penguasa dia tidak perlu khawatir, terkadang malah banyak keuntungan yang ditawarkan padanya. Beda cerita jika mereka berbenturan, Papa sering menggelontorkan uang tidak sedikit supaya semuanya bisa berjalan lancar. Semua orang ada harganya, ada yang nilainya receh, ada juga yang terlampau mahal. Hanya kaum idealis yang tak bisa dibeli.
Jasper sebenarnya tidak begitu tertarik berinvestasi di Buitenzorg, alasan satu-satunya dia mau menyewa lahan hanya karena Tiana. Buitenzorg letaknya jauh dari Semarang, apapun yang dibangunnya disini akan susah untuk diawasi. Dia sekarang sudah sangat sibuk membantu papa di Semarang, Kedu, dan Pati.
"Tuan Jasper."
"Tuan Controleur."
Kedua pria itu berjabatan tangan, masih memasang senyum bisnis di wajah masing-masing.
"Silahkan duduk, tuan." ujar tuan Controleur mempersilahkan. Ki Japra dengan cepat menarik kursi untuk Jasper dan berdiri setia di belakangnya.
"Tempo hari, saya tidak sempat berjumpa dengan tuan Jasper. Saya baru tahu tuan datang, ketika tuan sudah berangkat ke Batavia."
"Saya minta maaf tidak mengunjungi tuan Controleur. Saya punya urusan mendesak di Batavia."
"Oh, tidak mengapa. Bagaimana kalau kita makan siang dahulu. Tuan Jasper sudah makan?"
"Kebetulan belum, tuan. Saya baru saja tiba di Buitenzorg."
"Kalau begitu silahkan pesan makanan apapun yang tuan inginkan. Anggap saja ini jamuan dari tuan rumah Buitenzorg kepada tamunya."
"Sesuai tawaran, tuan, saya tidak akan ragu."
"Silahkan, silahkan, tuan Jasper. Pelayan!" seruan tuan Controleur memanggil seorang pelayan untuk mendekat.
Makanan datang cukup cepat disini, Jasper yang memang kelaparan segera makan tanpa niat mengajak tuan controleur berbincang.
"Beberapa kali saya mengunjungi kebun tuan, hanya sekedar memeriksa apakah ada masalah."
Tuan Controleur membuka pembicaraan setelah semua piring diangkut oleh pelayan. Jasper meletakkan kembali cemilan di tangannya.
"Oh, terima kasih sebelumnya. Tapi, itu tidak perlu, tuan Controleur. Sudah ada para pekerja yang mengurusnya. Saya tidak ingin menyusahkan tuan, Tuan pasti sudah repot dengan segala urusan pemerintahan."
"Tidak, tentu tidak tuan Jasper. Saya dengan senang hati melayani semua warga Netherlands di daerah saya." tuan controleur mengambil cerutu dan meletakkan di bibirnya, "tuan keberatan jika saya merokok?" tanya ia.
"Silahkan tuan."
Cerutu itu dinyalakan, tuan controleur menghisapnya nikmat dan Jasper memaki dalam hati mencium bau asapnya.
"Saya menyadari ada satu masalah kecil tuan Jasper, tapi tidak mendesak. Hanya saya tidak tahu kapan tuan akan kembali lagi ke Buitenzorg, jadi saya merasa perlu mengatakannya dari sekarang."
"Apa itu tuan?"
"Ini mengenai jalan, tuan Jasper. Hasil panen tebu tuan yang puluhan ton, tentu akan diangkut puluhan atau bahkan ratusan gerobak dokar. Sedangkan letak kebun tuan yang jauh ke dalam, bahkan dekat perbukitan akan menyulitkan tanpa jalan luas dan lebar."
"Bukankah sudah ada jalan dari kampung mengarah kesana, tuan Controleur?"
"Akan sangat menyusahkan bagi tuan untuk menggunakan jalan desa, jalan itu sempit, dilalui banyak penduduk. Sedangkan jalan memutar tidak mungkin, karena hanya jalan setapak yang digunakan kuli kebun teh."
"Tuan Controleur sepertinya sudah punya usul untuk masalah ini? Boleh saya mendengar ide tuan?"
"Bagaimana jika tuan membangun jalan baru yang lebih lebar mengarah langsung ke jalan utama? Dengan begitu, tuan tidak perlu terganggu oleh kegiatan penduduk di sekitar kebun tuan. Dokar-dokar akan mudah mengangkut hasil panen."
"Sepertinya tidak semudah itu, tuan Controleur. Jarak dari kebun ke jalan utama tidak dekat dan banyak rumah penduduk di sepanjang area itu, akan sulit jika mengambil jalan lurus."
"Semua bisa diatur, tuan Jasper. Saya bisa bantu tuan membebaskan lahan, rumah penduduk bisa digeser, dan sedikit hutan yang perlu dibabat."
"Saya mengerti, tapi masih terlalu awal membahas ini, bukan begitu, Tuan Controleur? Para pekerja juga baru saja menanam benih, perlu waktu hampir satu tahun untuk memanen tebu-tebu itu."
"Mempersiapkan segala lebih awal tentu lebih baik, tuan Jasper. Buitenzorg adalah daerah yang menjanjikan. Daerah di sekitar istana tuan Gubernur Jenderal tidak bisa diganggu, jadi saya harus mencari tempat lain jika ada pengusaha yang ingin berinvestasi. Saya takut tuan tidak akan bisa memakai lahan itu saat diinginkan."
Dasar rubah! maki Jasper di dalam hati,
"Saya paham maksud tuan Controleur, tetapi banyak hal yang perlu saya perhatikan sebelum membangun jalan, minimal saya harus menunggu tanaman itu tumbuh dengan baik dan siap panen. Tidak ada yang pasti di dunia ini, dan saya perlu berjaga-jaga, resiko untuk rugi selalu ada."
Jasper tentu saja bukan bocah kemarin sore, dia sudah paham cara kerja pejabat seperti tuan controleur ini, tipe-tipe yang ingin cepat naik jabatan. Jika Jasper membuat jalan lebar ke jalur utama, maka tuan controleur akan meminta pengusaha kebun teh tempat Tiana bekerja dulu, membuat jalan yang menyambung ke jalur yang dibuatnya. Pengusaha teh disana tidak akan menolak, jalan itu bisa menghemat waktu, dan dia hanya perlu memangkas sedikit hutan dari bukit teh ke kebun bibi Aminah.
Jalan bagus tanpa mengeluarkan sepeser pun, sungguh cerdik.
Melihat Jasper yang ogah-ogahan menanggapi usulnya, tuan controleur kembali mengeluarkan bujukan.
"Apa tidak sayang jika hanya menanam tebu saja, tuan Jasper? Saya yakin anda lebih tahu mengolahnya menjadi gula lebih menguntungkan? Jika tuan mau, saya bisa berikan satu hektar lagi untuk tuan membangun pabrik gula di sebelah lahan tuan yang sekarang. Jarak yang berdekatan tentu banyak menghemat biaya dan tenaga."
"Terima kasih atas saran tuan controleur. Saya akan mempertimbangkannya nanti."
"Ah, tidak apa-apa. Tuan Jasper bisa menghubungi saya lagi jika tuan sudah memikirkannya. Untuk urusan yang lain, Tuan tidak perlu khawatir. Saya sendiri yang menjamin keamanan bisnis tuan di Buitenzorg. Selama saya menjabat, tidak akan ada yang berani mengusik usaha tuan disini."
"Baik, tuan."
Berbincang sedikit lebih lama dengan tuan controleur, Jasper kemudian pamit berdalih ingin istirahat. Tuan controleur pun beranjak pergi. Jasper kembali ke kamarnya, dengan kesal ia melepaskan jas yang sekarang bau asap cerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper & Tiana
Historical FictionKisah cinta antara seorang Belanda totok dengan wanita pribumi. Menjadi tentara di KNIL adalah hal yang tak pernah terlintas dalam benak Jasper van Dijk, gaji yang ditawarkan pemerintah memang mengiurkan, tapi sebagai anak tuan tanah kaya raya, gul...