BAB 37

250 35 0
                                    

"Ehem!"

Deheman dokter Liesbeth menyadarkan suaminya yang sedari tadi larut dalam obrolannya dengan tuan Antonie. Dokter Hans yang memahami maksud istrinya, mengambil posisi duduk yang nyaman kemudian berbicara dengan raut serius,

"Tuan Antonie, nyonya Maria. Sebenarnya kedatangan kami kemari selain untuk meneruskan pekerjaan sebagai dokter, kami mewakili keluarga Tiana. Seperti yang tuan dan nyonya ketahui, Tiana sudah tidak memiliki ayah dan ibu. Kami mengenal Tiana sejak dalam kandungan ibunya, bahkan nama Tiana diberikan oleh Liesbeth. Tiana sudah seperti anak kami sendiri."

Nyonya Maria sedikit tersentak, sedangkan Tuan Antonie tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan dokter Hans.

"Sebelum kami kemari, Jasper sudah melamar Tiana langsung kepada bibinya, dan Aminah meminta kami untuk mengurus perihal hubungan kedua muda-mudi yang sedang kasmaran ini. Bagaimana pendapat tuan dan nyonya?"

Maria tidak pernah menyangka anaknya akan seserius ini. Awalnya ia mengira Jasper hanya bersenang-senang saja, seperti yang sudah-sudah. Jatuh cinta sejenak kemudian beralih ke wanita lain. Agaknya mevrouw Maria sedikit lupa akan kejadian di stasiun kereta tempo hari, Jasper tidak akan mau repot-repot mengurusi seorang wanita jika hanya untuk selingan waktu.

"Saya sudah lama mendengar keinginan Jasper untuk menjadikan Tiana sebagai istrinya. Saya sendiri tidak keberatan jika mereka akan melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan." ucap tuan Antonie yang disambut wajah-wajah ceria semua orang, kecuali kening nyonya Maria yang mengerut.

"Maaf jika saya menyela sedikit...,"sela nyonya Maria. Tiana merasakan firasat tidak enak ketika sang nyonya rumah mulai berbicara dan ucapan calon mertuanya itu membuktikan firasatnya.

"Agaknya terlalu terburu-buru jika membahas mengenai pernikahan sekarang. Jasper dan Tiana belum lama saling mengenal. Dan mereka pun sebelumnya terpisahkan jarak antara Semarang dan Buitenzorg. Akan lebih baik jika sekarang Jasper dan Tiana memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih mengenal satu sama lain lebih dalam. Selama ini saya yakin mereka hanya mencicipi manis-manisnya saja. Mari beri mereka lebih banyak waktu sebelum memutuskan pernikahan."

Jasper menggenggam tangan Tiana erat, menghadapi mama yang masih belum setuju akan rencananya mempersunting sang kekasih hati, Jasper sadar ia tidak bisa keras kepala dan memaksakan keinginannya, ia akan membujuk mama pelan-pelan. Mama selalu lunak kepadanya, dan ia yakin seiring berjalannya waktu mama akan mengenal Tiana lebih dekat dan menyayangi wanita pilihannya ini.

"Mama tidak perlu khawatir, tentu Jasper dan Tiana tidak akan menikah secepat itu. Tiana perlu membiasakan diri dengan kehidupan Semarang. Dan Tiana juga perlu belajar banyak hal untuk menjadi calon menantu yang menawan bagi keluarga van Dijk, belum lagi ia akan membantu papa Hans dan mama Liesbeth di klinik mereka nanti."

"Jasper benar, saya rasa Tiana butuh mengenal semua hal tentang Semarang, karena ia akan tinggal disini dan mendampingi Jasper. Mungkin saat ini Tiana masih hijau tentang pergaulan orang-orang Netherlands, tapi kita bisa membimbingnya pelan-pelan. Bukan begitu, mevrouw Maria?" ucap Dokter Liesbeth ikut menimpali.

Mama Maria hanya menyungingkan senyum sebagai jawaban.

"Baiklah, kita bisa membahas hal ini lagi nanti. Saya yakin tuan, nyonya, dan Tiana pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh dari Buitenzorg. Saya telah menyiapkan sebuah rumah di dekat tuan administratur pabrik, jadi nantinya tuan Hans dan nyonya Liesbeth tidak perlu berjalan jauh jika ingin ke klinik." ucap papa Jasper.

"Saya bisa mengantar papa Hans dan mama Liesbeth sekarang. Jadi papa dan mama bisa cepat beristirahat." tawar Jasper cepat.

"Hahaha..., tulang-tulang tua ini memang cepat letih, saya tidak bisa menolak tawaran tuan. Rasanya berbaring di kasur terdengar menggiurkan sekarang." tutur dokter Hans.

Kereta kuda pun kembali membawa keempat orang ini menuju area pabrik yang tidak begitu jauh dari rumah tuan Antonie.

Perumahan di sekitar pabrik hanya dihuni oleh petinggi-petinggi pabrik dan beberapa rumah masih kosong. Dengan rumah di sebelah tuan Administratur (Direktur pabrik), secara tersirat tuan Antonie menunjukkan betapa pentingnya keluarga dokter Hans. Karena selain rumah tuan administratur, hanya ada 2 rumah yang besarnya setara, salah satunya kini dihuni oleh dokter Hans.

"Tampaknya mamamu tidak setuju dengan rencana pernikahan kalian, Jasper. Apa kamu belum mengutarakan rencana untuk melamar Tiana pada orang tuamu sebelumnya?" tanya mama Liesbeth begitu mereka telah sampai di rumah baru itu.

"Saya sudah mengabarkan keinginan tersebut sejak lama, mama Liesbeth, tetapi mama agaknya terlalu menyayangi saya dan tidak mau berpisah terlalu cepat."

"Wajar saja nyonya Maria bersikap demikian. Pernah dengar bukan sebuah pepatah yang mengatakan, "anak perempuan milik ayahnya hingga ia menikah dan anak lelaki milik ibunya selamanya." Jadi sikap mamamu bisa kami maklumi, Jasper." Kali ini dokter Hans ikut bicara.

"Jadi bagaimana rencanamu selanjutnya, Jasper?" imbuh mama Liesbeth.

"Selama Tiana berada disini, kami bisa membujuknya. Mama bukanlah Netherlands yang angkuh dan berkepala batu seperti kebanyakan mevrouw lainnya. Hati mama itu lembut dan mudah luluh. Kamu harus sering-sering mengunjungi dan mengakrabkan diri agar menarik hati mama, Tiana."

"Kamu tidak lihat tadi? Mamamu seperti ingin memakanku hidup-hidup begitu papa Hans menyebutkan pernikahan." ucap Tiana dramatis.

"Hahaha..., tidak begitu sayang, seperti ucapan papa Hans anak laki-laki milik ibunya. Namun, mari kesampingkan itu, ada hal yang serius yang ingin kukatakan padamu. Bagaimana jika kamu mengikuti kelas kepribadian dan mulai belajar menjadi wanita anggun."

"Belajar dimana?"

"Saya akan mencarikan guru untukmu, Tiana. Tidak hanya tentang kepribadian, tetapi juga pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Anggap saja kamu masuk sekolah seperti para bangsawan pribumi dan menjadi murid ELS (Europeesche Lagere School/ setara SD)."

"Apa tidak akan membuat Tiana kerepotan, Jasper? Belum lagi ia akan membantu mama dan papa di klinik. Tiana tidak akan punya cukup waktu untuk beristirahat." ucap dokter Liesbeth merasa cemas akan putri angkatnya ini.

"Mama Liesbeth tidak perlu khawatir, kelas kepribadian akan dimulai setiap sabtu, Tiana bisa membantu di klinik dari pagi sampai menjelang sore, dan sore hari ia akan belajar ilmu-ilmu dasar ELS. Lagipula mama lihatlah matanya yang sudah bersinar-sinar itu, seperti hendak mengalahkan matahari." ejek Jasper.

Tiana langsung memukul bahu pria itu. "Tidak sopan, aku itu sedang mengagumi rumah ini." Tiana pindah duduk ke sebelah dokter Liesbeth dan memeluk wanita itu dengan sayang.

"Mama tenang saja. Tiana sudah terbiasa bekerja sampai malam, bahkan dengan pekerjaan yang lebih berat dari pekerja pabrik. Bisa menghabiskan waktu untuk belajar adalah sesuatu yang mahal untuk Tiana. Apalagi sekarang Tiana punya mama dan papa disampingku."

"Kamu menjalani hidup yang berat, sayang. Andai saja dulu kamu mau ikut mama dan papa ke Batavia, ah..."

"Tidak ada yang perlu disesali mama, mungkin jika dulu aku mengikuti papa dan mama, aku tidak akan mengerti kerasnya kehidupan pribumi dan tidak bertemu dengan Jasper."

"Nah, itu. Kali ini dia benar, mama. Tidak seperti biasa, kali ini dia pintar. Aduh...," runtuk Jasper yang mendapat lemparan bantal dari Tiana.

Jasper & TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang