BAB 32PASAR MALAM II

305 46 0
                                    

Langit sedang tertawa malam ini, cerah bersinar bersama bulan dan bintangnya. Menggambarkan hati dua sejoli di bawahnya yang berpijak menikmati bumi. Jasper bersyukur Batavia tidak seperti Buitenzorg yang gemar bermain hujan. Batavia lebih ramah untuk diajak bersenang-senang, dan lagi malam masih panjang. Ia dan Tiana juga baru mengunjungi satu area.

Senyum terus tersemat di wajah ceria Tiana, matanya berkilau enggan terpejam menatap sekitarnya. Walau banyak juga orang yang menatapnya terang-terangan, wanita pribumi memakai gaun ditambah dengan topi bulu favoritnya, cukup membuat orang mengangkat alis. Tiana tentu menyedot perhatian, wanita pribumi yang lain memakai kain batik dan kebaya dengan rambut disanggul. Tetapi dia tidak ambil peduli, biarlah tatapan sinis orang menyiratkan penyakit hatinya.

Memasuki ujung jalan, pondok-pondok mulai berkurang. Berganti dengan tanah lapang yang pinggirnya penuh dengan tikar-tikar yang digelar. Disini kebanyakan pedagang adalah orang pribumi dan Tionghoa, mereka membawa petromak untuk menerangi barang dagangan. Kebanyakan mereka menjual kain dan obat-obatan. Nyaring suara mereka, menawarkan barang dagangannya. Sebagian yang lain bersuara sedang, tetapi bujuk rayuan khas keluar dari bibir mereka.

"Nona yang cantik, kemari, lihatlah sini. Kain ini bagus barangnya, halus, murah pula harganya. Pasti bila nona yang memakai semakin cantik kelihatan mata. Tuan juga pasti senang melihat nona." rayu seorang pedagang saat Tiana dan Jasper lewat di depannya. Tanpa rasa takut melihat Ki Japra di belakang yang sudah mendengus, memegang kepala goloknya.

"Amboi, nyai cantik sekali. Akan lebih cantik bila nyai minum jamu ini, bisa membuat wajah awet muda. Semua kotoran di tubuh dan di wajah akan hilang, nyai. Jamu ini asli dari Celebes tidak ada saingannya di tanah Jawa."

Obralan-obralan para pedagang begitu lancar keluar setiap kali Tiana dan Jasper lewat, berharap nyai muda ini tersanjung hatinya dan membeli dagangan mereka. Sayangnya, Tiana bisa dibilang pelit untuk belanja. Uang gaji dan hadiah dari papa Jasper masih utuh disimpannya. Baju-bajunya dulu juga banyak lungsuran dari almarhum ibunya. Terbiasa hidup sederhana membuat dia sangat cerdik menyimpan uang. Hanya yang perlu-perlu saja dibelinya, sisanya akan ditabung.

"Meneer, meneer, obat ini bisa membuat tahan lama, meneer dan nyai akan puas dengan hasilnya."

Wajah Tiana merah mendengarnya, dengan cepat ditariknya tangan Jasper menjauh dari tikar pedagang itu. Namun, di belakangnya hanya dua orang centeng yang mengikuti, Ki Japra dan Engku tergoda mampir ke lapak pedagang obat tadi.

"Ki Japra istrinya tiga." Jasper memberitahu Tiana sambil mengangkat tiga jarinya.

"Ah, benarkah?"

Jasper mengangguk,"Tenang saja, saya kuat walau tanpa bantuan obat atau jamu." bisiknya sambil mengerlingkan mata. Merona pipi Tiana digoda begitu, dicubitnya pinggang Jasper gemas. Jasper dan Tiana tetap berjalan tanpa menghiraukan pedagang di sekitarnya.

Jasper mengatakan ia tertarik pergi rumah dansa yang langsung ditolak Tiana. Tiana belum lagi mahir berdansa, sedangkan mereka yang pergi ke rumah dansa adalah para jagoan pesta, berdansa bagi mereka perkara kecil. Tiana tidak mau jadi tontonan atau menonton Jasper berdansa dengan wanita lain. Maka lebih baik Tiana mengajak Jasper mencari tempat yang lain. Tiana lebih tertarik dengan kerumunan di depannya, masih di tanah lapang. Orang-orang mengelilingi sebuah panggung teater yang berdiri di tengah lapangan, ada layar putih besar yang dibentangkan di atas panggung.

"Oh, mereka akan menyetel film. Kamu pernah melihat layar tancap?" tanya Jasper.

"Belum."

"Mari kesana."

Bias cahaya tersorot dari mesin kecil di ujung sana, lalu gambar terpampang di layar besar. Lapangan yang remang-remang membuat gambar di layar semakin bersinar. Melihat layar sekarang hidup, seketika orang-orang membludak berkumpul di depan panggung. Ramai orang duduk bersila menatap layar, tak dipedulikan baju bagus mereka terkena tanah lapangan yang kotor. Jasper dan Tiana berdiri di pinggir belakang, tidak menyatu dengan yang lain.

Jasper & TianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang