Akhirnya kami tiba di kawasan Hospital weg. Ada sebuah rumah sakit milik pemerintah, tempat dimana Dokter Liesbeth dan Dokter Hans bertugas. Agar tidak terlalu memancing perhatian Jasper hanya membawa dua orang centengnya menemani kami masuk kedalam, dua lainnya menunggu di luar. Memasuki gedung serba putih, kami sempat kebingungan karena tidak ada orang yang berjaga di meja depan. Hingga seorang suster kembali ke bagian depan, baru Jasper dapat bertanya tentang keberadaan dokter Liesbeth, suster itu kemudian berbaik hati mengantarkan kami ke ruangan dokter Liesbeth, walau kami harus menunggu di luar karena ruangannya yang terkunci.
Suara sepatu yang beradu dengan lantai memecahkan keheningan, mata kami seketika mengarah pada sumber suara. Seorang wanita Belanda, berumur tapi tidak terlalu tua, usianya 40-an, berpakaian serba putih melangkah dengan anggun ke arah kami. Tiana memperhatikan sosok yang mendekat lamat-lamat. Wajahnya berubah cerah begitu wanita itu tersenyum.
"Mama Liesbeth?"
"Tiana? Ini kamu, sayang?"
Dokter Liesbeth memeluk Tiana erat. Pelukan pelepas rindu, akibat lama tak berjumpa. Saat pelukan mereka terlepas pun dokter Liesbeth tetap menggenggam tangan Tiana. Terlihat di matanya sorot tidak percaya, Tiana ada di Batavia. Ditatapnya wanita muda di depannya dengan seksama.
"Oh, putri kecil mama sudah besar sekarang. Lihatlah kamu tumbuh menjadi gadis yang menawan."
"Mama juga tetap cantik, sama seperti dulu. Tidak berubah."
"Ah, manisnya. Terima kasih, sayang. Siapa ini?" pandangan tertarik dokter Liesbeth tertuju pada Jasper.
"Ini Jasper, mama Liesbeth. Dia calon suami Tiana."
"Jasper van Dijk, mevrouw."
"Oh, my. Seorang Belanda?"
Jasper tersenyum menanggapi reaksi dokter Liesbeth. Dari belakang terdengar derap kaki yang melangkah cepat, seperti terburu-buru. Jasper menoleh dan melihat seorang suster yang setengah berlari menuju mereka.
"Dokter... dokter... dokter Liesbeth. Pasien di bangsal tiba-tiba demam tinggi dan kejang, dan ada pasien yang mulutnya mengeluarkan busa."
"Berikan penanganan segera, dimana dokter Hans?"
"Dokter Hans sedang menangani pasien yang baru saja masuk, dokter."
"Baik, saya kesana sekarang." Dokter Liesbeth memandang Tiana dengan raut wajah bersalah, kemudian berkata,
"Maafkan mama, sayang. Tapi sekarang hospital sedang sibuk, mama tidak punya banyak waktu luang. Bagaimana jika kamu dan calon suamimu datang ke rumah mama malam ini? Kita bisa berbicara sepanjang malam. Mama akan meminta supir untuk menjemput kalian di hotel."
Dokter Liesbeth tidak menunggu jawaban Tiana, dia segera melangkah mengikuti suster tadi. Tinggallah Tiana dan Jasper yang masih terpaku di tempatnya, saling berpandangan kemudian tersenyum bersama.
"Tampaknya dokter Liesbeth sibuk, bagaimana kalau sekarang kita berkencan saja?"
"Oh, tuan Jasper, hari masih siang, dan kamu sudah mengajakku berkencan?"
"Tidak ada salahnya, mengajak calon istri sendiri, bukan?"
"Oke. Memangnya kita mau kemana?" Tiana bertanya sambil merangkul tangan Jasper.
Mereka mulai keluar dari rumah sakit, melewati beberapa bangsal perawatan, Tiana dikejutkan dengan teriakan kesakitan pasien. Tiana ingin sekali mengintip sedikit, jiwa penasarannya bangkit, pasien seperti apa yang berteriak seperti itu? Tetapi, baru saja ia melongokkan kepalanya sedikit, Jasper sigap menahannya dan mempercepat laju langkah mereka. Sebelum menaiki kereta kuda, supir dokter Liesbeth menemui kami, Jasper pun memberitahukan alamat hotel dan meminta dia menjemput pukul 7 malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper & Tiana
Historical FictionKisah cinta antara seorang Belanda totok dengan wanita pribumi. Menjadi tentara di KNIL adalah hal yang tak pernah terlintas dalam benak Jasper van Dijk, gaji yang ditawarkan pemerintah memang mengiurkan, tapi sebagai anak tuan tanah kaya raya, gul...