Jasper POV
Ada sebuah balai-balai rotan di depan rumah, aku duduk disitu. Mataku mengitari seisi halaman atau lebih tepatnya kebun di rumah ini. Alangkah indahnya jika rumah papa juga memiliki pohon-pohon buah dan sayur seperti ini, tidak hanya rumput-rumput hijau. Mungkin ini yang menyebabkan keluarga Tiana memilih rumah di ujung desa, jauh dari rumah warga lainnya. Disini mereka bebas menanam apa saja. Tidak ada penduduk lain selain laki-laki tua di ujung sana, tidak ada anak-anak jahil yang akan memetik buah-buah sebelum matang. Atau hewan-hewan ternak yang mengais tanah, membuat tanaman rusak.
Bunyi baju yang dikebas membuatku melongok, melihat Tiana yang sedang menjemur pakaian. Andai tiang-tiang jemuran itu dipakai untuk menanam anggur, tentu rumah ini akan semakin sempurna. Tiana kembali mengebas baju, kali ini seragam militer milikku, ujung baju mengenai rambut hitamnya yang disanggul, membuatnya terurai panjang hingga ke pinggang dengan sempurna.
Tiana sebenarnya cantik, dia memiliki apa yang bisa kau bayangkan tentang wanita sunda. Matanya bulat dengan kerling-kerling jahil persis seperti kelereng, pekerjaannya sebagai pemetik teh membuat kulit putih bersihnya agak kehitaman tapi tak segelap orang jawa, tubuhnya mungil tapi hidup membuatnya memiliki bahu yang kuat, dan jangan lupakan bibir tipisnya yang sering tersenyum mengejekku.
Sekarang saja, saat membenarkan rambutnya dia berpaling ke arahku, matanya tak gentar menatap mataku, seorang Belanda. Baru kali ini aku bertemu pribumi yang begitu, orang yang dipanggilnya amang saja, yang jauh lebih tua darinya segera menundukkan kepala ketika melihatku. Oh, sepertinya didikan feminis dari dokter Liesbeth mengalir kuat dalam darahnya. Jiwa-jiwa pemberontak khas anak muda yang masih penuh idealisme melekat di dirinya. Mengingatkanku akan Jasper remaja yang sering membuat papa sakit kepala. Seiring bertambahnya umur, aku belajar untuk tidak menambah masalah, dan hidup tenang itu indah.
End Jasper POV
Tiana selesai menjemur cucian bajunya, dengan tangan berkacak pinggang, dilihatnya meneer Belanda yang dari tadi sibuk memperhatikan dirinya. Tiana mengedikkan kepala, seakan bertanya-tanya pada meneer itu, ada apa? Lucunya si meneer malah tersentak, mungkin kaget kepergok mengamati Tiana sedemikian rupa.
Tiana tertawa lepas, meneer yang satu ini memang lucu. Tiana menghampirinya, meneer ini sontak memasang raut wajah siaga, Tiana ingin tertawa kembali, tapi ditahannya, dengan senyum terkulum dia menyapa Jasper.
"Meneer mau menyantap kue? Saya bisa membuat sedikit hidangan ringan sebelum kita makan malam."
"Jika itu tidak merepotkanmu, tentu saja aku mau."
"Oke, tunggu sebentar disini."
Selanjutnya Jasper menghabiskan waktunya dengan berbaring, menikmati angin sepoi-sepoi di petang hari. Lama sekali rasanya dia tidak mendapatkan suasana tenang, tidur tanpa gaduh. Biasanya di barak serdadu, dia harus berbagi kamar dengan tentara lainnya. Riuhnya bukan main, apalagi jika mereka habis bermain-main dengan gundik-gundik atau wanita yang mau dijadikan nyai. Suara-suara jemawa akan keluar dari mulut-mulut sombong, bercerita tentang permainan ranjang mereka, atau wanita yang bisa diajak ke ranjang. Sama gaduhnya setelah menghadapi serangan pemberontak, walaupun hanya tergores sedikit saja, lagaknya seperti menang perang besar.
Tiba-tiba dia teringat pada orang tuanya, papa dan mama tentu khawatir jika dia tidak mengirimi mereka surat. Biasanya dia akan menulis surat kepada mereka setiap akhir pekan, usianya memang 25 tahun, tapi dia anak tunggal kesayangan mereka. Menaruh kedua tangan di belakang kepala, Jasper mulai berandai-andai, jika saja dulu gadis itu tidak mengada-ada soal kehamilannya, papa tidak akan menghukum Jasper hingga memasukkannya ke militer.
Flashback
Jasper duduk di kursi seperti pesakitan, mukanya pucat mendengar kabar yang baru saja di dengarnya, di depannya seorang wanita muda tengah menangis tersedu-sedu. Sementara raut wajah papa sudah mengeras seperti patung, mama hanya bisa mengusap air matanya. Di tengah ruangan tuan asisten residen mengetuk-ngetukkan jarinya di sandaran kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasper & Tiana
Ficción históricaKisah cinta antara seorang Belanda totok dengan wanita pribumi. Menjadi tentara di KNIL adalah hal yang tak pernah terlintas dalam benak Jasper van Dijk, gaji yang ditawarkan pemerintah memang mengiurkan, tapi sebagai anak tuan tanah kaya raya, gul...