13. Terbiasa

997 32 2
                                    



                              

Ceilo tak bisa tidur dengan nyenyak, jarum jam masih menunjukan pukul 3 pagi tapi mata lelaki itu justru menajam, tak bisa memejam dengan benar.

Pikiran nya berkecamuk.

Apa keputusannya untuk mengajak Kalana tinggal di apartement nya salah?

Niatnya adalah agar ia semakin mudah untuk menyakiti gadis tersebut, tapi kenapa sekarang keadaan sepertinya malah berbalik.

Semakin lama tinggal bersama semakin ia akan peduli dengan Kalana. Dengan berat, Ceilo berusaha keras agar bisa memejamkan matanya kembali.

                                                                                     

***

Sinar-sinar yang menyela dari balik gorden menandakan bahwa matahari sudah kembali menunjukan eksistensinya, Ceilo mengerjap, melihat jam melalui ponsel nya kemudian tersadar bahwa ia telat.

Ceilo ada kelas jam 8 pagi ini dan sekarang sudah pukul 7 pagi, ia hanya memiliki waktu kurang lebih satu jam untuk berangkat ke kampus.

Tidurnya tak bisa nyenyak tadi malam dan baru tertidur di hampir subuh, pantas jika ia terlambat bangun.

Ngomong-ngomong bagaimana dengan Kalana? Apa nyeri perut gadis itu sudah reda? Apa ia bisa berangkat ke kampus hari ini?

Ceilo pun bergegas membersihkan diri kemudian keluar kamar.

Saat melangkah menuju dapur Ceilo tertegun melihat Kalana yang sedang menyiapkan sarapan, sejak kapan gadis ini bangun? Ia bahkan sudah sangat manis dengan apron dan hidangannya.

Ceilo menghampiri Kalana menuju meja makan.

"Ilo, kamu udah bangun? Ayo sarapan dulu ya."

Manis, sangat manis. Kalana menyapa Ceilo dengan senyum manis khas di pagi hari.

Ceilo meneguk liur, ia sempat sedikit gugup. Jika saja hubungan mereka baik-baik saja dan selayaknya pasangan kekasih pada umumnya, Ceilo pasti sudah menghampiri Kalana dan meminta morning kiss dengan banyak.

Oh, apa yang baru saja di pikirkan Ceilo.

Kenapa ia bisa sampai memikirkan sebuah ciuman dengan Kalana.

Ceilo duduk dan menatapi Kalana yang sedang sibuk menata sarapan mereka di meja makan.

Dengan canggung Ceilo bertanya, "Perut lo udah?"

Kalana menggangguk singkat dengan kembali menampilkan senyumnya.

"Udah kok, udah biasa aja,"

Sarapan mereka di isi dengan keheningan, tapi suasana pagi ini bukan suasana yang syarat dengan aura mencekam penuh tatapan tajam dari Ceilo seperti biasanya.

Kali ini, meski tetap hening namun suasana nya terasa lebih santai dan nyaman.

Ceilo beberapa kali menatap Kalana dengan lembut, meski saat akan di tatap balik oleh Kalana, pria itu akan menunduk dan bergegas seolah sedang fokus dengan makanan nya.

Sandwich dan smoothies di pagi hari, sangat pas.

Ceilo benar-benar sudah terbiasa di masakan setiap hari nya.

Sekarang akan ada seseorang yang selalu berkutat di dapur untuk menyiapkan nya makanan, persis seperti dulu saat Ceilo masih tinggal bersama keluarganya dan mama nya akan memasak setiap hari untuk Ceilo.

Like A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang