29. Happy birthday, Kalana!

913 29 2
                                    



~~~


Kalana ikut meringis, ia tak bisa menyembunyikan wajah khawatirnya saat melihat lengan Ceilo sedang diukir dengan jarum-jarum khusus itu oleh sang tattoo artist, sedang Ceilo terlihat santai seolah hal ini sama sekali tak menyakitkan baginya.

"Cewek lu dari tadi kayaknya khawatir banget tuh bro, keliatan muka cemas nya dari tadi nggak bisa disembunyiin." Celetuk sang tattoo artist bernama Ravin, membuat arah pandang Ceilo yang tadinya kosong kini beralih menatap Kalana yang duduk persis berada dihadapannya dengan jarak sekitar lima langkah.

Ceilo menuruti keinginan Kalana yang ingin melihat proses saat ia merajah tubuhnya dengan tato, sebenarnya Ceilo ingin menghindar dari Kalana untuk sekejap hari ini, sebentar saja karena pikirannya sudah terlalu runyam, ia ingin memiliki sedikit jarak sebentar dengan Kalana karena itu ia ingin mengirim Kalana ketempat spa, tapi apa daya jika gadis itu memelas dan berulang kali mengatakan ingin mengikuti nya ke studio tato.

Ada alasan kuat dan sangat jelas kenapa saat ini Ceilo memilih menambah tato nya, iya benar, Ceilo sebelumnya memiliki beberapa tato dibagian tubuhnya yang lain hanya saja Kalana memang tak pernah mengetahuinya, Kalana pikir ini adalah pertama kalinya Ceilo membuat ukiran di tubuhnya.

"Cewek gue lucu ya Vin?" tanya Ceilo pada Ravin, dengan pandangan yang lurus mengarah pada Kalana, Ceilo juga bisa melihat dengan jelas bagaimana raut wajah cemas Kalana saat ini, gadis itu tak dapat menyembunyikan sedikitpun.

Ceilo dan Ravin berteman cukup akrab karena memang hanya pada Ravin lah Ceilo mempercayakan tubuhnya dirajah dengan jarum-jarum itu.

Ceilo pertama kali memiliki tato saat ia baru lulus SMA, kala itu ia sedang liburan kelulusan bersama teman-teman nya dan tujuan mereka adalah Bali. Ceilo yang saat itu masih merasa hampa pada hidupnya memutuskan untuk membuat tato agar ia bisa mengalihkan rasa sakitnya.

Selalu seperti itu, jika Ceilo merasa sangat kesakitan, lelah dan serasa ingin menyerah pada kehidupannya maka ia akan memindahkan rasa sakit tersebut pada jarum yang menusuk dan mengukir bagian-bagian tubuhnya dengan tinta, sakit yang ia rasakan pada hatinya ia harap akan berpindah pada sakit fisik yang meski menyiksa namun masih sanggup untuk Ceilo tahan.

Ravin terkekeh menanggapi pertanyaan Ceilo, sedang tangannya masih terus bekerja untuk mengukir lengan Ceilo dengan karyanya.

"Ilo baru kali ini loh bawa cewek kesini, sayang banget dia sama lo kayaknya." Ucap Ravin dengan sudut matanya yang menatap sejenak pada Kalana.

Kalana menunduk, ia tak tahu harus menanggapi bagaimana. Senang? Mungkin saja, apa yang baru saja diucapkan Ravin cukup membuat hati Kalana melambung. Tapi pada kenyataannya Kalana tak pernah tahu apakah Ceilo memang menyayanginya atau pernahkah kekasihnya itu menyayangi nya meski hanya sebentar, pun juga yang kini Kalana ketahui ada gadis lain yang berstatus sebagai kekasih Ceilo yang diketahui oleh banyak orang di Jakarta.

Ceilo memang mengakui keberadaan Kalana selama mereka berada di Bali, tadi pun saat mereka baru tiba di studio tato ini Ceilo mengenalkan Kalana sebagai kekasih pada Ravin. Kalana bahagia tentu saja, apalagi saat ia tahu bahwa Ravin memang teman Ceilo, itu artinya Ceilo mengenalkannya sebagai kekasih bukan hanya pada orang yang dikenal seperti kasir-kasir beberapa toko yang seharian ini sempat terjadi.

"Gue bentar lagi selesai kok Lan, abis ini kita langsung balik villa." Ujar Ceilo singkat dengan senyum samar dan Kalana hanya mengangguk, mengiyakan.

•••

Pukul 10 malam waktu Bali mereka akhirnya tiba di villa, cukup lelah karena mereka mengunjungi banyak tempat seharian penuh. Sebuah tato dengan gambar bintang yang juga terlihat seperti kompas kini terlihat dibagian lengan luar tangan kiri Ceilo juga ada tulisan kecil yang bertuliskan miracle.

Like A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang