39. Yang patah tumbuh, yang hilang berganti.

1.2K 44 4
                                    



~~~

Kalana mengerjapkan kelopak matanya dengan perlahan, tubuhnya terasa sangat lemah, pikirannya kosong. Ia mencoba untuk mengitari sekelilingnya dengan mata letihnya.

Tempat yang saat ini ditangkap oleh netranya sangat asing, teramat asing, namun tempat ini bukan pula rumah sakit. Tempat Kalana terbaring saat ini hanya terasa sangat nyaman.

"Cantik, kamu udah bangun nak?" Suara seorang perempuan dengan lembut menyapa rungu Kalana.

Perempuan dewasa yang mungkin berusia sekitaran 45 tahunan dapat Kalana lihat kini duduk disamping ranjang tempat Kalana terbaring, tepat dihadapannya. Kalana sama sekali tak mengenalnya, namun beliau tersenyum sangat manis pada Kalana.

"Gimana badan kamu nak? Udah enakan?" tanya si perempuan dengan sangat lembut pada Kalana sambil merapikan letak selimut untuk menghangatkan tubuh Kalana yang masih terbaring.

"Tante maaf sebelumnya, kalau boleh tau tante siapa? Saya dimana?" Kalana linglung, ia bertanya dengan gagap karena tempat dan seseorang yang saat ini berada dihadapannya sangatlah asing.

"Ya ampun nak saya lupa ngenalin diri maaf. Saya Elen, mama nya Adam. Kamu pasti pernah denger nama saya dari Adam kan? Kamu sekarang lagi dirumah saya." Sang perempuan dewasa kembali tersenyum manis.

"Tante Elen?" Kalana terkejut, ia mencoba untuk bangun dari rebahnya dengan paksa meski tubuhnya masih terasa sangat lemas.

"Pelan-pelan aja nak, kamu istirahat aja dulu." Elen, ibu dari Adam membantu Kalana yang ingin mendudukan diri, beliau juga membantu Kalana untuk bersandar dengan nyaman pada headboard ranjang.

"Tante, saya kenapa bisa disini?" tanya Kalana setelah ia sudah berasa pada posisi ternyamannya.

Senyum tak luntur sedikitpun dari wajah ibunda Adam, beliau menatapi Kalana penuh dengan suka cita.

"Nanti biar Adam yang ceritakan ya nak, kamu mau tante panggilin Adam? Temen kamu yang namanya Amanda juga masih disini, mereka ada diluar."

Kalana mengangguk dengan perlahan, meski tubuhnya nampak tak berdaya namun setidaknya Kalana butuh kejelasan atas apa yang terjadi pada dirinya hingga ia bisa sampai berada dirumah Adam, karena ingatan terakhir Kalana sebelum kesadarannya menghilang begitu menyakitkan. Yang Kalana ingat ia sedang dicaci maki oleh Keisya di cafetaria kampus, Ceilo yang juga ikut menghinanya kemudian setelah itu semua serasa gelap bagi Kalana.

"Kamu cantik banget nak, pantes Adam ngomongin kamu terus. Tante udah lama pengen ketemu kamu, nyuruh Adam buat ngajak kamu kerumah. Eh pas dibawa kerumah kamu nya malah lagi pingsan, tapi gakpapa. Saya senang akhirnya bisa ketemu kamu." Ujar Elen dengan nada ceria.

Kalana tak tahu harus mengatakan apa, ibunda dari Adam nampak sangat bahagia, beliau terlihat seperti sosok ibu yang sangat baik, menyapa Kalana dengan lembut bahkan senyum selalu terpatri diwajah beliau. Bagi Kalana ibunda Adam terlihat seperti ibu peri, pertemuan pertama yang sebenarnya cukup canggung mengingat kondisi Kalana saat ini namun juga terasa sangat hangat diwaktu yang bersamaan.

Kalana akhirnya hanya mampu membalas lontaran kalimat ibu Adam dengan senyum tulus.

"Sebentar ya saya panggilkan Adam." Sosok ibunda Adam menghilang dibalin pintu, Kalana akhirnya sadar ia tengah berada disebuah kamar bercat putih yang nampak minimalis. Mengingat apa yang baru saja dikatakan oleh ibunda Adam, kemungkinan besar Kalana tengah berada di salah satu kamar rumah Adam, mungkin kamar tamu, begitu pikir Kalana.

Tak berapa lama pintu terbuka, memperlihatkan sosok Adam yang melangkah memasuki kamar. Adam tak sendiri, ada Amanda yang mengikuti dibelakang Adam.

"Kalana syukurlah akhirnya kamu siuman..." Serta merta ketika baru saja memasuki kamar, Amanda berlari kecil kemudian langsung memeluk Kalana.

Like A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang