36. A whale tattoos

1.7K 62 6
                                    



~~~

Kalana sudah berancang-ancang akan kalimat yang ingin dia ucapkan pada Ceilo, memutuskan hubungannya dengan Ceilo sudah terasa sangat tepat. Keputusan terbaik agar Kalana bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari luka dan kesakitan yang disebabkan oleh Ceilo.

Kalana bahkan juga sudah mengemasi beberapa barang-barang nya jika saja Ceilo menyuruh Kalana keluar dari apartment nya malam ini juga.

Ini sudah pukul 1 dini hari namun Ceilo masih belum pulang padahal pesta ulang tahun Keisya sudah berakhir pada pukul 11 malam. Kalana tak bisa memejamkan matanya begitu saja, ia benar-benar ingin mengakhiri hubungannya dengan Ceilo malam ini juga, tak ingin menundanya.

Menit demi menit Kalana lewati dengan cemas hingga hampir pukul 1 lewat 30 menit dini hari akhirnya Kalana mendengar pintu apartemen terbuka, Kalana bergegas untuk menghampiri Ceilo yang masih berada didepan pintu.

Ketika langkah Kalana sudah semakin dekat ia mendapati Ceilo dalam kondisi yang terlihat cukup kacau, dan tidak seorang diri. Ada orang lain yang tengah memasuki apartemen bersama Ceilo.

"Ravin?" tanya Kalana heran secara spontan karena menemukan Ravin memasuki apartemen bersama Ceilo.

Bagaimana bisa Ravin berada di Jakarta? Bukankah laki-laki itu seharusnya berada di Bali?

Kalana juga bingung untuk apa Ceilo mengajak Ravin bertandang ke apartemen di jam seperti ini dan apakah tidak apa jika Ravin mengetahui bahwa Ceilo tinggal bersama Kalana.

"Hai, Kalana apa kabar?" sapa Ravin dengan senyum sambil melangkahkan kaki untuk masuk ke apartemen bersamaan dengan Ceilo.

Sedang Ceilo hanya diam, tak menatap kearah Kalana sama sekali.

"Bb---baik Ravin," balas Kalana gagap masih berdiri mematung didepan pintu.

Kalana diam, hanya mengamati Ceilo dan Ravin yang sudah duduk diruang tengah. Ravin membawa tas besar yang setelah Kalana perhatikan ternyata adalah alat-alat tato persis seperti yang pernah Kalana lihat sewaktu di Bali.

"Ravin, aku bikinin minum buat kamu bentar ya," ujar Kalana setelah mendekat pada dua lelaki yang kini tampak sibuk.

"Santai aja Lan, gue mau nato Ceilo dulu, harus fokus."

Kalana sedikit menganga saat mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Ravin, artinya Ravin datang ke Jakarta dini hari seperti ini untuk membuatkan Ceilo tato.

Apa Ceilo tak memiliki waktu dilain hari? Apakah membuat tato begitu teramat penting bagi Ceilo hingga lelaki itu memboyong Ravin ke Jakarta hari ini juga tanpa basa-basi. Padahal sebelumnya tidak ada pembicaraan apapun diantara Kalana dan Ceilo tentang lelaki itu yang ingin menambah tato nya, saat dipesta Ceilo juga nampak seperti biasanya. Ceilo juga tak memperingatkan Kalana agar jangan pulang ke apartemen dulu setelah dari pesta karena Ceilo akan membawa orang lain ke apartemen.

Dilihat dari perangai Ceilo yang sedari tadi hanya diam nampaknya lelaki itu memang tak keberatan jika Ravin mengetahui bahwa Kalana tinggal bersamanya, mungkin karena Ravin adalah orang jauh dan tak akan selalu berada disekitaran Ceilo.

Kalana masih berada di dapur, menuangkan dua gelas jus jeruk dan juga mengambil beberapa camilan untuk disuguhkan pada Ravin yang sekarang berada diruang tengah bersama Ceilo.

Ketika Kalana menghampiri mereka, proses merajah tubuh Ceilo rupanya sudah dimulai. Dapat Kalana lihat kekasihnya kini tengah bertelanjang dada, rupanya Ceilo berniat membuat tato disepanjang punggung samping.

Kalana meletakan jus jeruk dan camilan di meja dengan jarak yang cukup jauh dari peralatan tato milik Ravin.

"Kalana, lo tidur aja kalo udah capek. Masuk kamar gih!" Suruh Ceilo dengan tiba-tiba karena melihat gadis itu malah mendudukan diri pada kursi seberang dimana ia dan Ravin berada.

Like A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang