22. Dua anak manusia

1.2K 40 0
                                    

                                 ✨✨✨

Plakkk

Sebuah tamparan keras menyapa wajah Chintya dengan begitu kasar, perempuan itu menangis dengan pilu.

"Mas kamu tega sampai pukul aku kayak gini?" Chintya bertanya dengan berani pada Yudha, suaminya yang saat ini tengah menatap nya dengan nyalang.

"Kamu tuh bikin ulah Chintya, malu-maluin aku aja di tempat ramai begitu." Sahut Yudha dengan amarah yang membuncah.

"Kamu yang udah bikin ulah Mas, kamu yang permaluin diri kamu sendiri."

Kembali sebuah tamparan keras melayang dari tangan Yudha dan mengenai wajah Chintya yang sedari tadi terisak dengan keras.

••••••

Ceilo segera terbangun dari tidurnya, ia mengatur nafasnya yang sedari tadi terasa sesak, mimpi itu datang lagi. Ternyata ia tertidur di sofa, Ceilo sempat kebingungan kenapa ia bisa sampai tertidur di sofa dengan keadaan yang Ceilo sendiri merasa bahwa ia tak baik-baik saja.

Mimpi buruk yang hampir setiap malam selalu menghantui, mimpi-mimpi dimana dulu hal itu sempat menghancurkan hidup Ceilo.

Bayangan bagaimana ayahnya memukuli ibunya dan Ceilo tak bisa berbuat apapun saat itu, ayahnya akan mengurung nya di dalam kamar dan menyiksa ibunya habis-habisan diluar sana, mengatakan bahwa Ceilo tak boleh ikut campur urusan orang dewasa.

Ceilo mengusap wajahnya kasar, ia memijit kepala nya sendiri yang terasa sangat pening, kakinya mencoba berdiri melangkah menuju dapur untuk kemudian mengambil air mineral di kulkas agar bisa menenangkan diri.

Ceilo termenung untuk sesaat, ia diam tanpa bisa memikirkan apapun. Ia sebenarnya sangat lelah, meski sekarang keluarganya sudah kembali utuh dan ayahnya sudah kembali mencintai ibunya seperti sedia kala, ayahnya sudah menyesali semua perbuatannya di masalalu. Namun tetap saja bayang-bayang bagaimana kejamnya perlakuan ayahnya dulu terhadap ibunya tak bisa enyah begitu saja dari pikiran Ceilo.

Meski Ceilo berusaha untuk menghapus kenangan buruk tersebut, namun semua mimpi menyebalkan itu bisa datang dengan sendirinya mengganggu alam bawah sadarnya.

Ceilo kemudian tanpa sadar melangkahkan kakinya menuju kamar Kalana, ia membuka pintu kamar tersebut yang kebetulan tak terkunci. Ceilo tersadar saat melihat sekeliling kamar Kalana, kosong, gadis itu tak berada di kamarnya.

Ceilo mendengus, ia baru sadar akan perbuatannya yang tadi sempat ia lakukan pada Kalana.

Ceilo  meringis kecil, apa yang tengah ia lakukan pada Kalana tadi.

Kenapa Ceilo bisa sampai berbuat sekasar itu pada Kalana, bahkan jika saja Kalana tak bisa melawan sama sekali mungkin ia memang sudah memperkosa Kalana, ia marah tanpa sebab.

Ceilo murka tanpa tahu dengan pasti hal apa yang membuatnya begitu marah pada Kalana, kalau sudah begini apa bedanya Ceilo dengan ayahnya dulu?

Ceilo terkekeh pahit, ia ternyata memang anak dari  Yudha Atmajaya, sikap nya sama sekali tak jauh berbeda dengan ayahnya dulu. Ia berbuat kasar pada seorang perempuan, padahal sedari dulu ibunya selalu mengajarinya untuk berlaku sopan terutama menghormati dan menghargai perempuan.

Like A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang