11 » Cross Your Mind

45 4 0
                                    

New York, United States of America, 25th July 2022

"Oh my God, Niall, Harry! What a coincidence," sapa gue dengan heboh menghampiri keduanya, mereka memakai kaos polo. Harry pake warna ungu, Niall pake warna putih dengan bordir hijau. Sementara itu gue dapat melihat muka Louis dan Harry sama-sama bengong, kaget karena menemukan keberadaan satu sama lain di restoran yang sama.

Yeeu, gue sama Niall mah seneng liatnya. Kita berdua cuma nyengir-nyengir doang. "Please sit," kata Harry dengan nadanya yang humble banget.

Gue dan Louis duduk, kali ini gue duduk tepat di samping Niall sehingga membiarkan Louis dan Harry untuk duduk bersebelahan. Tangan gue bergerak untuk membuka cardigan gue yang berwarna hijau army, membiarkan bahu gue terekspos dengan dress warna hitam tanpa lengan.

"Niall picked the restaurant because he won our little golf tournament," lanjut Harry sesaat setelah gue dan Louis duduk.

Badan gue berputar 180 derajat untuk membawa tangan gue menyangkutkan cardigan gue di kursi. Mata gue sedang melihat ke sekitar. Tempat ini bagus banget. Gue selalu menyukai tempat dengan nuansa klasik, nuansanya bener-bener memberikan kesan jaman dulu banget, mungkin abad 17 atau 18? Well, I'm not really sure. Sebuah kombinasi antara warna putih taplak meja, kursi kayu, dinding kayu, puluhan ribu pipia yang melapisi langit-langit, hingga pajangan-pajangan seperti lukisan jaman dulu serta tulisan-tulisan dengan nuansa jadul bener-bener memanjakan mata gue. Terdapat pula sebuah lukisan dari Miss Keen yang tidak memakai busana dan bersantai di karpet beruangnya. Nuansanya kalem dan adem banget, emang cocok buat nge-date.

Apalagi buat Louis dan Harry. Mereka kurang pake kemeja aja nih. Pasti gemes banget.

"Hi," sapa gue sambil tersenyum ke arah Niall sesaat setelah gue menyangkutkan cardigan gue pada bahu kursi.

"Hey," sapanya kembali. "the sunblock works anyway."

"Really?"

"My skin is not burning, it helps," jawabnya sambil ketawa cengengesan. "I love me."

Gue memutarkan bola mata ketika mendengarkan kalimat terakhir Niall. Niall tuh emang ya, self-love dia tinggi banget gue sampe pusing. "I hate you."

"No, you love him," sergah Louis dengan cepat dan disambut tawaan oleh Harry.

"Shut up, you both are in love and still deny it," jawab gue sambil cemberut.

"Ave, you just need to stop denying that you're in love with me."

Tebak siapa yang ngomong barusan? Dengan atmosfir tingkat kepedean yang setinggi itu, udah jelas bahwa yang ngomong itu adalah tidak lain dan tidak bukan adalah Niall James Horan. Ini kenapa jadi gue sama Niall yang dicengin sih?

"Niall, remember you still have one last year," ucap Harry.

"What is it?" tanya Louis.

Ini bapak-bapak pada kenapa sih? Satu tahun apa?

Tiba-tiba Niall ketawa. "That is still working, Harry. Come on," jawabnya sambil memutarkan bola mata dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "for context, Harry and I had a conversation back in 9 years ago – it was on the interview I believe. The interviewer asked me 'where do you see yourself in 10 years' I mean I was 20, I thought I would get married by 25 and have beautiful kids and Harry was like 'Holy shit, Niall, does that still work?' well, Harry, my sperm still alive in 60 seconds after they meet the oxygen so please don't underestimate my capability."

[3] how did we end up here ;; nhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang