9 hours prior to the news...
◊ Avril ◊
Bali, Indonesia, 1 Mei 2024
"Udah lo catet belom?"
"Udah! Jadi dari temen-temen SMA fix lo cuma ngundang Nael and the gang yah? Kalau gue itung-itung sama tamunya Niall udah termasuk keluarga sih sekitar 200."
"Hmm... jatohnya intimate wedding gak sih gue?"
"Ya... cukup intimate."
"Oke deh kalau gitu," komentar gue sambil menimbang-nimbang. "kayaknya gue fix mau di sini aja deh."
"Eh jujur, gue setuju banget," kata Diana sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan semangat, dia menutup buku catatan kecilnya dan menaruhnya di atas meja berbahan kayu bulat di hadapan kami.
Gue menyenderkan kepala gue di bantalan sofa berwarna krem, kemudian memakai kacamata hitam gue dan mengedarkan padangan gue ke arah laut biru kehijauan yang membentang luas. Gue mengikuti arah pergerakkan ombak yang menabrak pantai berpasir hitam. Angin laut sepoi-sepoi menyapu rambut gue. Cuacanya lumayan panas.
Ini udah bulan Mei. 6 bulan lagi gue akan menjadi Mrs. Horan.
Siapa yang menyangka?
Semakin mendekati bulan November, gue semakin sibuk. Hari ini adalah finalisasi untuk konsep dekorasi dan venue bersama dengan wedding organizer gue. Pada akhirnya, gue memutuskan untuk resepsi sekaligus akad di Bali setelah pembicaraan serta pertimbangan panjang bersama Niall.
Kenapa sih enggak ada yang bilang persiapan nikahan tuh seribet ini?
Dua hari yang lalu, gue baru aja terbang dari Jakarta ke Bali untuk melihat wedding venue. Sebelumnya di Jakarta gue sempat melakukan makeup testing dengan beberapa makeup artist yang direkomendasikan oleh wedding organizer gue dan untungnya ada yang nyantol. Belum lagi gue harus tetep finalisasi dua gaun gue yang akan gue kenakan nantinya. Anjir, rasanya kepala gue mau pecah.
Di saat jadwal gue lumayan padet, untung aja gue bisa menyempatkan diri untuk bertemu dengan wedding organizer dan segala huru-hara dari nikahan gue nantinya. Gue juga bersyukur banget karena Diana mau bela-belain cuti dan nemenin gue ke Bali. Asli, kalau enggak ada Diana, kayaknya kepala gue udah pecah. Mana Niall juga lagi sibuk banget.
Sekarang gue lagi duduk di OMBAK Restaurant, minum cocktail, sambil menunggu marketing hotel dan tim WO gue dateng. Sepertinya hari ini gue bakalan DP untuk venue.
"Lo yakin ngambil di sini?"
Gue mengangguk dengan mantap. "Dari kemarin sih kita udah ke empat tempat, cuma Soori yang gak bisa lepas dari pikiran gue sih, frankly speaking."
Diana memasang kacamata hitamnya, menyesap es teh yang ber-topping leci yang berada di tangannya. "Buset, pada akhirnya lo bisa nentuin ya, gue udah capek banget anjing," keluh Diana sambil menghela nafas lega.
Gue yang duduk di sebelah Diana langsung memeluknya erat. "Dih ketek lo basah anjing, baru aja gue mau ngucap makasih udah nemenin gue."
Diana langsung cepet-cepet melepaskan pelukan gue. "Bali panas banget gila, lo kira ini US?" tanyanya dengan sewot.
Tapi iya sih. Bali gerah banget. Sebagai warga Amerika Serikat yang suhunya selalu di bawah Bali, rasanya gue sekarang mau meleleh. Padahal gue udah pake tank-top berwarna putih dan backless, dan jangan lupa celana pendek yang super pendek. Tapi ini gak mampu membuat gue survive dari panasnya Bali.

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] how did we end up here ;; nh
FanfictionIn which Avril and Niall have no luck, they end up falling so hard to each other. Not to forget, they tend to spend a lot of time since Louis seems a little bit busy before and after breaking up with Ele. This is how they ended up here; how Avril b...