18 » Vanderbilt Hall Encounter

54 3 0
                                    


New York City, New York, United States of America, 12th September 2022

Sekelebat aroma khas perpaduan dari fruity, woody, dan spicy memenuhi indra penciuman gue ketika gue menyemprotkan sebuah botol parfum yang luarnya transparan dan inti bagian dalamnya berwarna oranye itu. Aromanya yang segar itu seketika menyebar di wardrobe gue, membuat gue teringat siapa yang memberikan parfum ini ke gue satu tahun yang lalu – ketika gue sedang berulang tahun. Sejak saat itu, gue gak pernah gonta-ganti parfum lagi.

Gue mengaitkan dua jari gue ke sebuah ganggang pintu kaca berukuran kecil, membukanya, dan menaruh botol parfum itu di dalam sebuah rak kaca dengan aksen putih. Gue duduk sebentar di atas kursi meja rias dan bersandar sambil menikmati aroma dari parfum ini sambil menutup mata gue. Jujur, wangi ini gak pernah sespesial itu sampai pada akhirnya gue merasa bahwa parfum ini memiliki nilai filosofis yang gak akan pernah tergantikan.

Tom Ford Bitter Peach Eau de Parfum. Kado dari Niall Horan untuk gue di ulang tahun gue yang ke-23 tahun.

Mungkin akan terdengar agak konyol memang, ketika gue SMP hingga SMA, gue membeli semua parfum One Direction – dari Our Moment sampai Between Us. Gue suka banget sih sama wanginya That Moment dan You & I, well, anyway, hal terkonyol pada saat itu adalah gue membeli parfum tersebut dan merasa spesial sesimpel hanya karena gue ngerasa One Direction, khususnya Niall Horan – yang pada saat itu adalah One Direction crush gue – milihin parfum gue.

Iya, rasanya spesial banget karena gue ngerasa mereka yang milihin parfum gue. Sekarang, Niall bener-bener membuat peran penting dalam parfum yang gue pake – aroma apa yang orang cium kalau mereka berada di deket gue. Pastinya gue merasa makin spesial aja.

Wah gila sih, namanya ini udah makin baper sama tuh orang.

Ini udah gak sehat.

Tapi parfum pilihan Niall tuh enak banget, tapi kalau gue make ini mulu pasti gue gak akan bisa move on karena gue keinget dia terlalu suka sama parfum-parfum yang wanginya begini. Jujur, Niall tuh punya banyak banget parfum, tapi wanginya kadang sama-sama aja. Tapi dia tuh wangi banget, he smells like woody and spicy yang membuat kalo lo berada di deket Niall, dia tuh wanginya maskulin banget tapi masih ada a glimpse of sweet hint. Enak banget deh. Makanya gue suka cuddle sama dia.

Hehehe.

Gue menggelengkan kepala gue, berusaha membuyarkan apa yang sedang ada di dalam pikiran gue saat ini, berusaha agar pikiran ini gak merasuki gue lagi. Berdiri dari kursi meja rias, gue keluar dari wardrobe yang berada di sebelah kamar mandi. Sekarang gue udah siap kuliah.

Meskipun gue bukan seorang siswi yang taat pada saat gue SMA, sekarang gue adalah mahasiswi yang taat banget. Galau boleh, tapi gue masih tetep mikirin kuliah. Pokoknya gue harus cepet lulus dan jadi lawyer.

Dengan begitu, gue mengesampingkan terlebih dahulu pemikiran-pemikiran tentang Niall dan segala kebrengsekannya itu. Oke, oke. Tenang Avril, lo gak boleh kesel lagi sama dia! Inget, lo harus bisa lulus cepet!

"Aduh, pokoknya gue harus jadi lawyer yang keren! Kalau bisa gue tiba-tiba nongol di Baker Mckenzie!" ujar gue, itung-itung menyemangati diri gue sendiri karena gak ada yang nyemangatin gue lagi. Gue bergegas keluar dari kamar, menutup pintunya, dan berjalan ke bawah sambil memasukkan kedua tangan gue ke kantung blazer berwarna biru dongker yang gue pake.

Seperti biasa, gue memilih untuk jalan kaki sampai pada akhirnya gue sampai di gedung yang dibuat dengan batu bata merah dengan empat lantai dan sebelum gue memasuki bangunan itu, gue disambut dengan banyak sekali mahasiswa berlalu-lalang di taman atau sekedar mengobrol di kursi taman yang disediakan sepanjang lingkaran Vanderbilt Hall, bangunan di NYU Law School yang lantai duanya digunakan untuk kelas. Biasanya perkuliahan dilaksanakan di gedung ini.

[3] how did we end up here ;; nhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang