London, United Kingdom, 13 March 2024
Gue merasa sangat bersyukur saat ini dunia gue tidak harus dipenuhi lagi dengan mencari kasus-kasus hukum yang relevan dengan claim yang akan gue ajukan. Atau terlebih, gue tidak harus bertemu dengan orang-orang cabul di kantor itu yang secara tiba-tiba menendang gue.
Mungkin enggak ada kerja yang santai. Enggak ada juga kerja yang gak capek. Tapi seenggaknya, gue bisa memilih capek mana yang pengen gue geluti. Dan jelas, yang gue pilih jauh berbeda dengan rasa 'capek' sebagai seorang pengacara arbitrase yang harus on 24/7, melakukan riset sampai jam 3 pagi, dan pergi kemana-mana untuk sidang.
Sekarang kemerlap dunia modeling is the most favorable struggle that I have ever chosen in my life, I must say. Bukan karena hidupnya tanpa tantangan, tapi karena ini adalah perjuangan yang gue jalani dengan hati gue sendiri. Di sini, setiap langkah di runway, setiap sesi photoshoot, adalah cara gue menunjukkan siapa gue tanpa harus menyembunyikan lelah dan tekanan.
Kalau dulu capek gue terasa seperti beban yang mengekang, sekarang capek gue adalah bukti gue berjuang untuk mimpi yang gue pilih sendiri. Meskipun itu harus berbeda jauh dari keluarga gue, yang kebanyakan punya bisnis, bekerja sebagai pengacara korporat maupun litigasi, atau dokter seperti kakak gue tercinta, Jo. Tapi gue cukup terharu karena pada akhirnya kedua orang tua gue bisa cukup legowo untuk membiarkan gue memilih pilihan hidup gue sendiri.
Di sisi yang lain, rasanya hidup lagi menghujani gue dengan ribuan bulir kebahagiaan. Udah dapet pekerjaan yang gue impi-impikan (yang dulunya gue mimpi pun gak berani), sekarang gue udah tunangan.
Sama Niall Horan pula.
Hidup gue kayaknya enggak pernah berhenti hoki ya.
Peace out.
Jadi gini ya rasanya mimpi jadi kenyataan. Meskipun sebelumnya gue harus jadi sampah dulu di kantor pengacara cabul itu.
Ya gitu deh, namanya juga berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
"Can we stop at Tesco Express first? I need to buy some cigarettes and snacks," kata gue kepada supir yang sedang menyetir di sisi kanan.
Pria berambut plontos yang hampir sebaya dengan gue, berpakaian penuh hitam dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, menoleh sebentar ke belakang untuk melihat gue. "Alright," katanya sambil mengacungkan jempol. "need me to grab you anything?"
Gue menggeleng sambil tersenyum. "No need, that's fine. I'll get everything myself."
Namanya Theo, dia adalah supir gue selama hampir satu minggu ini di London yang disediakan oleh agensi gue untuk mobility purposes. Jadwal gue lumayan padat sih karena sebentar lagi akan ada runway di London, jadi gue harus stay untuk makeup test, busana, dan lain sebagainya. Belum lagi gue nyambil untuk London Fashion Week casting dari beberapa new brand collection dari beberapa brand ternama seperti Burberry.
Meskipun padet begini, gue seneng sih jalaninnya. Apalagi Niall juga akan stay di London karena akan merilis album barunya sebentar lagi. Jadi gak ldr deh.
Setelah menginstruksikan Theo untuk mengantarkan gue ke minimarket terdekat, gue mengecek iPhone gue yang sempat beberapa kali geter ketika gue lagi ngobrol.
Niall: have you done yet ?
Niall: i've cooked you wagyu a5 steak
Niall: i swear it's perfectly cooked , medium well ! just like how u like it
Niall: and it's SEASONED
Niall: it's not gonna fail this time
Niall: even though i like it medium rare

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] how did we end up here ;; nh
FanfictionIn which Avril and Niall have no luck, they end up falling so hard to each other. Not to forget, they tend to spend a lot of time since Louis seems a little bit busy before and after breaking up with Ele. This is how they ended up here; how Avril b...