56 » Set Me Up

15 0 0
                                        

Los Angeles, United States of America, 20 May 2024

1:40 AM

"Can you just stop being such a bloody cow and unblock me on your fucking iMessage?"

Suara seorang cowok dengan suaranya yang lumayan cempreng itu langsung menyapa gue sesaat setelah gue melewati pintu lengkung besar dan memasuki ruang dengan ceiling tinggi serta jendela kaca besar yang langsung menghadap ke arah city lights dari kejauhan.

"Fuck, I just got here, Lou, can't you just be nice?" tanya gue dengan sewot. Gue melangkah untuk mendekati cowok itu yang sedang duduk bersandar santai di sofa dengan satu kakinya yang terlipat dan sebelah tangannya yang memegang botol bir.

Dia nengok, matanya mengekor ke setiap gerak-gerik gue. "I was about to hug you right now but I'm afraid that your lovely fiancée would be so jealous," komennya lagi. "Your eyes look so fucking hydrated from the tears that running down your face."

Gue enggak ada komen apa-apa selain merebahkan tubuh gue di sofa, tepat di samping Louis yang lagi nyender juga. Gue memejamkan mata gue sejenak karena kepala gue yang cukup berat — mungkin karena hampir dua minggu ini gue enggak berhenti menangis, ditambah lagi intake alkohol gue yang cukup gila karena sering banget main sama Kendall. Jangan lupakan juga bahwa satu jam yang lalu gue baru saja selesai meminum cocktail 'ringan' bersama Kendall yang membuat kepala gue sedikit goyang sekarang.

"Are you just going to plaster your mouth and not talking to me? At least say thank you please because I let you get into my fucking house at midnight."

Mata gue terbuka, kemudian rasanya gue seperti menabrak cahaya anjing alias silau banget men. Astaga. "Thanks, Louis," kata gue tanpa melihat ke arahnya.

"Holy shit your eyes!" katanya sambil tertawa.

Ini nih kebiasaan Louis. Selalu aja ketawain gue. Emang muka gue badut dufan apa?

"So what now? I thought you already forget that your best friend Louis Tomlinson has ever existed."

Aduh, kebiasaan deh. Ngoceh mulu ni bapak-bapak. "Lou, it feels like I'm being cheated on, you know?"

Louis menghela nafasnya. "But how did you two come to a term that you guys wanted to get married? Why don't you think it was such a rush decision to make?"

Pertanyaan Louis membuat gue tertegun sebentar, kemudian gue menolehkan kepala gue. "So," mulai gue. "you never agreed on our engagement?"

Louis menggelengkan kepalanya. "It's not it," katanya, kemudian menaruh botol birnya yang sudah kosong itu di atas meja granit berwarna hitam. Tubuhnya berbalik ke gue, dia memutarkan bola matanya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya. "Marriage, engagement or whatever it is going on between you and Niall requires commitment and you have to be aware of it."

"And your point is?"

"Do you know who Niall really is besides everything you read on the internet? His love life? His character? His way of solving problem?"

"So you're saying I don't know him yet?"

"What a logical fallacy you have here, stupid."

"I mean? You're talking to a freaking 24 year old who has never been in a serious relationship. Be aware of it."

"First of all, answer my question, young lady. Why did you decide to say yes to him despite you never be in a relationship with him?"

[3] how did we end up here ;; nhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang