41 » Why Worry

27 2 4
                                        

Avril

24 April 2023, Capri, Italy

Gue menyender di kursi rotan kecil di sudut Piazzetta, tepat di bawah naungan payung krem yang sedikit robek di ujungnya. Langit Capri sudah berubah warna; bukan biru terang seperti saat gue berpose untuk Vogue pagi tadi, tapi biru yang lebih lembut. Angin laut berhembus pelan, membawa aroma asin yang bercampur samar dengan wangi espresso dan parfum dari turis-turis yang duduk di sekeliling gue.

Di meja kami, gelas-gelas spritz dan sebuah cocktail setengah habis berdiri diam, sementara layar laptopku menyala terang, menyorot kontrak ngentot yang harus gue kerjain sebelum malam hari ini. pangkuan gue, buku tebal tentang international arbitration terbuka, penuh sticky notes warna neon.

Capek banget tai.

Gue merasa seperti hidup dalam tiga dunia yang berbeda: dunia glossy dan penuh cahaya kilat kamera tadi pagi, dunia tenggelam dalam dokumen hukum dan ekspektasi profesional, dan dunia sunyi dalam kepala gue sendiri, yang masih mencoba menyusun rencana UAS dan mengingat kapan terakhir gue benar-benar tidur.

Untung aja ada Niall dengan segala ketololannya yang nemenin gue.

Suasana di sekitar kami ramai, tapi tidak gaduh. Gelak tawa para pasangan tua dari Paris, denting sendok ke cangkir kopi, bahkan langkah kaki pelan para pelayan dengan baki-baki penuh croissant, semuanya terasa seperti latar suara dalam film Fellini yang agak terlalu panjang.

Niall duduk di sebelah gue, mengenakan baju biru compang-camping which he referred to fashion. Jangan lupakan dia yang terus mengoceh untuk nyemangatin gue.

Lalu, tiba-tiba—ding.

Suara notifikasi dari iPhone gue mengiris atmosfer sore yang nyaris suci itu. Gue meraihnya tanpa terlalu pikir panjang, dan saat layar menyala, Niall memiringkan kepala sedikit, ikut menatap.

Satu nama muncul di layar. Beberapa pesan masuk.

Calum: hey... i know i'm the last person u wanna hear from rn, but pls just read this

Calum: i fucked up. big time. that pic... it was a dumb, messed up mistake. i was a bit drunk, wasn't thinking straight, and she sent it. it wasn't planned. wasn't love. wasn't anything. just me being a total dickhead

Calum: i never meant to hurt u. u didn't deserve any of this. u've always been there, always had my back, and i threw it away like an idiot. i hate myself for it

Calum: i'm not tryna make excuses. i just want u to know the truth. and i swear to god, it won't happen again. ever.

Calum: sent ur fave flowers to ur place. i know it doesn't change anything, but i wanted u to know i'm thinking of u.

Calum: i'm on my way to nyc. not to force anything. just to say sorry. properly. to your face.

Calum: i know i've got no right to ask, but if there's even the smallest chance... i'd do anything to fix this. to fix us.

Calum: i miss u. i love u. i'm sorry

Gue dan Niall kembali bertatap-tatapan, kemudian Niall menyeringai iseng.

"Take a picture of me and send it to him," katanya sambil cengengesan.

BENER JUGA. Calum pasti bakal jadi cacing kepanasan.

Me:

Me:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[3] how did we end up here ;; nhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang