Dua satu

1.1K 30 2
                                    

Assalamualaikum
Welcome back
Enjoy;)
__________

Sebelum magrib Rey pulang ke rumahnya karena mami dan papi nya tidak pulang, jadi ia harus menemani adiknya sedangkan istrinya menginap di rumah mertuanya.

Setelah melaksanakan shalat magrib, Rey merenung di atas sajadah nya. Mengingat kata-kata petuah dari ayah mertuanya

Flashback

Setelah berpamitan dengan bunda, Rey pun berjalan ke luar rumah hendak pulang.

"Rey kamu mau ke mana?"
Tiba-tiba ayah mertuanya memanggilnya

"Ayah, Rey hendak pulang duluan soalnya mami papi tidak pulang jadi Rey harus menemani dek Alis."

"Ohh...ayah mau berbicara sebentar kepada kamu Rey, apa boleh?"
Tanya ayah mertuanya ragu

"Tentu saja ayah"
Mereka pun duduk di bangku yang ada di halaman rumah mertua Reyhan.

"Begini Rey, ayah hanya ingin berpesan kepada mu. Mungkin kau dinikahkan dengan putriku dengan perjodohan, tapi tolong, tolong sekali cintai putriku sebagaimana aku mencintainya. Dia putriku paling berharga, kau tau sendiri bukan dia putri semata wayang ku."
Reyhan mengangguk patuh, asal ayahnya ini tau jika ia sudah mencintai putri yang sangat ayahnya cintai.

"Satu lagi, jika kau sudah tak mencintai nya lagi tolong jangan katakan pada putriku, karena mungkin hal itu akan membuatnya sedih dan aku tak ingin putriku merasakan penderitaan seperti itu.
Tapi tolong katakan langsung kepada ku ayahnya, maka aku akan menjemputnya langsung, mengambil kembali dirinya dari mu. Dan biarlah aku yang menjelaskan kepadanya dan membuatnya mengerti."
Reyhan hanya terdiam membisu, terlihat ayah mertuanya menitikkan air mata, sebegitu besarnya rasa cinta ayah mertuanya kepada istrinya. Tanpa berkata sepatah pun Reyhan pulang dengan perasaan yang dirasanya tidak enak, bingung.

Flashback off

Rey berpikir apakah selama ini perlakuannya sudah baik terhadap istrinya, ia takut selama ini malah ia menyakiti perasaan istrinya. Rey rasa belum pernah ia melihat istrinya tersenyum karenanya? Mungkin setelah istrinya pulang besok, akan ia tanyakan hal itu.

.
.

Sedangkan di tempat Nana sekarang, ia sedang duduk di hadapan bundanya. Menundukkan kepala mendengarkan setiap petuah yang keluar dari bibir bundanya.

"Kak, ingat yang bunda kata ini. Jadilah istri yang berbakti, nurut dengan suamimu. Sekarang tanggungjawab dirimu sudah ada ditangan suamimu. Jadilah istri yang Sholehah, jika hendak melakukan sesuatu izinlah dahulu kepadanya agar diridhoi."

"Satu lagi, kenapa kamu memanggil suamimu dengan sebutan kakak? Harusnya kamu memanggilnya dengan sebutan hormat. Tunjukkan rasa hormat mu kepada suamimu itu, bagaimana tanggapan orang lain jika tau tentang ini? Mungkin akan ada gosip tak enak didengar. Ingat pesan bunda ini, sekarang pergilah tidur!"
Nana mengangguk lalu ia pergi ke kamarnya.

Bukannya tidur ia malah merenung di depan kaca rias, sudahkan ia berbakti. Sudahkah ia menjadi istri yang baik bagi suaminya? Rasanya belum, bahkan sesuatu yang harusnya ia berikan juga belum ia lakukan. Lantas bagaimana bisa disebut baik?

Ia harus meminta maaf kepada suaminya, dan ia yakin ia bisa memanggil suaminya dengan sebutan hormat yang bundanya maksud. Setelah itu tanpa sadar Nana menutup matanya tertidur menyelami alam mimpi.

.

Malam berganti pagi, gelap pun sudah terkalahkan oleh terang. Nana sudah bersiap untuk pulang ke rumah mertuanya, hari ini suaminya libur dari pekerjaannya, tapi sayangnya mereka tak mempunya rencana apapun.

Ia membawa sarapan untuk orang rumah, siapa tahu kan mereka belum sarapan tapi kalo sudah ya gak papa, makanan yang dibawa olehnya untuk makan siang saja.

"Assalamualaikum"
Beberapa detik ia mengucap salam sudah ada yang menyahut dari dalam, pintu pun terbuka dan terpampang lah suaminya dengan senyuman kecilnya.

"Wa'alaikummussalam dek. Ayo masuk"
Mereka berdua masuk bersama ke dalam rumah dan langsung menuju dapur, terlihat di sana sahabatnya sedang nyengir lebar.

"Kita makan dulu ya dek"
Nana mengangguk lalu duduk tanpa berkata apapun, hal itu membuat Rey bingung. Adakah yang salah dari dirinya hari ini?
Mereka pun makan tanpa suara dari bibir mereka.

Setelah selesai makan Rey dan istrinya pergi ke kamar mereka, sedangkan adiknya pergi ke halaman belakang hendak menyiram tanaman yang dititipkan oleh maminya.

.

Nana duduk di atas ranjang menunggu suaminya yang tadi katanya mengambil sesuatu yang ketinggalan di dapur. Teringat kembali kata sang bunda malam tadi, tiba-tiba air matanya menetes.

Saat Rey memasuki kamar terdengar isakan kecil yang membuatnya khawatir, apakah benar istrinya itu tidak bahagia dengan semua ini? Ataukah ia telah melakukan kesalahan tanpa ia sadari.Rey duduk dihadapan istrinya

"Kamu kenapa dek, kakak ada buat kamu sedih?"
Tanya Rey dengan nada pelan, takut sangat takut dengan kemungkinan yang ada di kepalanya.

"Ma-af hiks...selama ini adek belum jadi istri yang baik untuk mas Rey. Maaf"
Pendengaran Rey menangkap satu kata yang membuat bibirnya tertarik senyum. Mas? Sangat tak dapat disangka istrinya memanggilnya dengan sebutan semanis itu

"Mas? Kakak suka panggilan itu dan selama ini kamu sudah jadi istri yang baik, kamu mengurus mas dengan baik jadi apa yang tak baiknya dek?"

"Tapi adek belum...itu Mmm
Rey yang terlalu peka dengan maksud dari istrinya terkekeh kecil

"Hey, coba adek ingat pernah tidak mas minta itu sama kamu atau mas maksa kamu buat itu, nggak kan. Mas akan nunggu kesiapan kamu dek, mas gak mau sakitin kamu. Tapi jika mas tak sadar sudah sakitin kamu tolong kamu bilang agar mas segera minta maaf."
Rey tak ingin istrinya mengatakan kesalahan nya kepada mertuanya lalu mertuanya malah mengambil istrinya, Rey kan tidak rela.

"Satu lagi, apa selama ini mas pernah bikin kamu sakit? Bilang sama mas!"

"Enggak kok mas"
Kata terakhir terdengar sangat lirih

"Kenapa pelan sekali? Padahal mas ingin mendengarnya."
Nana menggeleng pelan, mana mungkin ia bilang kalau dirinya malu, ya walaupun sudah terlihat sih.

"Maaf ya, mas sudah bikin kamu nangis hari ini. Sudah sudah jangan nangis lagi, nanti cantiknya nambah."
Rey mengusap kelopak mata istrinya dan meniupnya pelan. Nana menutup wajahnya, sudah dipastikan pipinya sudah memerah.

"Ada yang merah tapi bukan warna. Kamu Khumaira nya mas"

Cup
Reyhan mengecup lembut istrinya, hal itu membuat Nana semakin bersemu. Bisa-bisanya suaminya ini membuatnya malu.

"Karena hari ini mas libur, mau pergi ke suatu tempat?"
Nana menggeleng pelan karena memang tak ada tempat yang ingin ia kunjungi untuk saat ini.

"Kalo gitu kamu ikut mas aja ya."

"Alisa di ajak?"
Tanya watados Nana kepada Rey

"Kalau kamu mau ajak dia ya sudah ajak!"
Hey nadanya seperti orang bete, sepertinya Rey tak rela jika istrinya mengajak adiknya saat mereka jalan_ memang kakak yang cukup kejam, menyebalkan. Awas aja hime sleding tau rasa.

.

Sejatinya satu perubahan kecil akan membawa perubahan-perubahan lain yang membawa kedua insan itu menuju jalan yang bahagia dan diridhoi oleh yang kuasa.

________

TBC

Jan lupa vote yah!!
Akhir-akhir ini hime sibuk bgt, sibuk ngelawan rasa males yang dateng Mulu.

Utama kan ibadahnya ya guys

Jaa👋
Wassalamu'alaikum

Story of ReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang