Dua dua

1.1K 28 8
                                    

Assalamualaikum
Welcome back and enjoy;)
____________

Satu bulan sudah pernikahan mereka berlangsung, mungkin mereka tak banyak menghabiskan waktu bersama karena Rey yang terlalu sibuk dengan pekerjaan nya.

Hari ini Reyhan kembali sibuk dengan laporan-laporan mengenai perkembangan pasien rawat inapnya. Pekerjaannya banyak namun dirinya tak bisa fokus memeriksa laporan dari asistennya.

Ia khawatir sekaligus bingung dengan sikap istrinya yang terkadang tiba-tiba menjauhinya, walaupun tak ada apa-apa diantara mereka. Istrinya itu terkadang manja, terkadang terlalu cuek bahkan beberapa hari yang lalu istrinya memilih tidur dengan adiknya dan meninggalkannya tidur sendirian.

Karena pikirannya sedang kacau ia memutuskan untuk pulang, untung saja tak ada pasien yang datang dan juga ia sudah selesai memeriksa keadaan pasiennya yang lain. Reyhan keluar dengan tergesa, entah kenapa ia ingin cepat-cepat pulang.

"Pak, bapak mau kemana?"
Asisten Reyhan berteriak melihat atasannya yang tergesa meninggalkan ruangannya, tapi dihiraukan oleh Rey sendiri. Asistennya menghela nafas, padahal dirinya hendak memberikan makan siang untuk atasannya itu.

Reyhan menjalankan mobilnya sedikit cepat, aneh tapi nyata Reyhan ingin segera bertemu dengan istrinya dan entah apa penyebabnya.

.
.

Reyhan sampai di halaman rumah, ia bergegas keluar dan menghampiri adiknya yang sedang duduk manis di teras depan rumah.

"Assalamualaikum, dek istrinya abang mana?"
Tanya Rey terburu-buru

"Wa'alaikummussalam, Mmm...mungkin di kamar. Dari pagi besti adek gak keluar tuh, belum makan keknya lagi. Tadi adek mau lihat keadaannya tapi pintu kamarnya dikunci."
Mendengar hal itu membuat Rey bergegas, ia takut terjadi sesuatu dengan istrinya.

Setelah sampai di depan kamar mereka, Reyhan pun membuka kunci dari luar dan untungnya ia membawa kunci cadangan.

Rey melihat istrinya yang tertidur, namun sepertinya terlihat tak nyaman. Reyhan duduk di atas ranjang. Wajah istrinya terlihat pucat, Reyhan meletakkan punggung tangannya di kening istrinya, ia menghela nafas pelan ternyata istrinya sedikit demam.

Rey membuka laci nakas yang berada di pinggir ranjangnya, membawa kompresan penurun panas yang biasa ia gunakan untuk pasiennya yang mengalami demam.

Pantas saja ia ingin segera pulang dan bertemu dengan istrinya, ternyata alasannya adalah istrinya itu sakit dan membutuhkan dirinya.

Reyhan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, mungkin ashar nanti ia tak akan pergi ke mushola, ia khawatir sekali terhadap keadaan istrinya. Setelah mandi Rey berencana membangunkan istrinya dan menyuruhnya makan lalu minum obat.

Nana terbangun dari tidur lelapnya. Ia mengucek matanya perlahan, menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya yang menyorot ke arahnya. Ia terkejut dengan adanya kompresan yang sudah bertengger di keningnya.

Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Reyhan dengan pakaian casual nya.

"Kamu udah bangun dek?"
Nana mengangguk kecil, kepalanya masih terasa berat mungkin karena ia tidur terlalu lama. Tubuhnya juga sangat lemas karena belum diisi sendari tadi pagi.

"Coba mas cek suhunya!"
Reyhan meletakkan punggung tangannya di kening istrinya, sudah lumayan turun.

Saat suaminya itu mendekat entah kenapa perutnya seketika bergejolak, rasanya seperti ingin muntah saja. Semakin lama semakin tidak enak saja perutnya. Nana berlari menuju kamar mandi, mengeluarkan semua isi perutnya.

Hoekk..Hoekk
Hime bingung kenapa suara muntah tuh kek gini (〒﹏〒)

"Astaghfirullah, dek kamu kenapa?"
Reyhan menghampiri istrinya, 2 langkah lagi dirinya sampai ke istrinya namun dihentikan oleh gerakan tangan istrinya menyuruhnya menjauh. Reyhan bingung, namun ia menurut saja.

Reyhan gelisah, ia berlari keluar kamar untuk menghampiri mami nya.

"Mi, adek muntah-muntah mi"
Reyhan menarik mami nya menuju kamarnya. Mendengar suara muntah dari kamar anaknya, mami pun bergegas memasuki kamar Reyhan.

Mami Rey membantu memijat leher belakang anak menantunya.

Nana keluar dari kamar mandi dibantu oleh mami, tubuhnya lemas sekali sudah teh tidak makan dari pagi ditambah muntah-muntah. Reyhan menyodorkan air hangat kepada maminya untuk diberikan kepada istrinya.

"Kamu makan dulu ya dek!"
Nana menggeleng pelan, tak ada nafsu makan sedikitpun.

"Sedikit aja nak biar kamu gak makin lemes."
Reyhan pun menyuapi istrinya dan memberi obat juga, setelah itu Reyhan dan maminya meninggalkan Nana membiarkan dia beristirahat kembali.

.

Sekarang Rey sedang melihat  maminya yang sibuk mengobrak-abrik kotak yang entah apa isinya.

"Bang, suruh istri mu pakai ini!"
Mami menyodorkan benda pipih yang terdapat di dalam plastik kecil, kalau tidak salah Rey tau nama benda ini adalah alat tes kehamilan alias testpack.

"Maksud mami, adek hamil?"
Tanya Rey antusias, siapa sih yang gak bakalan seneng kalau di kasih rejeki seperti ini sama Allah.

"Belum tentu bang, tapi coba dulu aja. Oh biar lebih efektif gunainnya pas pagi besok ya!"

"Kenapa gak sekarang aja sih mi, kan Rey mau tau hasilnya sekarang juga!"

"Besok atau sekarang sama aja bang, kalo hamil Alhamdulillah ya kalo enggak berarti kalian belum dikasih kepercayaan sama Allah."
Reyhan mengangguk, benar juga sih kata maminya. Kalo begitu besok saja ia berikan ini kepada istrinya.

Rey kembali ke kamarnya, senyumnya mengembang ia tak sabar menunggu esok.

.
.

Malam berganti dini hari, sekarang Rey tengah mondar-mandir di depan pintu kamar mandi menunggu istrinya yang sedang mencoba alat kemarin dan semoga saja yang Rey harapkan terwujud. Karena pegal berjalan terus-terusan, Rey pun duduk di ranjangnya.

Ceklek
Suara pintu terbuka, Rey bergegas menghampiri istrinya. Raut wajah di depannya tak terlihat bahagia, ada apa kah?

"Gimana dek?"
Tanya Rey tak sabaran, Nana menggeleng pelan

"Maaf mas, adek datang bulan hari ini."
Rey tersenyum kecil, mungkin ada sedikit rasa kecewa namun apa daya mereka belum diberi kepercayaan oleh yang kuasa untuk mengasuh buah hati. Rey melangkah mendekati istrinya, ia mendekap tubuh dihadapannya lalu mengusap punggungnya pelan.

"Ma-maaf mas"

"Gak papa dek bukan salah kamu kok, ini berarti kita belum dikasih kepercayaan dan kita harus berusaha lagi. Kamu jangan sedih ya! Mas juga gak papa kok."

"Tapi...

"Gak papa sayang, nanti juga ada waktunya untuk kita. Udah jangan sedih ya! Nanti cantiknya nambah tau."
Reyhan mencubit pelan pipi istrinya, tak masalah jika memang dirinya belum diberi kepercayaan itu. Namun ia berharap sesegera mungkin karena ia ingin ada buah hati, darah dagingnya melengkapi kebahagian mereka.

__________

TBC

Jan lupa kasih bintang!!
Thanks buat yang mampir
Ibadahnya no satu ya guys

Jaa👋
Wassalamu'alaikum

Story of ReyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang