4.☘︎

231 38 8
                                    

Denting sendok membentur piring.Suara air yang tertuang dari teko membuat suasana semakin sunyi dimalam larut.Udara terasa panas karena tak ada hujan dalam beberapa hari ini.Beberapa kali tangan itu menyuapkan makanan kedalam mulutnya dengan sesekali mata cokelatnya melirik jam didinding.Ketika suara langkah kaki terdengar diujung sana,matanya meredup menatap makanan yang tersisa setengah.Saat ketukan langkah itu semakin dekat ia memasukkan lagi suapannya.

Mata rubah Sunoo mengedar,sedikit terkejut mendapati lampu dapur belum mati.Bibirnya tersenyum tipis menemukan Jake duduk dengan sepiring makanan tanpa menoleh sedikitpun kearahnya.

Sunoo pikir Jake belum pulang dari kantor karena laki-laki itu sempat mengatakan akan pulang lebih larut dari biasanya.Tapi yang ia dapati justru Jake yang sudah duduk dan makan? Sebelumnya bukankah Jake juga mengatakan akan makan dikantor?

Sunoo berjalan mendekat,meletakkan tasnya keatas kursi begitu saja kemudian menarik kursi disebelah Jake sembari menuang air putih.Matanya melirik sekilas Jake dari pandangannya yang sedikit tertutup gelas.
"Kau pulang lebih cepat?"

Jake tetap diam,menatap piring dengan sendok ditangan.Mulutnya terus mengunyah tanpa ekspresi membuat Sunoo menarik nafas pelan meletakkan gelas kosong.Beberapa menit hanya diam hingga Sunoo ikut tak bicara apapun.Ada banyak hal yang ia pikirkan tentang Jake dan juga tentang apa yang Jake pikirkan.Salah satunya adalah sebuah kecurigaan laki-laki itu terhadap dirinya.Apakah Jake menaruh curiga?

Suara dentingan kembali terdengar pelan bersamaan dengan gesekan piring kosong dengan meja ketika tangan Jake mendorongnya pelan.Meraih beberapa lembar tissue untuk mengusap bibir tebalnya yang tak luput dari pandangan Sunoo.Lalu detik berikutnya Jake mengangkat pandangan membuat mata mereka bertemu tatap dalam beberapa detik sebelum suara rendah Jake terdengar.
"Bukankah seharusnya kau yang pulang lebih cepat?" Kalimatnya memang seperti kalimat sindiran namun nada suara Jake sama sekali tidak terdengar begitu.Terdengar lembut dan dilengkapi wajah tenang yang membuat Sunoo menjadi sulit mengartikan apa yang sebenarnya Jake maksud.

"Aku pulang jam duabelas." Jake membuang tissue keatas piring kotor, kemudian matanya melirik jam dinding yang seketika menarik Sunoo untuk ikut melihat kesana.Pukul satu lewat delapan belas menit.

"Aku ada pertemuan mendadak karena seseorang meminta gaun secara tiba-tiba."

Alis Jake terangkat,tersenyum tipis menyandarkan tubuh ke kursi.
"Aku berharap begitu."

Senyum Sunoo memudar melihat Jake yang menatapnya dengan senyuman manis tapi entah kenapa membuatnya menjadi tersindir dan merasa sedang tersudut.
"Apa kau sedang mencurigaiku,Jake?"

Jake menggeleng pelan.
"Tidak." Melirik ponselnya sekilas.
"Apa kau merasa seperti itu?"

Sunoo menarik senyum,berdiri, tubuhnya sedikit menunduk kemudian memeluk leher Jake yang duduk di kursi dari belakang membuat suaminya berhenti bicara.
"Jake jangan bercanda,aku menemui klien lalu pergi untuk membicarakan desain-desain dan pesanan.Apa kau benar-benar sedang mencurigaiku?" wajahnya tepat berada disisi wajah Jake.
"Kalimatmu barusan melukaiku."

Bibir indah Jake tersenyum lagi,menggoyahkan pikiran Sunoo hingga wanita itu mengecup pelan sudut bibir itu sekilas.
"Sunoo." Jake memegangi tangan Sunoo yang masih memeluk lehernya.Wajahnya menoleh hingga ujung hidung mereka bersentuhan.Nafas mereka saling bertabrakan.

"Apapun itu aku mulai merasa ada yang kau sembunyikan dariku." Suaranya lirih seperti anak anjing imut yang meminta makan.Sunoo mengedipkan mata,bibirnya manyun kemudian tersenyum hangat.

"Apa yang kau pikirkan, Jake?"

"Entahlah." Menghembuskan nafas pelan. "Aku hanya terlalu berpikir buruk."

Hypocrisy Effort (JakeNoo)End// SwitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang