64

25 1 2
                                    

Mikhael melangkahkan kakinya menuju kamar milik Ran setelah bersalaman pada Ivanna yang dia temui sedang menggambar diteras depan, Mikhael bisa melihat pintu kamar Ran yang terdapat tulisan 'Prinzessin room' didepannya

"Bangun" ucap Mikhael sambil menggedor pintu kamar milik Ran

"Berisik Mikel, pagi pagi udah membabi buta aja" jawab Ran sambil membuka pintu kamarnya dengan wajah bantal

Tanpa menunggu dipersilahkan masuk, Mikhael masuk kedalam kamar milik Ran dan langsung mendudukkan tubuhnya dikursi dekat meja belajar milik Ran err lebih tepatnya meja untuk Ran bermain game karena diatasnya hanya ada seperangkat PC canggih yang entah sudah berapa kali di upgrade bukan buku dan alat tulis

"Anak setan" ucap Ran pelan, lalu merebahkan dirinya kembali diatas kasur

"Gue kesini bukan mau liatin lo tidur" ucap Mikhael

"Waktu dan tempat saya persilahkan lord Mikel" balas Ran dengan malas malasan

Mikhael memandang jari jarinya yang lentik itu dengan tatapan kosong, tidak ada senyum nakal diwajahnya seperti biasa yang ada hanya wajah, well datar datar saja seperti Gabriel

Tentu saja hal itu mengundang tanda tanya bagi Ran yang tidak terbiasa melihat wajah datar milik Mikhael walaupun Mikhael selalu memasang wajah itu ke orang yang tidak dekat dengannya tapi sepanjang yang Ran ingat Mikhael tidak pernah memasang wajah itu dihadapannya

"Tadi gue tidur lo ngotot nyuruh bangun, sekarang gue bangun lo malah bengong, ngajak berantem ya ?" Tanya Ran

Mikhael menghela nafasnya pelan "I think we're gonna die soon" ucap Mikhael sambil menatap Ran dengan serius

"Why is that ?"

"Something gonna happen, someone will betrayed us" jawab Mikhael

Kata kata itu, mirip seperti yang diucapkan oleh neneknya ketika bertemu didalam mimpi dan perasaan ini, apakah Ran mengalami de javu ?

"Dan siapa 'someone' yang lo maksud ?"

"Gak tahu"

Well pada akhirnya ini semua seperti jalan buntu, kata kata yang sama, perasaan de javu tanpa ada solusi bagaimana dan langkah apa yang harus diambil

"Lo udah siap mati ?" Tanya Ran

Mikhael tertawa mendengar pertanyaan Ran "Do we have a choice? Manusia cepat atau lambat memang bakalan mati, Ran" jawab Mikhael "Lo gimana ?" Tanyanya

"If i have to die soon then so be it, seperti kata lo kita gak punya pilihan atau kuasa buat menentang takdir" jawab Ran

Bukannya dia tidak takut pada kematian hanya saja dia mencoba bersikap rasional bahwa hal yang paling ditakuti oleh setiap makhluk hidup itu memang akan terjadi cepat atau lambat

"Gimana study lo di Inggris?" Ketika melihat Mikhael yang lagi lagi terdiam

"Meh, i started regreting my own decision" ucap Mikhael dengan wajah kesalnya "Profesor di kelas gue pelit nilai" sambungnya membuat Ran terkekeh

"Kenapa lagi emang lo?"

"Gue kerjain tugas gue secara perfect tapi tetep aja nilai gue cuma A- bahkan murid paling cerdas di kelas gue mentok dapet nilai A" ucap Mikhael dengan menggebu gebu

"Bersyukur goblok, dapet nilai A- tuh susahnya setengah mampus bagi orang yang dapet nilai B" jawab Ran

"Ya gue kan maunya A+"

"Serah lo deh, terus si Gabriel balik ke Indonesia gak?" Tanya Ran

"Enggak, dia liburan ke Thailand"

Ran hanya membulatkan mulutnya sambil mengangguk anggukan kepalanya "Mau sampai kapan lo bohong depan gue ?" Tanya Ran tiba tiba

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARATHA (MAJOR REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang