37. Buktikan

67 10 12
                                    

Ran menghela nafas kasar hari sudah gelap namun dia tetap termenung di dekat jendela ruang keluarga menatap sang rembulan yang dengan agungnya memancarkan sinar di kegelapan dan kesunyian malam

Hari ini terasa berat untuknya, figur seorang ayah yang selalu dia harapkan keberadaannya kini datang ke kehidupannya, Tuhan menjawab doa Ran dan segala penantiannya memang menyakitkan ketika mengingat fakta bahwa sosok ayah itu pergi bahkan sebelum dia mendengar tangisan pertama Ran saat keluar dari perut mamanya

Dia juga tidak bisa mengabaikan rasa senang yang terselip di hatinya, karena Tuhan mau mendengar doanya hingga pada akhirnya papanya datang mencarinya dengan segala kata maaf dan penyesalan

Penjelasan papanya tadi siang tidak cukup untuk mengobati rasa sakit hati Mama dan Kakak tertuanya, tapi bagi Ran papanya mau menemuinya saja sudah cukup meskipun rasa kecewa itu masih terus mengerogoti hatinya setidaknya Ran bisa bertemu dengan papanya meskipun hanya satu kali

Ran berjalan ke arah dapur dan mengambil satu botol alkohol di dalam kulkas dan langsung meminumnya tanpa menggunakan gelas, dia tidak peduli akan kesiangan pergi ke sekolah besok yang Arana inginkan hanya melupakan masalah hari ini dan pergi tidur

"Ran"

Ran berhenti minum ketika mendengar suara seseorang memanggilnya dengan lirih, Artha. Dia lupa bahwa kekasihnya itu menginap dirumahnya malam ini hanya karena takut Ran akan melakukan hal gila, sungguh romantis

"Ran minum apaan ? Gak boleh minum ini sayang" ucap Artha mencoba merebut botol alkohol itu dari tangan Ran

"Ngapain ?"

"Kok ngapain ? Sini kasih ke aku, kamu mau bunuh diri kamu sendiri huh ? Ini tuh gak baik Arana !" Artha masih berusaha merebut botol alkohol itu meskipun tentu saja Ran lebih cerdas dari Artha

"Jangan urusin hidup gue Artha lo bukan siapa siapa di hidup gue jadi gak usah ngatur !" Ran yang sudah kepalang kesal tidak menyadari kalau perkataannya itu menyakiti hati Artha

"Kita pacar kan Ran ?" Tanya Artha dengan suara tercekat

"Cuma pacar belum suami, gak usah ngatur hanya karena lo deket sama gue bukan berarti lo bisa larang ini itu" sinis Ran

"Yaudah kita nikah sekarang biar aku bisa larang kamu ini itu" tantang Artha yang entah kenapa rasa sakit hatinya itu berubah menjadi amarah dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya

Ran tidak menyadari bahwa perkataannya tadi membuat Artha merasa di permainkan

"Ngaco" Ran kembali meminum alkoholnya tanpa memperdulikan Artha yang wajahnya sudah memerah menahan amarah

Dengan cepat Artha merampas alkohol itu dari tangan Ran dengan kasar,Artha tidak peduli jika dia di cap sebagai laki laki kasar nanti Artha hanya tidak mau Ran meminum minuman laknat itu

"Balikin minuman gue Artha"

"Ini bukan minuman Ran"

"Balikin sialan"

"ARANA !" Teriak Artha dengan nafas memburu habis sudah kesabarannya dalam menghadapi tingkah gila Ran

"Lo bentak gue Artha ?"

"Ran maaf, Artha gak bermaksud buat bentak kamu maafin Artha"

"Haha lo bentak gue Artha?" Mata Ran mulai berkaca kaca setelah mendengar bentakan Artha yang entah kenapa sangat menyakiti hatinya "Balikin minuman gue Artha"

"Gak"

"BALIKIN MINUMAN GUE ARTHA !"

"Gak akan"

Plak

ARATHA (MAJOR REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang