42. Siapkah?

65 8 0
                                    

Setelah pulang dari rumah Artha kini Ran sedang terduduk di dalam cafe sambil menunggu papanya datang, matanya terfokus kepada secangkir coklat panas bertabur marshmallow diatasnya sedangkan tangannya sibuk mengaduk aduk coklat panas itu

"Kalau lagi diluar rumah jangan mikirin hutang Ran" ucap Papanya yang baru tiba dan langsung duduk di hadapannya "Udah lama ? Maaf papa telat tadi lagi banyak pasien"

"Gak lama sekitar 20 menit dan Ran belum pesan apapun buat papa karena Ran gak tau papa suka apa"

"Oh gapapa kalau papa random sih Ran tergantung mata dan pikiran tertuju tapi papa paling suka susu"

"Susu apa ?"

"Susu mama kamu"

"Hah ?" Ran mengerutkan dahinya mendengar perkataan papanya yang ambigu

"Maksud papa susu yang di bikin mama kamu dulu setiap papa bangun tidur selalu ada susu coklat di atas nakas meskipun merk susunya di jual di pasaran entah kenapa rasanya beda kalau mama yang bikin mungkin bikinnya pakai cinta ya Ran" jelas papanya sedangkan Ran hanya menanggukkan kepalanya tanda mengerti

Ran melambaikan tangannya memanggil pelayan yang berdiri di dekat kasir "Papa mau pesan apa ?" Tanya Ran ketika pelayan itu sudah berada di dekat mejanya

"Ice Americano" ucap papanya dan segera di catat oleh pelayan itu

"Jadi Ran gimana keputusannya ? Mau kuliah di Indonesia atau Belanda ?"

"Ran mau di Belanda dengan satu kondisi"

"Apa ?"

"Keluarga papa gak akan julid sama Ran"

"Tentu enggak sayang mereka pengen cepet ketemu kamu"

"Papa udah bilang ?"

"Tentu udah" jawab Papanya sambil menerima pesanannya yang telah diantar pelayan

"Apa kata mereka ?"

"Ik kan niet wachten om Arana te ontmoeten en ik weet zeker dat Arana een mooi kind is"

"Apaan sih pa, teu ngarti !" ucap Arana sambil mendengus kesal sedangkan papanya hanya terkekeh

"Oma dan Opa gak sabar ketemu kamu dan mereka yakin kalau kamu anak yang cantik" jelas papanya

"Iyalah cantik, anaknya mama Ivanna pasti cantik"

"Anak papa juga kan Ran ? Mama kan duet sama papa terus jadinya kamu"

"Y"

Papanya langsung tertawa mendengar nada bicara Ran yang berubah ketus "Siap LDR sama Artha ?"

"Meskipun aku di indonesia kita tetep aja ldr"

"Oh ya ? Memang Artha mau kuliah dimana ?"

"Gak tau jelas sih, tapi katanya di Stanford"

"Oh pasti di suruh Papanya karena papanya alumni Stanford, jadi kamu mau tetep di Leiden atau ikut Artha di Stanford ?"

Arana melongo tak percaya mendengar papanya yang dengan mudahnya berbicara "Hell no, Ran tau diri Pa" jawab Ran sambil menyesap coklat panasnya

"Tau diri kenapa ? Kamu insecure ? Papa denger dari Artha kalau nama kamu sering nangkring di 5 besar buat apa insecure kan yang di cari perjuangannya Ran"

"Itu salah satu alasannya dan alasan lain adalah Ran gak ada rencana di Stanford, bukannya Ran gak percaya diri sama kemampuan Ran lebih tepatnya Ran tau diri dan Ran rasa Stanford bukan tempat yang tepat buat Ran" Jelas Ran sambil meminum coklat panasnya

ARATHA (MAJOR REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang