"Hidup memang keras, karena pada
dasarnya dunia memang tempat ujian
bagi manusia.".
.
.Happy reading
💔💔
"Heh, lo!"
April yang tengah duduk tenang di kelas dibuat terkejut oleh gadis yang mendadak menggebrak meja. Jelas dia berdecak tak suka, nyaris tersulut emosi jika diri tidak berusaha menahan.
"Lo itu emang cewek nggak tau diri, ya!" ujarnya menggebu-gebu.
Saking kerasnya suara si gadis berambut coklat, anak-anak di dalam kelas terpaksa keluar. Menyisakan beberapa murid, April, dan sang kakak kelas yang tengah melabrak.
"Kenapa?" Dengan polos, April justru bertanya demikian sampai membuat sang lawan bicara menggeram tertahan.
"Nggak usah sok polos, deh lo! Gue diem selama ini bukan berarti kalah!" balas ambigu.
April tak berniat menanggapi lebih jauh. Dia malas berurusan dengan seseorang yang tanpa alasan tiba-tiba datang merusak ketenangan di kelas hingga telinga terasa pecah akibat suaranya yang menggelegar. Alhasil raga memilih berdiri dari kursi, hendak beranjak ke luar, tetapi sang kakak kelas malah menarik tangannya kasar.
"Mau ke mana lo?! Lo itu udah berani rebut Raindra dari gue! Gara-gara lo, dia berani nolak gue yang udah lama ngincer dia! Dasar cewek kegatelan!"
Byur!
April refleks mundur ke belakang. Seketika emosinya kini sukar dikendalikan. Untung sahaja hanya bagian bawah rok yang terkena air, sisanya membasahi bagian lantai depan---tepat di depan meja guru.
"Mau lo apa, sih? Jangan mentang-mentang kakak kelas, lo bisa seenaknya! Dan tentang Raindra, itu hak gue buat deket sama dia. Karena kita pacaran!" Dengan napas memburu dan mencengkeram pergelangan, April menatap tajam gadis di hadapannya.
Namun, siapa sangka. Si empu melakukan perlawanan dan hampir memberikan tamparan apabila tidak ada yang mendorong tubuhnya dari belakang.
"Berani-beraninya lo!"
"Lagian salah Kakak juga, ngapain buat keributan di kelas orang?" Si pelaku yang mendorong tak lain adalah Riza. Gadis berwajah oval itu baru kembali dari kantin bersama Zifa.
"Kurang ajar lo, ya!"
Kini giliran Zifa yang melawan. Dia menendang mata kaki sang kakak kelas ketika dia handak menjambak Riza yang gesit menghindar.
"Nggak usah ngerusuh," kata Zifa ketus.
Jelas sang korban tak terima. Terdeteksi dari air muka memerah pun napas memburu, dia terlihat mencapai tingkat kekesalan paling tinggi. Alhasil beberapa murid di kelas hanya bisa diam menyaksikan, sementara murid di luar kelas diam-diam mengintip melalui celah pintu masuk.
"Sialan lo!"
Bugh!
April tersungkur hebat ke lantai, tepat di depan kaki seseorang yang baru masuk ke dalam kelas. Sontak sang pelaku yang tadinya ingin memukul Zifa dibuat kelabakan. Dia panik saat Raindra menatapnya datar sebelum membantu April berdiri.
"Nggak papa?" tanyanya, mengusap pundak gadis terkasih yang sempat terkena pukulan teman sekelasnya.
"Rain, g-gue---"
"Ada yang sakit?" Raindra bertanya ulang, sengaja memotong ucapan gadis itu lalu membawa April agar duduk di kursi semula. "Di sini dulu, ya."
Suasana bertambah memanas. Belum lagi para penonton yang malah terlihat semangat menikmati pertikaian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...