"Dunia memang sering kali tidak adil. Mentang-mentang satu insan dianggap kuat, dia kerap kali diberi musibah, sementara sang insan yang lemah dianugerahi kebahagiaan duniawi."
.
.
.Happy reading
💔💔
Minggu pagi ini hujan turun dengan cukup deras. Sangat nyaman apabila keadaan digunakan untuk bersantai di rumah, terlebih disertai suasana hening. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi seorang April. Gadis berwajah lesu itu baru sahaja usai membersihkan seluruh rumah, belum lagi harus mencuci pakaian kedua orang tuanya.
"Sekarang kamu ke apotik, beliin Nira obat. Obat dia udah habis."
Baru saja ingin beristirahat, April dibuat kesal. Padahal sudah sejak pukul 6 pagi tadi dia bergerak dan baru bisa beristirahat di pukul 08.30 WIB sekarang. "Nanti aja, di luar masih hujan deres," ucapnya terus terang.
"Berani nolak lagi? Mau kejadian kemarin terulang?" Tina bersedekap dada seraya menatap tajam sang anak tiri.
Sebisa mungkin April menahan mulut agar tidak melontarkan kata-kata makian. Alhasil, dia mengambil mantel di kamar sebelum terpaksa meluncur menuju apotek terdekat menggunakan sepeda motor.
Meskipun hujan dan sesekali guntur terdengar, dia tetap berusaha agar sampai di tempat tujuan. Walaupun ternyata apotek yang dicapai sekitar sepuluh menit itu tengah tutup. Mau tak mau April mencari apotek lain. Dia enggan kembali sebelum mendapat permintaan Tina sebab dia tahu apa yang akan terjadi jika pulang tanpa membawa apa-apa.
Pasti wanita ular itu akan memarahi dan bahkan menyiksa.
Sampai satu jam kemudian dia berhasil mendapatkan obat untuk Nira. Hingga hujan nyaris reda---menyisakan rintik-rintik tipis dari awan gelap di atas.
"Itu April?"
Saking terburu-buru mengendarai motor, dia tidak menyadari keberadaan sebuah mobil beririsan Raindra di sisi jalan yang sempat di lalui. Walaupun tubuh April terbalut mantel berwarna biru muda, bukan berarti cowok itu tak mampu mengenali. Pasalnya wajah si gadis pemilik air muka senantiasa datar itu sempat terlihat saat dia sedang menoleh ke kanan dan kiri, mengamati situasi guna menyebrang.
Akibat rasa penasaran, alhasil Raindra memutuskan membuntuti sang kekasih. Kebetulan dia baru pulang dari cafe, bertemu dengan teman-teman sekelasnya di SMA Jaguar.
Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit supaya mereka berdua sampai di area rumah April. Parahnya si empu raga baru menyadari diikuti sebuah mobil tak asing ketika cowok berkemeja kotak-kotak hitam putih itu keluar dari kendaraan beroda empat.
"Ngapain lo?" tanya April begitu turun dari motor.
"Habis dari mana hujan-hujan keluar?" Bukannya menjawab, Raindra justru bertanya balik.
"Bukan urusan lo. Pulang sana, gue sibuk!"
Meskipun sudah diusir, tetapi Raindra tetap membuntuti April sampai naik ke atas teras rumah. Sialnya dia justru bertemu dengan Tina. Wanita tersebut langsung melukis senyum cerah tatkala dia keluar dan mendapati dirinya.
"Nak Raindra pasti ke sini mau ketemu Nira, ya? Sini masuk, Niranya ada di dalem. Kebetulan dia lagi nggak enak badan, makanya minta tolong April buat beliin obat." Dengan mata berbinar senang, Tina memberikan jalan pada Raindra supaya masuk ke dalam. Dia sengaja menyingkirkan April dengan menyuruhnya masuk lebih dulu.
Namun, mendadak Raindra berujar, "Nggak, Tan. Saya ke sini buat nganter April pulang karena kebetulan kami ketemu di jalan. Mending sekarang Tante bantu April, kasian dia habis hujan-hujanan di jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...