Part 23

46 4 0
                                    

"Ingin kuperjelas, bagaimana posisiku di hatimu sekarang? Menjadi number one atau nomor dua setelah mantan?"

.
.
.

Happy reading

💔💔

Di jalanan dengan penerangan redup itu, April berjalan seorang diri. Sembari menarik koper berisikan pakaian dan tas ransel berisikan perlengkapan lain, dia menatap kosong ke arah depan. Sejujurnya dia tidak tahu akan pergi ke mana. Hingga perasaan ragu terus menghantui saat hati memerintah agar diri bertandang ke rumah sang kakak sepupu.

Tin! Tin!

April tersentak saat tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di depannya. Nyaris sahaja dia berteriak jika sang pengemudi tidak langsung membuka helm.

"Mau ke mana malem-malem begini?" tanyanya.

Ternyata dia Agas, kakak sepupunya sendiri.

"Lo yang mau ke mana? Kenapa tiba-tiba nongol?"

Lelaki itu berdecak saat sang adik justru bertanya balik. Sontak dia turun dari atas motor lalu menghampiri gadis berkuncir kuda itu. "Nira ngabarin gue kalo lo diusir lagi. Mending sekarang lo ikut gue pulang."

Antara senang dan takut, April mengangguk saja. Apa boleh buat, Agas sendirilah yang datang menjemput. Namun, perlu dia akui bahwa setidaknya berkat kabar yang Nira berikan, malam ini dirinya tidak perlu beristirahat di jalanan bak anak gelandangan. Kakak tirinya itu lumayan membantu.

"Lo udah makan? Kalo belum, sekalian aja kita cari makan," ujar Agas setelah mengangkat koper berukuran sedang milik April untuk diletakan di belakangnya.

Mereka berdua pun mencari restoran terdekat. Bertandang sekejap sekadar untuk mengisi perut, terutama perut April yang belum sempat terisi. Padahal sebelumnya dia sudah membeli makanan sendiri sepulang sekolah.

"Sorry, lagi-lagi gue ngerepotin lo. Gue nggak yakin kalo Tante bakal izinin gue buat nginep lagi," kata April disela-sela waktu makan malam mereka.

"Nira udah cerita semua, lo bisa diusir Om Joan gara-gara nyokap tiri lo itu?" Agas berbasa-basi. "Soal nyokap gue, tenang aja. Lo ponakannya, nggak mungkin kalo dia tega nolak."

Namun, seperti dugaan April sejak awal. Ibunda Agas dengan terang-terangan melarang April tinggal di rumahnya. Beliau bahkan tanpa segan mengusirnya meski suasana di luar sana amat gelap gulita.

"Kalo gitu, gue bakal tinggal di---"

"Gue cariin lo kos-kosan," sahut Agas cepat. Dia tak mungkin membiarkan saudarinya ini terlantar begitu saja. Sebagai seorang kakak, dia akan menjadi garda terdepan teruntuk anak gadis yang terbilang kurang beruntung pasal keluarga. "Tenang aja, gue nggak sekere itu buat ngebiayain lo."

Meskipun mereka saudara dekat, tetapi tetap sahaja April merasa sungkan. Terlebih Agas harus sampai merelakan uang tabungan demi dirinya. "Sekali lagi maaf. Gue cuma bisa ngerepotin lo," ujarnya menunduk setengah.

"Kalo sekali lagi lo masih ngomong minta maaf, lo bakal gue tinggal di jalanan. Inget, gue abang lo, bukan orang asing!"

Sungguh, di balik ketidakberuntungan ini, April merasa bersyukur karena memiliki sosok kakak sebaik Agas.

"Lo bisa tinggal di sini, semuanya bakal gue urus. Kalo ada apa-apa, bisa hubungin gue."

Beruntungnya, mereka bisa menemukan kos-kosan malam itu. Walau sangat sederhana, tetapi setidaknya bisa digunakan sebagai tempat berlindung.

Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang