"Tuhan, tidak sepantas itukah daku untuk bahagia?"
.
.
.Happy reading
💔💔
Hari ini adalah weekend. Hari di mana kegiatan sekolah libur sekaligus hari di mana April akan keluar dari rumah sakit. Gadis itu dibantu oleh Agas untuk bersiap-siap, meskipun dalam hati dia ingin dibantu oleh cowok yang kini statusnya telah berubah.
Di lain posisi, cowok yang April pikirkan sedang bertandang di lain tempat. Raindra tampak berkunjung ke toko kue, di mana dia memesan kue ulang tahun teruntuk sang kekasih.
"Jadi, berapa Mbak?" tanya Raindra.
"Lima ratus ribu, Mas," jawab sang penjaga toko.
Setelah selesai dengan transaksi tersebut, dia pun segera beranjak ke rumah April. Mempersiapkan segalanya sebelum gadis itu sampai di sana.
Sedangkan April di ruang rawatnya masih duduk di atas ranjang. Menunggu sang kakak sepupu selesai mengurus administrasi sebelum dirinya benar-benar pulang ke rumah.
Entah karena apa, tiba-tiba dia merasakan sebuah bulir bening menetes membasahi kedua pipi. Rasanya sangat mustahil jika dia menyadari menangis hanya gara-gara seorang laki-laki. Terlebih sosok itu adalah lelaki brengsek yang mempermainkannya dengan memberikan janji manis berujung mendua.
"Nangisin Raindra?"
April refleks mengusap pipi menggunakan punggung tangan, terkejut dengan Agas yang tiba-tiba kembali masuk.
"Sejak kapan lo jadi cengeng gara-gara cowok?" tanyanya lantas duduk di kursi.
"Udah bayar? Mending kita langsung pulang, gue udah males lama-lama di sini." April berusaha mengalihkan topik.
Raindra yang tahu situasi pun hanya menurut. Dia memesan taksi online sebelum membawa tas ransel berisikan pakaian milik April ke luar ruangan. Selama di perjalanan pulang, dia bisa merasakan perubahan mood gadis di sisinya ini daripada sebelumnya.
Dia tak menyangka bawa adik kesayangannya ini sudah tumbuh besar bahkan telah mampu mengenal cinta.
"Tenang, semua pasti bakal baik-baik aja," ucap Agas mengandung arti terselubung. Namun, April hanya bergumam menanggapi.
💔💔
Seusai turun dari taksi, April disambut oleh keheningan. Jendela rumah yang biasanya dibuka kini justru ditutup rapat. Seakan tidak ada penghuni satu pun di dalam sana.
"Nggak ada orang?" tanyanya secara tak langsung terdengar oleh telinga Agas.
"Mungkin Om Joan udah berangkat kerja dan Nira lagi keluar," balas lelaki itu berusaha menutupi kecurigaan April.
Mereka berdua kemudian melangkah memasuki area halaman rumah. Saat naik ke atas teras dan membuka pintu masuk menuju ruang tamu, benda persegi panjang kayu itu langsung terbuka. Ternyata tidak dikunci, tetapi anehnya ruangan tersebut tampak gelap gulita. Seakan rumah ini benar-benar bangunan tanpa penghuni.
Setelah April maju beberapa langkah, dengan sengaja Agas langsung menutup pintu itu agar tidak ada cahaya dari luar yang masuk.
"Bentar, gue nyalain lampu dulu." April lantas berjalan mencari saklar di dinding menggunakan naluri.
Namun, baru sahaja dia hendak menekan tombol tersebut, seseorang lebih dulu bergerak cepat. Disusul suara terompet serta teriakan ucapan 'selamat ulang tahun' dari beberapa orang di belakang punggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...