"Luka itu sudah terlampau dalam meski hanya satu gores."
.
.
.Happy reading
💔💔
"Mas, aku minta uang 5 juta, dong. Butuh buat arisan sama shopping, nih."
Belum juga berangkat ke tempat kerja, pikiran Joan sudah dibuat lelah. Apalagi sarapan di depan mata baru sahaja termakan dua suap sehingga membuat napsu makan menjadi berkurang.
"3 juta kemarin ke mana?" tanyanya.
Tina mengambil tempat duduk di sebelah sang suami. Tangan kanannya lalu mengusap pundak sang empu, bermaksud mengirimkan signal tak kasat mata. "Udah habis, dong. Orang cuma segitu. Maklum ajalah, aku 'kan berteman sama ibu-ibu sosialita!"
Nira yang duduk di hadapan mereka berdua hanya diam memperhatikan sembari menyantap nasi goreng buatan sang ibu. Jujur saja, terkadang dia merasa kasihan terhadap Joan, sebab Nira sering sekali meminta uang untuk foya-foya. Padahal kondisi keuangan rumah ini terbilang cukup.
"Tapi, kali ini aku belum bisa kasih. Uang cuma cukup buat kebutuhan sehari-hari," jawab Joan akhirnya.
Mendengar itu, wajah Tina dibuat cemberut. Namun, dia belum menyerah. Bisa gagal rencana bersenang-senang hari ini jika sampai tidak mendapat asupan dana.
"Oke, deh. 3 juta aja juga nggak papa." Kali ini dia menyandarkan kepala di pundak Joan, tak peduli terhadap keberadaan sang putri yang bisa melihat kedekatan mereka kini.
"Tetep nggak." Joan lantas menegakan paksa kepala sang istri, sebelum menenggak air putih hingga tandas lalu berdiri dari kursi. "Aku berangkat ...."
Namun, demi mendapatkan uang, Tina justru menghalang langkah pria berkemeja merah hati tersebut di ruang tengah. Padahal sang suami sudah terlambat beberapa menit dari jam keberangkatan biasa.
"Jangan pelit-pelitlah, Mas sama istri sendiri. Aku 'kan juga punya hak sama gaj---"
"Bisa, nggak usah terlalu boros?!" Ujung-ujungnya kesabaran Joan telah terkuras habis.
Kini dia menghadap Tina disertai sorot tajam pun kedua telapak tangan mengepal erat. Baru juga dipertengahan bulan, tetapi wanita di depannya ini sudah banyak menghambur-hamburkan uang---melebihi biaya sehari-hari di rumah ini.
"Mas bentak aku? Padahal aku cuma minta uang, loh!"
"Cuma? Nggak inget beberapa hari lalu dan kemarin kamu udah minta?!" Bahkan Nada bicara Joan jua sukar dikendalikan, terdengar sampai ke meja makan di mana Nira masih stay di tempat.
Kedua mata Tina tampak memerah sekarang. Namun, Joan sama sekali tidak luluh. Dia sudah lelah jika haru terus menerus menuruti kemauan sang istri.
Tanpa sepatah kata, Tina lalu berbalik badan dan langsung masuk ke dalam kamar. Berharap dengan cara ini pria itu akan membujuk lantas memberikan nominal uang sesuai keinginannya hari ini.
Namun, apa pun cara yang dilakukan sepertinya akan berakhir sia-sia. Tidak semanjur biasanya, sebab Joan justru semakin terpancing emosi. Hingga dia berteriak tak tentu arah sampai membuat darah Tina juga ikut mendidih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny: Segores Luka [SELESAI]
Fiksi RemajaNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. (Squel Love Destiny: Sebatas Luka) "Kebahagiaan" adalah satu kata yang ingin seorang April wujudkan dalam hidup. Sejak kematian sang ibu, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari sang ayah karena dirinya d...